ONE

3.6K 144 4
                                    

"Gimana pemasukan uang kas bulan ini Ardha?" tanya bu Elnita setelah Ardha duduk dihadapannya.

Ardha membuka buku note-nya dan diserahkan pada bu Elnita, "Semuanya aman bu, hanya tinggal dua orang. Yang pertama Bunga, ia ga masuk sekolah udah dua hari karena sakit dan belum bayar uang kas selama dua hari. Yang kedua..... Kevin." ucapnya agak lirih saat menyebut nama Kevin.

Bu Elnita sedikit menurunkan kacamata yang ia kenakan dan menatap Ardha agak tajam, "Dia lagi, dia lagi. Ibu sudah bosen ceramahin Kevin terus menerus, sampai mulut ibu berbuih pun ia tak akan mendengarkan ucapan ibu." jeda bu Elnita, "Sekarang, saya serahin Kevin sama kamu. Pokoknya dia harus lunas uang kasnya!" perintah bu Elnita dan diangguki oleh Ardha.

"Sekarang kamu boleh keluar."

Ardha mengangguk dan segera keluar dari ruangan guru itu. Di depan pintu, sudah ada Kinanti dan Dhea yang setia menunggu Ardha.

"Muka lo kenapa bertekuk kayak gitu?" tanya Dhea.

Ardha menghela nafas beratnya, "Gue sebel banget sama Kevin! Mana lagi bu Elnita sekarang udah ga sanggup ceramahin-nya dan semua itu diserahin ke gue." gerutu Ardha.

"Memang dasar tuh cowok troublemaker banget ya, Ar." timpal Kinanti.

"Eh Ar, selama lo nagih uang kas kan selalu galak ke dia, gimana dengan cara lain aja?" Dhea memberi saran.

"Dengan cara apa?"

"Caranya lo harus baik-baik ke dia, siapa tau hatinya bakal luluh dan segera melunasi uang kas." tutur Dhea.

Saran Dhea itu membuat Kinanti menoyor jidat Dhea, "Lo pikir Ardha lagi mencairkan hati es batu? Ini beda Dhe, orang urak-urakan kayak gitu mana bisa di baikin!"

"Yaelah, gue kan cuma ngasih saran doang."

"Saran Dhea ada benernya juga." ucap Ardha yang membuat Kinanti melotot ke arahnya.

"Lo mimpi apa mau baikin dia?" tanya Kinanti.

"Belum dicoba, belum tau hasilnya kan?" ucap Ardha yang sangat meyakinkan itu.

✏✏✏

Cowok bertubuh kekar dan tinggi itu sedang bermain basket di lapangan bersama teman satu kelasnya. Sedari tadi Ardha menatap cowok itu sambil mencuri-curi pandang. Hingga cowok tersebut kini menatapnya balik, itu membuat Ardha salah tingkah. Ia terus berjalan tanpa melihat ke arah depan.

Brukk

Ardha terjatuh ketika ia menabrak seseorang di depannya. "Aww!" rintihnya.

"Kalo jalan lihat-lihat dong, jangan karena sibuk natap Damar, lo nyakitin diri lo sendiri." ucap cowok yang menabraknya.

Ardha bangkit dari lantai dan mencoba untuk menjawab ocehan cowok itu barusan, namun cowok itu sudah berlalu pergi menuju kantin sebelum Ardha membuka mulutnya untuk berbicara.

"Ihhhh..... lo nyebelin banget sih Kevin!" gerutu Ardha.

Ardha melangkah terburu-buru menuju kelasnya dengan wajah yang berlipat-lipat. Belum sempat ia menuju ruang kelasnya, Ardha malah disuruh dengan Pak Rudi selaku pembina OSIS untuk memanggil ketua osis yang sedang bermain basket. Ardha membulatkan kedua matanya, ia kaget. Barusan ia sudah mempermalukan dirinya sendiri di hadapan ketosnya dan sekarang pak Rudi menyuruh untuk memanggilnya?

Dengan langkah yang gemetar dan pipi yang memerah, Ardha memberanikan diri menuju lapangan basket untuk menemui sang ketos.

"Permisi, kak Damar dipanggil pak Rudi di ruang OSIS sekarang." ucap Ardha, tertunduk.

Damar memberhentikan drible bolanya, "Harus sekarang?" tanya Damar untuk meyakinkan, Ardha langsung mengangguk. Tiba-tiba lengan Ardha ditarik oleh Damar untuk mengikutinya ke ruang OSIS.

"Eh, kak-"

"Takutnya lo bohongin gue, jadi mending gue juga bawa lo sebagai bukti kalo benar gue dipanggil sama pak Rudi." ucap Damar, tanpa beban.

Ya, Damar mengucapkan itu tanpa beban. Tapi tidak dengan Ardha yang sedari tadi jantungnya hampir berhenti berdetak, belum lagi sorot mata siswa-siswi yang menatapnya dengan tajam seperti silet. Setelah sampai di depan pintu ruang OSIS yang terbuka dan pak Rudi yang memanggil nama Damar, Damar menyuruh Ardha pergi.

"Lo boleh pergi."

Ardha mempercepat langkahnya menuju kelas dengan nafas yang berderu-deru. Ia duduk di kursinya diikuti oleh Kinanti dan Dhea yang penuh pertanyaan di kepalanya.

"Lo kenapa Ar?" tanya Dhea.

"Si kutu kupret itu lagi?" timpal Kinanti.

Ardha menggelengkan kepalanya.

"Jadi ulah siapa?"

Ardha menghela nafasnya, "kak Damar."

Hanya karena dua kata yang keluar dari bibir Ardha, semua sorot mata yang berada di dalam kelas kini menatapnya termasuk Kinanti dan Dhea.

"Lo ga buat macem-macem ke kak Damar kan? Lo tau sendiri kan akibatnya jika lo deket sama kak Damar?" Kinanti panik.

Ardha menganggukkan kepalanya, "Gue tadi hanya disuruh pak Rudi manggil dia, terus tiba-tiba dia narik lengan gue buat ikut ke ruang osis sebagai bukti kalau memang benar kak Damar dipanggil sama pak Rudi."

Kinanti dan Dhea menepuk jidatnya sendiri, "Lo sadar apa yang lo lakuin kan? Ini akan menjadi masalah besar buat lo Ar!" ucap Dhea.

"Dan ga lama lagi, si ratu drama dan para dayangnya akan ngehujat lo." sambung Kinanti.

[A/N]

Vote dan commentnya jgn lupa.... makasih ya udah mau baca. Part selanjutnya bakal panjang deh😅

See you👋🏻

Ketua Kelas vs Bendahara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang