TWENTY THREE

588 50 11
                                    

Sampai hari terakhir ujian kenaikan kelas, Ardha dan Kinanti belum baikan. Kinanti yang terus menjauh dari Ardha, ketika Ardha mendekatinya. Kinanti masih kesal dengannya, percuma. Mau di bilang bermilyaran kali pun Ardha tetap kekeuh dengan keputusan, keputusan yang salah menurut Kinanti.

"Kin."

Kinanti menoleh, ia melihat Kevin yang telah duduk di sebelahnya.

"Lo lagi marahan sama Dhani?"

Kinanti tidak memperdulikannya, ia tetap fokus dengan ponsel yang berada di genggamannya.

"Baikan gih."

Kinanti meletakkan ponselnya, "Urusannya dengan lo apa?"

"Ya karena gue pacar Dhani, dan gue juga harus memperbaiki hubungan persahabatan kalian." ucap Kevin.

"Apa lo bilang? Pacar? Lo mau memperbaiki hubungan gue sama Ardha?" Kinanti menyunggingkan senyumannya. "Urus dulu tuh hubungan kalian yang ga jelas, baru urus masalah gue sama Ardha!"

Kinanti mengambil ponselnya dan meninggalkan Kevin. Tak lama dari itu, Ardha dan Dhea masuk dan menghampiri Kevin.

"Gimana?"

"Aku mau ngomong sama kamu." ucap Kevin yang langsung menarik lengan Ardha keluar dari kelas.

Dhea berdecak, "Dhea di tinggal lagi, coba aja pacar Dhea satu sekolah atau satu kelas, Dhea ga akan jadi obat nyamuk." gerutunya.

Di lain tempat, Kevin mengajaknya jauh dari Kinanti, Dhea ataupun manusia yang lain.

Ardha melepaskan genggamannya, "Kenapa?"

"Kamu baik-baik aja?"

"Gue baik-baik aja, seperti yang lo lihat."

"Hati kamu...?"

Ardha menatap Kevin, sejujurnya hatinya saat ini sedang tidak baik-baik saja. Apalagi waktunya untuk bersama Kevin hanya di sekolah, di luar itu Kevin terus bersama Tiara.

"Lo ada waktu pulang sekolah ini? Hal seperti ini ga akan cukup di bahas di sekolah." ujar Ardha.

Kevin memegang pundak Ardha, ia terus mencoba meyakinkan dirinya. "Dhan, aku hanya cinta sama kamu. Kamu harus percaya."

Ardha tersenyum, perlahan ia melepaskan tangan Kevin yang berada di pundaknya. "Temui gue di resto biasanya ya." pesan Ardha sebelum meninggalkan Kevin.

Sepulang sekolah, Ardha sudah standby di resto itu. Ia berulang kali melirik arlojinya, berharap Kevin akan datang dan tidak akan terlambat.

Ponselnya berdering, segera ia geser icon warna hijau.

"...."

"Apa?! Bang Arga kecelakaan? Ardha segera kesana ma!"

Sambungannya pun diputuskan oleh Ardha.

Ardha sudah tak punya banyak waktu, ia harus bergegas ke rumah sakit, mengingat keadaan Arga yang sudah kritis. Ardha keluar dari resto tersebut dan mulai melajukan pedal gas mobilnya.

Setelah dua jam berlalu, Kevin baru saja sampai disana, sesudah membeli peralatan yang dibutuhkan oleh Tiara. Ia tak melihat kekasihnya disini. Kevin menanyakan hal ini pada pelayan, bahwa gadis yang ia cari dua jam lalu sudah pulang. Kevin mengusap wajahnya dengan kasar, ia sudah berusaha untuk tepat waktu, namun tak bisa.

Terlambat. Itulah yang ada di benaknya sekarang.

Ia menelpon Ardha, tapi tak ada jawaban meski sudah berulang kali di hubungi. Kevin berpikir jika Ardha marah atau kecewa. Ponselnya pun bergetar.

"Kenapa lagi sih? Gue udah beli apa yang lo butuhkan. Sekali aja, lo kasih waktu buat gue sama Dhani. Inget, gue ga cinta sama lo!"

Kevin langsung mematikan sambungan, ia pun pusing jika terus-terusan bersama Tiara. Kenapa Tiara berubah pikiran? Sebelumnya ia tidak seperti ini, Tiara sangat mencintai mantan kekasihnya.

Ponselnya bergetar lagi, tertera nama 'Papa' disana.

"Iya pa?"

"...."

"Iya, Kevin pulang."

✏✏✏

Ardha tergopoh-gopoh menuju ruang ICU, disana sudah ada Adipati dan Inez dan juga Laura-pacarnya Arga. Satu lagi, orang yang berjalan di belakang Ardha tadi menghampiri Laura. Ardha menyipitkan matanya, dia...

"Arga, Dha." ucap Inez sambil menangis.

Ardha mengelus pundak Inez, "Ma, mama yang tenang dulu ya. Bang Arga pasti baik-baik aja kok."

Laura pun menghampiri Ardha dan Inez, kemudian memeluknya. Pandangan Ardha dan orang itu pun bertemu, orang itu hanya melemparkan senyuman padanya.

Pelukan itu lambat laun terlepas dengan sendirinya, Ardha tak tega melihat Arga yang sudah terbaring lemas dengan alat monitor di sisi kirinya. Ia menggenggam tangan Arga, hangat. Itulah yang ia rasakan.

"Bang, bangun ya. Meskipun abang ngeselin, abang tetep jadi abang terbaik di hidup Ardha." ia meneteskan air matanya.

"Ma, bagaimana ini bisa terjadi?" tanya Ardha.

Inez menceritakan peristiwa yang menyebabkan Arga koma. Sebuah truk yang hilang kendali menabrak mobil Arga yang sedang melaju. Sempat terjadi kecelakaan beruntun, namun Arga bernasib naas. Arga koma, sedangkan yang lain mengalami luka berat maupun ringan.

Ardha mengelus pundak Inez, mencoba untuk menenangkannya. Sedari tadi ponsel Ardha berdering, ia pun keluar dari ruangan ICU untuk menerima panggilan dari Kevin.

"Kenapa?"

"Kamu dimana? Aku udah ke resto, tapi kamu ga ada. Sekarang aku dalam perjalanan pulang karena papa telfon."

"Gue di rumah sakit, bang Arga kecelakaan. Lo hati-hati ya."

"Bang Arga? Aku putar balik, aku kesana."

"Ga usah, ga perlu. Papa kamu lebih penting."

"Dhan..."

"Lo pulang aja ya."

Ardha langsung mematikan sambungan teleponnya, ia meletakkan ponsel ke dalam tas. Tak lama itu, seseorang menghampirinya.

"Udah lama ya ga ketemu."

Ardha menoleh ke sumber suara, ia tersenyum sekilas.

"Mungkin udah lima tahun lebih ya." lanjutnya.

"Lo apa kabar?" tanyanya, melihat Ardha yang diam saja dan hanya melemparkan senyumnya.

Ya, orang tersebut adalah Leon-masa lalu di masa kecilnya. Cinta monyet yang biasa dilakukan oleh anak-anak sekolah dasar. Mungkin cukup aneh di dengar. Cinta mereka hanya sekedar cinta anak-anak di usia belia. Mereka hilang kontak semenjak Ardha pindah ke Jakarta saat akan memasuki dunia sekolah menengah pertama. Pantas saja ketika mendengar nama belakang Laura sudah tak asing lagi ditelinga Ardha. Leonardo Dwichandra.

"G-gue baik, lo?"

Leon mengangguk, kemudian mereka mengenang masa lalu, yang mana di dalamnya penuh dengan canda tawa.

[A/N]

Hei, i'm comeback👋🏻
Maaf udh berbulan-bulan cerita ini menggantung, kmrn author istirahat sbntr dr dunia menulis😭

Inshaallah akan hadir karya2 baru dan cerita ini akan segera di berakhir:)

Thank u yg msh support karya aku dari dlu smpe skrng. Kalian hebat!✨

Ketua Kelas vs Bendahara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang