Hari ini jadwal gue apa?
[]"Sehun aja! Gimana, setuju kan lo pada? Chanyeol ganteng, tapi sepupu Oci. Sehun ganteng, bukan siapa-siapa Oci!" seru Eunha masih dengan semangat walau kepalanya udah ditoyor Lisa.
"Ha, bisa gak ngasih saran yang beneran?" Lisa mendelik ke arah Eunha.
Kesalahan apa lagi ini? Ga mungkin Sehun itu kakek buyut gue.
"Kenapa lagi, sih? Bener kan gue?" Eunha mulai ngegas.
"Sehun udah taken! Pacarnya si Mimi-Mimi itu!" ucap Lisa dengan nada lebih tinggi.
Gue menggelengkan kepala. "Udah-udah! Ini gak bener! Emang jadi jomblo itu paling bener! Udah! Gue gak mau deket sama siapapun lagi! Titik!"
Lisa dan Eunha berpandangan. Sebelum mereka mengeluarkan sepatah kata pun, gue berdiri dan berjalan menuju kamar.
"Kenapa malah pertanyaan pertama yang dijawab?" tanya gue dengan nada lemah. "Kenapa juga gue harus keseret ke hidup si Jung setan-songong-ngeselin Jaehyun yang udah dipastikan gak bakal jadi milik gue?"
[]
Pemandangan pertama yang gue lihat saat sampai di ruang tengah adalah ra-mai. Lisa di couch bareng Ryujin nonton Sofia The First sambil heboh sendiri. Eunha bareng Jihyo di bar dapur, heboh dengan kompor—mungkin mau bunuh diri barengan? Chanyeol ketawa-ketawa di samping Eunha yang panik telornya gosong.
Gue masih mengernyit di keramaian ini. "Guys! Kenapa ramai banget, sih? Ini Senin loh!" pekik gue dengan raut kesal sekaligus bingung.
Lisa menoleh ke gue sesaat. "Oci, hari Senin itu cuma dianggap sama yang punya kegiatan tetap. Alias, hari Senin cuma dianggap sama lo. All of us are free~"
Gue melotot lalu menatap ke arah Jihyo yang sibuk mengurus kekacauan Eunha. "Ji, lo gak kerja hari ini? Itu juga si Eunha, mau bakar dapur, hah?!"
"Gue hari ini project-nya bisa dikerjain dari rumah. Eunha! Itu minyaknya jangan dituangin lagi! Udah! Matiin aja! Astaga, item banget!"
Chanyeol menghentikan tawanya dan melihat ke arah gue. "Ci, mau bareng gue gak?"
"Lo emang mau ke mana?" tanya gue heran. Dia kelihatan rapi.
"Gue harus meet up sama Sehun di Sbux, tentang syuting entar malem," jelasnya.
Gue mengangguk paham. "Fine. Gue ikut lo."
[]
Gue masuk ruangan dengan wajah datar. Ruangan CEO kelihatan masih kosong. Bodo amat lah. Gue tidak berjalan menuju meja kerja, gue merebahkan tubuh di sofa.
Tok, tok.
"Hari ini jadwal gue apa?"
Suara di ambang pintu membuat gue terlonjak. Gue segera berdiri dan menyapa manusia di sana, "Selamat pagi, Pak."
INI MAKHLUK KENAPA DATANGNYA NGAGETIN BANGET SI?!
Menyadari dia minta jadwal, gue buru-buru bergerak ke meja kerja, mau menyalakan komputer. Tapi gue baru inget semua jadwal ada di HP. Gue merogoh kantong. Shit, HP gue di sofa. Gue balik lagi ke sofa dan mengobrak-abrik tas.
Huft, dapet.
"Lo panik banget. Hari ini gue disuruh Papa mantau proyek di Jakbar. Tapi sebelumnya, Papa minta gue liat-liat kantor dulu. Lo juga udah kirim PDF-nya tadi malem," ucap Jaehyun dengan senyum miringnya. Lalu dia berlalu begitu saja.
Saking kesalnya gue, gue hanya bisa memejamkan mata, tersenyum, dan berbisik, "Anjing."
[]
"Ini lobby-nya? Really? Gini doang?" komentar Jaehyun saat kami berada di lobby utama.
Gue mengangguk singkat. "Memangnya... ada kurang atau salah, Pak?"
"Jelas! I mean, ini literally black and white? Kayak ga ada gairah hidup. Kenapa gak add warna lain? Grey, hijau..?" Jaehyun berkomentar dengan wajah songong.
"Apa perlu saya tambahkan patung Gorilla di pojok sana, Pak?" tanya gue dengan senyum manis.
Jaehyun menautkan alis. "Buat apa?"
Gue memutar mata kesal. "Biar lo bisa ngaca tiap hari. Bacot amat."
[]
"Ini kantinnya?" Jaehyun bertanya dengan nada tak percaya lalu matanya mengitari tiap inci kantin.
"Iya, Pak. Apa perlu saya add warna lain? Grey, hijau..? By the way, ini makanan paling laku di sini. Rice cup," jelas gue berusaha tenang.
"Papa pernah makan di sini?" tanya Jaehyun masih dengan wajah tak percaya.
"Sering! Kenapa, sih, memangnya?! Makanannya gak enak?! Elah, biasa makan di warteg aja sok lu, ayam!" Gue mendelik ke arah dia.
Jaehyun akhirnya menunduk dan mulai makan. "Ini pake minyak apa?"
Gue mendelik lagi. "Bensin."
"Beneran?" Jaehyun melongo, dia hampir memuntahkan makanannya.
Lebay.
"Enggak lah, goblok!" Gue tau kalau gue udah terlalu kurang ajar untuk atasan. Bodo amat. Manusia songong harus dimusnahkan sesegera mungkin.
"Kata Mama, gue jangan jajan sembarangan. Karena biasanya minyaknya dipake berulang kali," ucap Jaehyun.
"Kemarin yang makan di warteg itu apa? Manja banget."
"Sebenarnya gue fine-fine aja." Lalu Jaehyun menyendok lagi dan makan tanpa beban.
"Terus kenapa lo mancing emosi?!" Gue hampir menggebrak meja saking keselnya—hampir.
"Ga papa. Biar lo marah. Lucu tau."
[]
"Siang, Pak. Inspeksi di Jakbar dibatalkan," ucap gue di telepon.
Jaehyun di seberang sana membalas, "Kenapa?"
"Itu, eum, Pak Changwook yang minta."
"Hng, oke. Terus diganti jadi apa? Gak mungkin kan gue tidur siang?"
Gue menarik napas panjang. "Ada rapat dengan Fancy Apparel, Pak. Sekitar tiga puluh menit lagi."
[]
yak, shipper hunrose tolong menjauh. sehun udah taken sama mimi (peri) :")hit the star if u enjoy it!
-panda
KAMU SEDANG MEMBACA
Alpas ✓
FanfictionKalau kalian jadi sekretaris CEO, jangan terlalu berharap ada kisah cinta fluff. Yang ada malah makan ati. Apalagi setelah ketemu anaknya yang kelakuannya mirip setan malam Kliwon. Si Jaehyun-Jaehyun itu. Highest Rank: #1 in Jaerose [042620] • jaero...