6 ➵ fuckboy things

7.1K 1.2K 77
                                    

Jaehyun itu fuckboy. Semuanya setuju, termasuk security cluster rumah dia.

[]

Author Side

Jung Jaehyun.

Dua puluh enam tahun. Anak kuliahan—pasca sarjana di Ekonomi Bisnis. Currently status, single.

Jaehyun itu fuckboy. Semuanya setuju, termasuk security cluster rumah dia. Dia jago ngerdus, gombal, dan sebagainya. Punya delapan mantan, semuanya putus dalam kurun waktu lima bulan. Gak pernah jatuh cinta, pernahnya naksir doang.

Lahir sebagai anak kedua Keluarga Jung seharusnya membuat hidupnya lebih bahagia. Nyatanya gak begitu. Dia udah di-set untuk jadi penerus ayahnya—Jung Changwook.

Jaehyun tahu, dia akhirnya akan menikah dengan pasangan pilihan orang tuanya. Perjodohan. Jaehyun bakal terima-terima aja, asalkan calonnya cantik dan pintar.

Jaehyun juga mengerti kenapa mamanya selalu mendukung dia. Mama membela dia saat Papa marah, Mama membelikan semua yang Jaehyun mau, Mama menuruti semua keinginan Jaehyun—makan, main, nonton, semuanya. Itu semua karena Jaehyun terlalu pecicilan dan tidak bisa diatur. Mama gak pernah marahin dia—kecuali perihal mandi dan kamar berantakan.

Jaehyun itu trouble maker. Saat TK, dia jatuh dari peluncuran karena kebanyakan gaya. SD, dia berkali-kali jatuh dari pohon mangga di dekat lapangan. SMP, dia mecahin kaca BK karena main bola basket pakai kepala. Belum lagi, berpuluh-puluh aduan; Jaehyun ngabisin jajanan kantin sekalian stand-nya juga dibeli, Jaehyun ngerdusin guru Sejarah yang udah tua, Jaehyun bawa-bawa turkish angora peliharan Papa ke kelas, dan sebagainya.

Alasannya? Jaehyun caper doang, kok.

Satu hal yang Jaehyun yakini, mau sebandel apa pun dia, gak bakal ada yang berani marahin dia kecuali Papa. Senakal apa pun dia, semua cewek mau kok jadi pacarnya.

Tapi hari itu enggak. Mama ngasih perintah kejam tanpa keringanan—menemani sekretaris Papa dan mengantar dia pulang.

"Mama, gak bisa gitu! Jae itu janjian bareng Bambam ama Jungkook! Mau mabar, Mama!" seru Jaehyun dengan tatapan melas melihat Mama yang mirip Hitler.

"Mabar, mabar! Kamu anterin atau..." Mama menjeda dan menarik kejam Asus ROG kebanggan Jaehyun dari atas meja, "Ini Mama ancurin! Pilih!"

Jaehyun hampir berteriak lebay. "Iya, Ma! Iya, ampun! Jae temenin dan anterin pulang! Beneran! Aduh, Maaa! Itu Asus ROG satu-satunya! Mama gak mau beliin lagi, kan? Makanya jangan diancurin, Ma!"

"Males banget Mama beliin hal gak berguna kayak begini! Berangkat sekarang, gak?!"

"Iya, Ma! Iya! Ya Allah, Ya Rabb! Gini amat punya emak."

"Apa tadi? Mau Mama ancurin sekarang?!"

"Enggak, MA! Udah, ini Jae berangkat! Dadah, Mama! Assalamualaikum!"

Terpaksa. Jaehyun terpaksa banget mendatangi sekretaris Papa. Males. Kesel.

Tapi semua dumelan Jaehyun batal saat melihat sosok sekretaris Papa; cantik dan body goals. Jaehyun senang? Tentu saja, Teman! Jiwa fakboi-nya menjerit bilang, 'target ini, Bray!'.

Tapi memang dasarnya Jaehyun itu bego, bisa-bisanya dia ketiduran saat menemani Roseanne yang cantik itu. Dia harusnya bangun dan ngajak ngobrol!

Belum lagi saat bangun dia pake acara lupa! Dia beneran nge-blank saat bangun dan melihat wajah cantik Rose yang kesal. Jadinya, lupa sesaat.

Selama nganter Rose pulang, baru kali itu ada cewek yang gak caper ke dia. Tidak memuji Jaehyun sama sekali. Tidak merasa terpesona.

Intinya, Roseanne di mata Jaehyun itu sesuatu yang berbeda.

Jaehyun merasa kalau pertemuan mereka di Dufan itu takdir yang gak main-main. Itu pertanda, Jaehyun harus dapetin Rose! Namun, bisa-bisanya cowok itu malah ngatain Rose 'jomblo tua'.

Dengan rasa tidak mau kehilangan target, Jaehyun dateng ke rumah Rose dan minta maaf. Semuanya dilakukan agar PDKT-nya berjalan lancar.

Bertemu Rose membuat satu hal yang Jaehyun yakini patah sepatahnya. Sebaik apa pun dia, Rose akan tetap memarahinya, memakinya, ngegas padanya. Se-prince charming apa pun dia, Rose tetap tidak mau jadi pacarnya!

Jaehyun tertantang. Eh, apa Jaehyun jatuh cinta? Jelas tidak, jiwa fakboi-nya saja yang sedang bekerja.

[]

Jaehyun sebenarnya tidak tahu pasti; apa Rose beneran jomblo atau tidak. Jelas saja, kalau seandainya Rose sudah punya pawang, dia akan mundur semundurnya. Jaehyun itu fakboi, bukan perusak hubungan orang. Cukup akhlaknya saja yang rusak, harga dirinya tidak usah ikutan.

Berdasarkan informasi kacangan yang diterimanya dari Jungkook, Rose itu tinggal di rumah kontrak bersama tiga temannya. Salah satu temannya itu mantan Jungkook. Rose itu orang Bogor. Tapi sejak kuliah tinggal di Jakarta. Sayangnya, temannya itu tidak tahu status Rose.

Jadi menurut Jaehyun, sedikit susah melakukan pendekatan dengan keluarga cewek itu. Tapi tidak apa-apa, pasti temannya mudah didekati. Tinggal bawa makanan dan voucher belanja; Jaehyun pasti langsung direstui.

Sore itu, setelah menerima kabar akurat dari Papa yang bersantai dengan Putih—kucing kesayangan Papa yang harganya lebih cocok buat beli mobil baru—Jaehyun langsung meluncur ke kediaman Rose. Semoga saja pendekatan dengan teman-teman Rose berhasil.

Dengan keberanian yang susah payah dikumpulkan, Jaehyun mengetuk rumah Rose. Tidak ada jawaban. Eh, kan ada bel. Gini, nih, kalau otak hanya bekerja pada mode kerdusin anak orang.

Jaehyun menekan bel. Sekali. Batinnya merapalkan alasan yang udah ditulis sedemikian rupa dalam benak.

"Loh, Jaehyun?"

[]

hit the star if u enjoy it!

-panda

Alpas ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang