34 ➵ mina

4.7K 839 85
                                    

Saya Myoui Mina

[]

Malam menjemput. Gue ke luar rumah dan berdiam di teras. Jemari gue masuk ke kantong hoodie.

Terdengar suara pintu dibuka. "Ci? Ngapain di luar?"

Gue menoleh. "Pengen aja."

Gue terkekeh singkat. Lisa yang ada di ambang pintu ikut ke luar dan duduk di kursi samping gue.

"Sori, gue gak bilang dulu tentang Jaehyun. Itu permintaan dia." Lisa memulai percakapan.

"Gue confess ke dia kalo gue suka sama dia," ucap gue tanpa menoleh ke Lisa.

"Selangkah lebih maju, tapi harus lo akuin bentengnya masih ada," Lisa menarik napas sesaat, "Mina."

Gue menunduk. "Gue gak pernah berpikir untuk end-up dengan Jaehyun. Kayaknya... ini cuma rasa sesaat, Lis."

"Jangan ambil keputusan sendiri, Ci. Coba bicarain dengan dia dulu. Jaehyun... dia udah usaha lebih jauh dari yang lo bayangin."

[]


Jung Jeno bukan sosok adik yang dekat dengan kakak laki-lakinya. Kakaknya itu lebih sering di luar rumah dan menghabiskan waktu dengan game atau pacar-pacarnya.

Tapi se'tidak-akrab'-nya Jeno terhadap Jaehyun, dia yakin kalau cowok itu bukan tipe yang mudah serius dan niat.

"Kak Jae di mana, Jen?" Yoona gusar. Akhir-akhir ini Jaehyun selalu pulang malam.

Jeno mengedikkan bahu pelan. Makan malam dua keluarga ini jelas penting. Apalagi ini tentang perjodohan kakaknya dengan anak gadis pemilik Fancy Apparel.

"Coba kamu yang telepon. Mama mau ke ruang makan dulu."

Jeno mendengus lalu mengambil HP. Dia mulai menelepon Jaehyun. "Kak, di mana?"

"Di jalan mau pulang." Suara Jaehyun terdengar lelah.

Jeno terdiam sesaat. "Makan malamnya udah mau mulai. Keluarganya Kak Mi—"

"Ck. Nggak usah sebut nama dia. Gue tutup."

Jeno menghela napas lantas menatap layar HP. Dia tahu, kakaknya sedang berjuang. Untuk seseorang yang bukan bernama Myoui Mina.

[]

"Maaf, saya terlambat." Ucapan Jaehyun terdengar sangat tidak tulus. Dia duduk di ruang makan dengan wajah datar.

"Nggak apa-apa, kok—"

Jaehyun memotong, "Maaf, saya juga terlambat sadar saya benar-benar tidak ingin perjodohan ini."

Yoona mendelik. Changwook mengeraskan rahang. Jeno menelan ludah kasar. Soojung berusaha tetap lanjut makan.

"Mungkin kalau saya memaksa diri sendiri, yang tersakiti Mina. Karena saya tidak berjuang untuk dia. Saya berjuang untuk sosok lain."

"Jaehyun," desis Yoona. "Hmm, Jaehyun agak banyak pikiran akhir-akhir ini. Jadi—"

"Mama tau sendiri kalau Jae serius. Jae ga akan berhenti. Tolong batalin semuanya."

[]

Rose mengucek mata. Minggu pagi yang sangat dia cintai. Tangannya meraih HP yang berdering karena alarm.

Dia mematikannya dengan cepat. Jemari gadis itu mengecek notifikasi. Ada pesan dari nomor tidak dikenal.

From: +62-824-039-741

Saya Myoui Mina. Bisa bertemu sekitar jam dua belas siang?

Rose mengernyit. "Ini bocah ngapain? Iyain aja, dah."

[]

Mina mengetukkan jari pelan ke meja kayu. Rose di seberangnya menyesap espresso dengan gaya kalem.

"Saya denger, kamu dekat dengan Jaehyun." Mina memulainya.

Rose menoleh sesaat. "Hah? Emm, lumayan."

"Kamu tau sendiri, saya dan dia dijodohkan untuk pernikahan. Walau cuma kepentingan bisnis, tapi ini berdampak besar untuk kehidupan kami selanjutnya."

Rose mulai bisa membaca arah percakapan ini. "Saya tau dan sepertinya Anda merasa saya mengusik. Benar?"

"Perasaan kalian berdua yang mengsusiknya. Tolong dimengerti, kehadiran kamu tidak berdampak untuk keluarga Jaehyun. Jangan menempel dengan dia. Maaf, kamu bisa jadi parasit bagi dia."

Rose mendengus. Parasit? Semulia apa wanita di depannya ini sampai bisa memberinya parasit?

Mina melanjutkan, "Kamu harus sadar, dengan kamu menjauh, kamu memberi kehidupan lebih baik untuk Jaehyun dan bisnis Papa-nya."

Rose terkekeh singkat. "Sebagai sekretaris CEO, saya lebih mengerti bagaimana dampak perusahaan anda untuk Jung Enterprise. Belum ada proyek resmi. Masih rencana. Fancy Apparel menghilang juga tidak membuat Jung Enterprise jatuh."

Rose menegak espresso-nya sampai tandas. "Juga, yang memenangkan hati Jaehyun itu saya bukan Anda."

[]

Rose Side

Gue memeluk diri sendiri sampai rumah. Di ruang tengah, kami semua berkumpul. "Sumpah, gue ngomong apaan. Mampus aja gue. Duh, dipecat dah gue."

"Ni dua bocah nyalinya pada gede-gede amat," komentar Eunha sembari makan pringles. "Si Jaehyun juga berani banget ngomong begitu pas makan malam."

"Jaehyun ngomong apa?!"

"Santai, Ci. Jaehyun minta batalin perjodohannya," sahut Lisa tenang.

"Kok kalian tau?!" Gue ngegas lagi.

"Kami, kan, punya grup chat 'Menaklukkan Hati Oci'," jawab Lisa sembari menunjukkan ruang obrolan empat orang itu.

"Siapa yang buat?!"

"Jaehyun. Tu anak satu mana bisa apa-apa tanpa bantuan kita-kita," ungkap Eunha.

Eunha menyambung, "Lo kalo dipecat kerja bareng gue aja, Ci. Ga usah desperate amat lah. Hidup dibawa selow aja kaya di Moscow."

Gue mendengus. Masih dengan sejuta overthinking. Lalu HP gue berdering. Gue meraihnya dan melihat nama yang tertera.

"Mampus. Mampus. Mampus. Pak Changwook nelepon. Aduhh! Gantung diri aja kali gue."

"Jawab aja, elah." Jihyo menyahut tanpa beban.

Gue menggigit bibir bawah lalu menjawab panggilan itu dengan nyawa gemetaran. "H-halo, P-pak?"

"Rose, tolong kirimin saya tempat favorit Jaehyun, makanan kesukaan dia, sama tempat beli Asus ROG terbaru. Cepat, ya."

"Hah?"

[]

hit the star if u enjoy it!

-panda

Alpas ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang