32 ➵ eunwoo si anak gaming

4.4K 802 49
                                    

lo anak game bukan, sih?

[]

17 Januari

"Hari Jumat gue seharusnya lebih cerah. Tapi ngeliat muka lo gue jadi mual."

Eunwoo malah tertawa mendengar keluhan gue. "Makin dilihat, makin suka gue sama lo."

"Mikin dilihit, mikin siki gii simi li. Bego, buaya," balas gue dan mulai mengunyah es dari cup americano yang sudah habis. "Mau ngapain, sih, njir?"

Eunwoo menarik napas panjang. "Rose, kita udah kenal sebulan lebih. Gue tau dan gue nyadar—"

Tiba-tiba telepon gue berbunyi. Gue menahan ucapan Eunwoo. "Bentar, nyokap gue, nih."

Gue beranjak dan ke luar Starbucks. "Halo, Mam. Kenapa?"

"Drakor yang kemarin kamu saranin apa?"

Gue menghela napas pendek. Gue kira apa, ya Tuhan. "The K2. Tapi kayaknya Mam ga suka, deh. Romance-nya dikit."

"Ya udah, Mama tutup."

Lah, serasa apa banget gue. Gue menggelengkan kepala pelan. Area parkir gerai ini besar juga ternyata. Gue memerhatikan keadaan sebentar. Lantas mata gue menangkap sosok yang gak asing.

"Loh, Jaehyun?"

Sosok yang gue kira Jaehyun itu menoleh. Dia baru aja mau masuk lewat pintu belakang. Gue mengernyitkan dahi. Ternyata bener dia.

"Oci?"

Gue mendekat. "Lo ngapain di sini?"

Jaehyun salah tingkah. "I-itu... kerja."

Gue melongo sesaat. "Jangan bilang lo mau—"

Jaehyun kaget. "B-bu—"

"Lo mau beli peralatan gaming baru, kan?!" seru gue dengan sejuta prasangka buruk di kepala. Pasti ini bocah punya plan jadi gamer sejati—makanya butuh uang tambahan. Gerak-geriknya terlalu kebaca. "Lo sekolah tinggi-tinggi tapi berakhir jadi gamer buat apa, Jae? Sayangi orang tua, buang anak tak berguna!

Dia ternganga sesaat. Lalu tertawa. "Gue masuk dulu ya, Oci. Gue berguna kok buat masa depan kita. Bye!"

Cowok itu kabur begitu saja. Gue mau mengomel lebih lanjut namun akhirnya hanya bisa berseru, "Jangan nge-game, oy!"

[]

"Jadi apa yang mau lo omongin?"

Eunwoo menarik napas panjang. "Gue..."

Gue menahan napas penasaran. "Iya...? Lo kenapa?"

"Gue..."

"Iya. Lo kenapa?"

"Gue... suka sama lo. Jadi pacar gue, ya?"

Gue terdiam. Lalu tertawa kecil. "Kirain apaan."

Eunwoo menunjukkan ekspresi kaget. "Kok jawabannya gitu, sih?"

Gue tertawa lebih keras. "Basi soalnya. Keseringan denger."

"Rose... gue beneran pengen jawaban." Eunwoo menunjukkan sorot rasa kecewa.

Gue menghela napas. "Woo, gue.... Gue juga suka sama lo."

Eunwoo menunjukkan raut senangnya. "Beneran?"

"Iya. Sebagai temen. Gue suka lo jadi temen gue. Lo itu seru, asik, kocak. Buaya lagi. Ganteng sebagai tambahan. Lo itu berharga, banget.

"Tapi, Woo.... Kalau lo nyari tempat di hati gue, gak ada lagi yang sisa ruang kosongnya. Hati gue udah penuh; ada Mama, Papa, Ryujin—si adek laknat, temen-temen gue—Lisa, Eunha, Jihyo, dan seseorang yang gak bisa gue lupain sekuat apapun gue nyoba—Jung Jaehyun."

Gue tersenyum getir. "Jadi... cari hati kosong yang siap nerima sosok seberharga lo, ya? By the way, kalau lo mau nangis, gue siap jadi senderan sebagai temen terbaik. Hehe."

Eunwoo tersenyum tipis. "Makasih. Makasih udah jadi temen yang gak ngecewain gue."

Gue mengedikkan bahu. "Roseanne gitu, loh! Eh anyway, lo gak pernah denger nama Jaehyun gitu?"

"Enggak. Pertama kali. Tapi sering denger di cerita lo sebagai 'cowok ter-dabest'."

"Masa? Bambam kenal? Jungkook?"

"Kenal," jawab Eunwoo santai.

Gue mengernyitkan dahi. "Lo anak game bukan, sih? Apa selundupan doang? Anak bawang lu, ya?"

Eunwoo terkekeh. "Apaan, sih. Gak jelas, bego."

"Lo gak kenal Jung Jaehyun yang sayang banget sama Asus ROG-nya sampe mampus?" Gue bertanya masih dengan nada tidak percaya. Kata Eunha, Eunwoo kenal Jaehyun—karena mereka satu circle.

"Gue gabung awal-awal Desember, Rose. Gak pernah denger, sumpah. Mungkin Jaehyun lo itu udah gak nge-game lagi. Who knows?"

Jaehyun? Berhenti main game?

"Matahari tadi pagi terbit di mana? Ini belum kiamat, kan?"

"Bego banget, temen gue."

[]

Author Side

Jaehyun
Jadi kan lis?
Di sbux aja ya

Lisa
Sip

[]

25 Januari

"Jaehyun udah kontak gue." Lisa menatap Eunha dan Jihyo bergantian. "Si Oci pake acara sakit segala."

"Bodo. Yang penting idup," balas Eunha.

"Oke, gue telepon Jae lagi, ya?" tanya Lisa diiringi anggukan Jihyo.

"Halo, Jae? Cepetan. Keburu sakaratul maut Oci—"

Pletak!

"Aw, sakit, Ji!" Lisa mengaduh akibat jitakan di kepalanya dari Jihyo.

"Mulutnya gak bener banget."

"Iye, sori." Lisa mendengus. Lalu dia beralih ke panggilan. "Cepetan, Jae."

[]

hit the star if u enjoy it!

-panda

Alpas ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang