22 ➵ pure

4.8K 917 61
                                    

it's about 'pure'.

[]

Hari Selasa.

Sama seperti bulan-bulan sebelumnya. Gue kembali dengan berbagai laporan, rapat, proyek dan sebagainya. Hari ini gue harus lembur, again. Dengan asupan kopi tiap pagi dan malam, juga jam tidur yang gak beraturan, ditambah junk food kalau keroncongan, bentar lagi paling gue jadi tengkorak.

Bukan kurus, tapi mati.

Terkadang gue pengin jadi semacam Lisa atau Eunha. Mereka bahagia walau pendapatan suka gak nentu kayak perasaan.

Tapi ini jalan yang udah gue pilih. Berkutat dengan komputer, lalu makan dengan gaji.

Istirahat makan siang tidak gue gunakan maksimal. Gue gak makan siang. Gue malah tiduran di sofa putih bagus dan main HP. Scrolling, scrolling, and judging.

Iya, kayak netizen umumnya.

Gue membuka DM dan membalas beberapa pesan. Lalu untuk Jaehyun.... Gue menghela napas pelan dan mengetikkan balasan.

__jungjaehyun
Buah pisang buah pepaya
Hai manusiyaaa

Rosesaintrosie
Hai

__jungjaehyun
Loh kok?

Gue terkekeh pelan. Jawab senormal mungkin, jangan misuh tapi jangan overacting juga.

__jungjaehyun
U sick?
Kok gak marah-marah?

Rosesaintrosie
Gue engga sakit

__jungjaehyun
Terus...?

Rosesaintrosie
Gak kenapa-kenapa
Beneran

__jungjaehyun
Oke
Mau ayam gak? Gue go-food

Gue menelan ludah kasar. Hati gue menjerit, MAU MAU MAU. Tapi otak gue berkata, JANGAN JANGAN JANGAN.

Ow, syit. Sayangnya, gue masih punya otak.

Rosesaintrosie
Enggaaa
Gue udah lunch

Hati gue menjerit lagi, BOHONG! ITU AYAM LOH, ENAKKK!

Gue menggeleng, berusaha menumpas keinginan hati untuk makan ayam.

___jungjaehyun
Lucu deh, huruf 'a'-nya dibanyakin
Jadi suka gue
Lo suka gue juga ga?

Hampir baper, tapi tidak sempat karena jiwa misuh gue bangkit.

Rosesaintrosie
MUSNAH COBA.

[]

Hari Rabu. Kembali ke ruangan kantor minimalis lantai tujuh yang gue cintai. Tangan kanan gue meraih cup Americano dan menegaknya untuk ke sekian kali. Lalu gue kembali mengetik di komputer.

Telepon di sisi kiri gue berdering. Gue mengangkatnya dan suara di seberang terdengar, "Roseanne, kamu udah hubungi pihak trainer-nya?"

Gue mengernyit sesaat. Gue membuka Gmail di komputer dan meneliti baik-baik. "Sudah, Pak."

"Balasannya apa?"

Gue mengklik kotak masuk dari pihak trainer. "Oh, minta konfirmasi lebih lanjut, Pak. Dari sananya minta ketemu untuk bicarain acaranya. Mereka yang nge-jadwal ini."

"Kenapa gak daritadi kamu kabarin saya? Sesibuk apa kamu?"

Mulai, deh.

"Maaf, Pak. Tadi saya ngecek laporan dari bendahara," jawab gue dengan nada pelan.

"Oh, oke."

Huft. Tidak kena semprot, selamat.

"Tapi, Pak, mereka jadwalinnya nanti malam di daerah Kemang. Saya atur jad-"

"Kamu saja yang hadir, sama Jaehyun. Saya mau istirahat nanti malam."

Gue otomatis kaget. "Loh kok sama Jaehyun, Pak? Maksud saya..."

"Udah, udah. Kamu jangan protes lagi. Saya itu capek liatin dia main game mulu di kamar. Saya heran, sekarang dia jadi anak rumahan. Saya takut nanti kalau kelamaan di rumah, pas keluar malah muncul di buku Sejarah. Jadi prasasti saking kunonya. Biar dia makin ngerti cara kerja."

"Haha, iya, Pak. Tapi, maap, candaannya garing."

"Iya, harta kamu juga garing."

Lalu Pak Changwook memutus panggilan. Gue mendengus. "Sobat misqueen harus sabar. Gak bapak, gak anak sama aja. Mulutnya licin kalau ngatain orang."

[]

Sisa malam benar-benar terasa kosong bagi gue. Jaehyun berusaha berisik, tapi semuanya gue tanggepin dengan senyum tipis. Dia akhirnya diem sendiri.

Gue turun dari mobil dia. "Makasih, ya."

Dia mengangguk singkat. "Lo... ada masalah?"

Gue menggeleng. "No. It's just a tiring day."

Dia mengangguk lagi. Lantas menggaruk tengkuk singkat. "Gue... pulang."

"Iya. Hati-hati."

Gue masuk ke rumah. Sepi. Kayaknya udah pada tidur. Gue langsung masuk ke kamar. Gue melepas sling bag dan meletakkan map di atas meja rias. Gue langsung rebahan di kasur.

Apa gue keterlaluan? Melihat wajah Jaehyun tadi, gue ngerasa kayaknya ini over. 'Bales seperlunya'. Tapi gue memperlakukan dia seolah-olah memang gak ada yang perlu.

Gue mengambil HP. Gue berniat nge-chat, tapi urung. Gue langsung menutup aplikasi Intagram.

Kalau dipikir-pikir, hubungan gue dan Jaehyun gak meningkat pesat. Kami gak punya nomor masing-masing. Cuma pernah jalan tiga kali, yang semuanya tidak bisa dihitung 'date'-karena gak ada yang bener satu pun. Tau kesukaan satu sama lain juga enggak. Tapi anehnya saling punya perasaan.

Gue mengacak rambut kasar. Kenapa juga gue bisa suka sama dia?

Pertama, dia gak seperhatian itu. Yang dia lakuin cuma minta maaf, ngatain, minta maaf lagi, banyak tingkah.

Kedua, muka dia gak seganteng itu. Setelah gue perhatikan lebih jauh, orang-orang di sekitar gue juga cukup ganteng-ganteng. Jaehyun masih belum bisa jadi juara satu.

Ketiga, dia gak pernah bertingkah manis. Come on, kerjaannya cuma ngatain, ngetawain, dan cemburuan gak jelas. Permintaan maaf yang dia lakuin pertama kali mungkin bisa dihitung sebagai tingkah manis. Satu doang.

Kenapa gue bisa suka sama dia, sih?

Gue Roseanne Park. Dua puluh enam tahun, wanita karir, mandiri, dan butuh komitmen. Tapi malah naksir ke bocah yang jarang serius?

Enam tahun terakhir, gue hanya suka ke orang dengan berbagai petimbangan sebelumnya. Gue gak bakal bisa suka ke orang yang gak bisa berkomitmen.

Tapi sekarang?

Gue kenapaaa?

Ting!

__jungjaehyun
Oci, semangat!

Gue menarik senyum tipis. Sepertinya gue tahu kenapa, gak perlu susah-susah alasannya.

It's about 'pure'. He has it.

Gue tersenyum makin lebar. Tatapannya, ucapannya-walau ngeselin-ketawanya, senyumnya, semua tentang dia. Semuanya terasa setulus itu.

Gue menghela napas pelan. Dua hari lagi dan Jihyo bilang masih ada ujian untuk ketulusan Jaehyun.

[]

pengennya update berapa hari sekali?

hit the star if u enjoy it!

-panda

Alpas ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang