BAB 23

2.2K 59 0
                                    

"ADRIAN! " jerit Eryn Camelia dari bilik tidur nereka. Kedua belah tangannya dibawa ke pipinya. Eryn Camelia menahan sakit. Dari semalam giginya sakit. Nak gigit burger McDonald pun tak boleh. Itu sudah ganggu mood dia sebagai pencinta McDonald.

Seminit.
Dua minit.
Tiga minit.
Tak sampai-sampai lagi.

"Adrian! " jerit lagi. Namun kali ini giginya sangat sakit sehinggakan dia menangis.

Telefon bimbitnya diambil dari night stand dan menghubungi Adrian. Sekali aku call tak angkat. Dua kali aku call tak angkat juga. Haih, mana laki aku nih? Hilang ke mana pula.

Kali ketiga baru panggilan telefonnya dijawab. "Awak, gigi saya sakit.. " kata Eryn Camelia sambil menangis. Air matanya sudah mengalir deras akibat kesakitan itu.

"Kejap. Kejap, saya naik. Stop crying, keh sayang.. " pesan Adrian Daniel.

Beberapa saat kemudian. Tubuh Adrian berjalan masuk ke dalam bilik tidur mereka. "Oh my god! What happen to your cheek? It's turn to red, sayang.. "

"It's hurt! I cannot speak rightly.. " jawab Eryn Camelia sambil menangis.

"Let's go, i bring you to clinic. "

"Nope! I don't want to go there. "

"But, sayang your cheek already red and probably your teeth swallow now. Let's go! "

"No.. I hate needle... "

"I know, but we just go there and check okay. "

"Promise? "

"Yes, of course. Promise. "












Adrian Daniel's POV

Aku memimpin lengan kiri Eryn sambil menolak pintu cermin dihadapan kami berdua.

"Duduk sini kejap. Saya nak daftar dulu. "

Setelah aku menyuruh Eryn untuk duduk di kerusi yang disediakan. Aku melangkah ke arah meja pendaftaran. Handbag milik Eryn di geledah sambil mata memandang ke arah dua orang pekerja dihadapan aku.

"Selamat datang, encik

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Selamat datang, encik. Encik first time ke datang sini? "

"Ya, saya. First time. "

"Kami perlukan ic. Doktor yang bertugas hari ini ada lima orang." jelas salah seorang pekerja itu sambil memandang aku.

"Doktor perempuan ade kan? " tanya Adrian Daniel.

"Doktor perempuan? " soalan itu disoal kembali kepada Adrian Daniel dengan nada terkejut.

"Wife saya yang sakit. If i right, Doktor Helina bertugas dekat sini kan? "

[C] Dulu Kawan Sekarang SayangWhere stories live. Discover now