"Sekarang hubungan kita gimana?"
---
Zeline stress dan Zeline tau resiko terbesarnya, buat makan aja rasanya gak mood banget. Ia hanya mengurung diri di kamar, mengurung dia sendiri dengan hatinya yang sudah hancur berkeping - keping.
Mata Zeline sudah sangat sembap membuktikan ia sudah semalaman menangis, hidungnya sudah merah dan membesar. Rambutnya berantakan bahkan ia masih menggunakan gaun kelulusannya kemarin. Bibirnya kering, wajah yang terus merenung tanpa arah. Ia benar - benar seperti mayat berjalan sekarang.
Tiba - giba pintu kamarnya terbuka dengan suara bantingan yang keras dan Zeline melihat Katy yang menatapnya datar.
"Benar kan? Gue ada disini buat lo," ucap Katy sambil memeluk Zeline yang sedang jongkok di pojokan.
"Kat, gue hancur, dia udah pergi karena gue, dia marah karena gue, dia kecewa karena gue. Gue hanya bikin dia sakit hati Kat," ucap Zeline lirih bahkan maatnya masih menatap Katy kosong.
"Jangan suruh gue ngomong, luapin semuanya dulu, lu butuh bicara buat nenangin hati."
"Kat, gue gak bisa berhenti mikiran dia, bahkan gue sampe sekarang terus nangis karna nya. Gue udah nyakitin hatinya dan sekarang gue udah gak punya hak buat ngomong sama dia. Gue udah jelasin dan dia memutuskan untuk pergi."
Zeline membalas pelukan Katy lalu bahunya bergetar karena menangis, suara isakan yang menyayat hati.
"KENAPA GUE HARUS DILAHIRIN SEMUDA INI, KENAPA GUE GAK 5 TAHUN LDBIH TUA DARI SEKARANG. Kenapa Tuhan mempertemukan kita kalau pada ujungnya kita harus pisah?"
"Kat, apa dia malu berhubungan sama remaja labil kayak gue? Apa dia benci sama gue sekarang? Apa dia muak sama gue? Apa dia baik - baik saja sekarang?"
Katy mengusap punggung Zeline memberikan kesabaran.
"Pertanyaan lo sama buat kenapa Tuhan ciptain manusia kalau pada ujungnya semua akan mati. Zel, apapun yang terjadi, gue yakin semua pertemuan itu udah dirancang. Kalau emang pada dasarnya lu jodoh sama dia, dia akan kembali sama lo. Tapi, kalau Tuhan ngasih rencana lain buat, lu harus menerima itu dengan lapang dada."
Katy kemudian membawa Zeline ke luar kamar dan membawa Zeline duduk di kursi meja makan dengan teh hangat dan bubur sudah dihidangkan.
"Zel, gue tau lu patah hati tapi, bukan berarti lu berhenti ngurusin hidup lu yang lain. Lu masih punya masa depan yang perlu lu urus, dengan ini berarti lu harus pindah kan?"
Zeline yang awalnya menatap malas bubur itu, mengangguk menatap Katy.
"Lusa, gue harus pergi untuk ngelanjutin studi gue, balik ke negara asal gue," ucap Zeline lemas. Dengan begini jelas sudah, ia gak akan bertemu Darrel kembali.
Katy menatap Zeline lalu tersenyum kect, "Zel, kalau lo lahir lebih tua, lu gak akan ketemu gue, Harmony ataupun Gea. Jadi gue harap lo cintai diri lo apa adanya, karena semua hal itu ada positif sama negatifnya."
"Sekarang lo makan, lo istirahat, lo ganti baju, besok gue akan datang lagi untuk ngebantu lo packing. Gue tau lo butuh waktu sendiri untuk nenangin diri, gue pergi dulu," ucap Katy lalu keluar dari apartemen Zeline.
Zeline tau sekarang ini bukan waktu yang tepat untuk berdiam diri seperti orang pengangguran. Kalaupun dia hancur begini, apa Darrel akan datang untuknya? Mengelus rambutnya seperti dulu, mencium dia?
Zeline kemudian mengganti bajunya dan ketika ia baru sempat mau makan, suara bel pintunya berbunyi.
Dengan malas, ia berjalan dan membuka pintu itu, dan disitu tampak Charles yang sedang tersenyum lebar menatapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar Daddy
Romance(Selesai) WARNING!!! (17+)‼ MENGANDUNG KATA VULGAR DAN KASAR‼ ADA SEDIKIT ADEGAN ++‼ Hanya kisah seorang gadis yang berumur 17 tahun bertemu seorang pria berumur 30 tahun yang mendebarkan hatinya. Apakah kisah cinta mereka akan berhasil dengan perbe...