● 9 ○

98.8K 2.6K 23
                                    

"Ketika itulah aku tau, aku sudah jatuh terlalu dalam padanya."

---

Hari sudah menunjukkan pukul 6 malam dan selama itu Zeline menunggu dengan duduk di sofa. Ia bahkan hanya keluar dengan Darrel ketika jam makan siang.

Resiko pacaran sama orang sibuk itu ini yah, pikirnya.

Ia bahkan sudah beberapa kali berpindah posisi, mulai dari duduk normal hingga selonjoran tak tau malu. Oh jelas saja, beberapa cupangan terlihat disana sangat jelas membuat Zeline kesal karna harus menggunakan syal saat sekolah.

Tapi, ia suka dong. Ia bahkan sudah mengelus - ngelus dada bidang milik Darrel yang selama ini ia impikan. Keras dan kokoh itu yang bisa ia gambarkan.

Zeline kemudian merapikan duduknya ketika melihat Darrel berjalan ke arahnya.

"Kamu pasti bosan ya," ucap Darrel sambil mengelus kepala Zeline dari atas.

"Hmmm... kamu sibuk kerja melulu sih."

Zeline terlihat cemberut membuat darrel menyubit pipi tembennya itu hingga Zeline mengaduh kesakitan.

"Jangan cemberut sayang, habis ini aku mau ajak kamu ke apartemenku," ucap Darrel lembut dan Zeline bersemnagat kembali.

"Sekarang?"

"Ya dong!"

"Finallyyyyy."

.
.
.

"Kalau aku tau apartemenmu sebesar ini, daridulu aja aku kesini terus," ucap Zeline yang sedang asik berbaring di atas sofa empuk. Apalagi bau khas cowok yang menusuk kedalam hidungnya membuat ia sadar keharuman cowok kesayangannya itu.

"Kamu bisa ambil beberapa cemilan di dapur, aku mandi dulu," ucap Darrel mengecup dahi Zeline lalu masuk ke kamarnya.

Zeline terbengong, bukan karena kecupan dahi itu, ataupun cemilan yang Darrel bicarakan tapi, pikirannya sudah kemana - mana ketika mendengarkan kata mandi.

Ia selama ini hanya pernah melihat bagian atasnya saja itpun setengah doang. Ia seakan membayangkan, jika ehem Darrel naked, sedang terbasuh di bawah pancuran shower. Rambutnya yang basah dengan cipratan air dimana - mana. Bibir merah yang menyala terang di tengah warna monokrom, apalagi badan atletis itu tidak bisa dianggurkan.
Bahu yang tegap cocok sebagai sandaran. Rasanya pikirannya sudah mesum sekali.

"Jadi cewek kok mesum banget sih Zel," gerutu Zeline lirih. Ia kemudian ke dapur mengambil beberapa cemilan yang kelihatannya enak lalu membawanya ke ruang tamu.

"Kamu mau makan apa?"

Suara serak khas itu membuat Zeline tau siapa dibelakangnya, ia menyiapkan diri jika tiba - tiba Darrel shirtless. Zeline menoleh ke belakang dan rasanya ia sudah terbang ke khayangan.

Badan cowok kesayangannya itu ternyata jauh lebih bagus dari perkirannya, kotak - kotak enam itu terlihat sangat jelas dan berotot. Beberapa otot di lengannya itu juga sangat menggoda untuk dielus.

Tapi, itu bukanlah hidangan utamanya. Zeline menyadari Darrel hanya menggunakan handuk sebagai penutup bawahanya dan bukan hanya itu, Zeline terfokus pada sesuatu yang agak mencuat keluar yang sangat sangat sangat membuatnya tambah berpikiran mesum.

Aku ingin lihat sesuatu dibalik handuk itu, pikir Zeline.

Ia kemudian menatap mata Darrel kembali yang sedang memperhatikan kebengongannya. Zeline menahan nafas ketika Darrel mendekatinya, ya ampun bau badan cowok itu semakin kuat.

"Auchhh!" Ucap Zeline ketika dahinya disentil oleh Darrel.

"Mata kamu mengarah kemana hey!" Ucap Darrel smenetara Zeline hanya menjawab dengan senyum tak bersalah.

"Habis Daniel junior sangat terlihat ingin bebas," ucap Zeline pelan walaupun Darrel masih bisa mendengarkannya.

Darrel menarik Zeline masuk ke kamarnya, membuat Zeline was - was. Ya walaupun dia pengen, tapi ia masih menjaga komitmennya. No marriage before sex, eh kebalik.

"Jangan berpikir macam - macam, aku mau memberi baju ganti," ucap Darrel mengetahui isi pikiran Zeline dan Zeline hanya terkekeh dibuatnya.

"Kamu dapat darimana saja itu?" Tanya Zeline curiga. Ya masa dia pakek baju bekas cewek lain.

"Tenang saja, aku beli baju - baju ini," ucap Darrel membuat Zeline mengehela nafas lega. Sori ya walaupun dia bitch, dia bitch berlevel.

"Darrel, segera pakai bajumu napa!?" Ucap Zeline mencurahkan isi hatinya. Ia takut ia tidak bisa mengontrol pikirannya jika berlama - lama melihat Darrel seperti ini.

Darrel berbalik melihat ke Zeline lalu menyudutkan Zeline ke dinding.

"Aku ingin melanjutkan sesuatu di kantor, kita hanya berdua disini dan ruangan ini kedap suara," bisik Darrel.

Tanpa menunggu jawaban dari Zeline, ia langsung mencium bibir Zeline dengan ganas, membuka kemeja Zeline dan melemparkannya ke lantai.

"Mari kita buat lebih banyak tanda untukmu," ucap Darrel lalu menggendong Zeline dan menempatkan Zeline berbaring di atas kasurnya. Ia kemudian berbaring berada di atas Zeline.

"Akan kubuat kau hanya bisa meneriakkan namaku," ucap Darrel lagi.

Tangan Darrel yang besar itu masuk ke dalam tanktop Zeline dan mengelus punggung Zeline. Tak lupa bibir Darrel yang masih nakal itu menciumi leher Zeline.

Tak butuh waktu lama, Darrel membuka tanktop Zeline dan melemparnya, mencari pengait bra itu dibelakang dan membukanya.

"Darrel, aku malu," ucap Zeline sambil menutupi dadanya yang sudah terbuka itu. OMG, dia harus gimana donggg!?

"Sesuatu yang indah itu harus diperlihatkan."

Darrel menarik tangan Zeline dan menggenggamnya di kasur.

Darrel menelan ludah menikmati pemandangan di depannya itu, bukit Zeline yang sangat pas ditangannya, bulat dan kenyal, dengan nipple pink sangat menggoda. Apalagi terdapat piercing di atas pusar Zeline sangat menggoda.

"Malam ini, kita habiskan berdua."

.
.
.

Zeline menggeliat di dalam selimut, ia merasakan sesuatu yang berat sedang memluk dirinya dam ketika ia membuka mata, ia melihat wajah Darrel yang sangat berdekatan dengannya.

Ia kemudian melirik ke badannya sendiri dan ia hanya menggunakan cd. Ia kemudian sangat malu, ia sudah half naked di hadapan seorang pria dewasa. Untung saja Darrel menetapi janjinya untuk tidak berbuat lebih dari ini, seengaknya ia masih virgin sekarang.

Ketika Zeline berusaha menjauh, Darrel memeluknya lebih erat.

"Kamu mau pergi kemana, hmmm?" Tanya Darrel dengan mata masih tertutup.

"Kamu sudah bangun ternyata, ini udah jam 9 malam. Besok aku ada kelas," ucap Zeline menggerutu. Ya gila apa kalau dia tinggal disini, seragam gak ada heh.

"Kamu mau pulang sekarang? Aku masih belum puas," ucap Darrel yang menurut Zeline sangat sensual di telinganya. Ohhh! Ia juga gak puas kok, eh?

"Aku harus balik Darrel sayang, aku harus menyiapkan beberapa hal yang perlu kubawa besok."

"Baiklah."

Merasakan pelukan Darrel melonggar, ia segera mengambil pakaiannya kembali dengan cepat dan hanya butuh waktu kurang dari 1 menit, pakaiannya sudah rapi.

"Kamu masih malu? Aku sudah nelihatnya tadi," ucap Darrel lalu mengaduh kesakitan merasakan pukulan Zeline di lengannya.

"Ihhhh! Jangan dibahas, aku sangat malu mendengarnnya. Cepat bangun! Antar aku kembali ke apartemen."

Akhirnya Darrel yang sudah mandi itu merasa keringetan lagi, walau begitu ia langsung memakai bajunya dan mengantar Zeline pulang.

Sugar DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang