● 17 ○

61.5K 2.3K 58
                                    

"Apa hubungan kita yang sudah retak ini bisa bersatu kembali?"

---

Di sisi lain, Darrel terus termenung di ruang kantornya. Ia memutuskan untuk memikirkan pekerjaan berharap semua fakta yang ia dapat kemarin bisa langsung hilang, sayangnya itu sebuah kemustahilannya.

Beberapa dokumen berserakan di mejanya, konsentrasinya terpecah dan dia malah gak bisa fokus untuk bekerja. Ia hanya menatap komputernya tanpa berniat bekerja. Telihat beberapa botol alkohol sudah berserak di lantai, entah berapa banyak ia berusaha minum agar stressnya menghilang.

Tiba - tiba pintu ruangannya dibuka dan terlihat Charles disana, dia bahkan tidak punya tenaga untuk mengusir Charles dari sana.

"Jadi? Apa kamu marah telah menerima ajakan ku kemarin?" Tanya Charles duduk di hadapan Darrel.

"Apa maumu kesini? Aku ingin sendiri," ucap Darrel yang secara tidak langsung mengusir Charles.

"Ketahuilah Darrel, kamu dan Zeline beda 13 tahun. Ia sudah membohongi mu selama ini," ucap Charles persuasif.

Darrel memejamkan mata membiarkan semua perkataan Charles mengalir ke telinganya, "Ternyata benar dugaanku, kamu juga mencintai Zeline kan?"

Charles hanya menatap Darrel dingin tanpa berniat menjawab. Ia kemudian mendengus kesal lalu tersenyum licik.

"Dan Darrel, kamu merebutnya dariku begitu saja. Sebagaimanapun kamu berusaha, perbedaan 13 tahun itu bukanlah hal yang sepatutnya terjadi."

Charles lalu berdiri berjalan ke pintu ruangan Darrel, lalu ia berbalik menatap Darrel. "Apa kau tak kasihan dengannya? Kamu tau apa yang terjadi jika kamu terus bersama dengannya." Lalu Charles menutup pintu.

Darrel memijat pelipisnya, pusing dan stress benar - benar memenuhi pikirannya. Ia kemudian meninggalkan kantor dan pulang ke rumah ibunya.

"Jarang - jarang kamu kesini, apa terjadi sesuatu?" Tanya mami Darrel sambil mengelus rambut anaknya itu.

Darrel hanya terdiam, ia menyenderkan tubuhnya di sofa dan memejamkan mata.

"Mami, dia sudah berbohong padaku," ucap Darrel datar. Ia tidak menangis, ia hanya kecewa.

"Do you mean Zeline?"

Darrel membuka matanya menatap mami nya, ia kemudian mengangguk sebagai jawaban.

Maminya tersenyum, "Sejak awal, mami tau dia bohong padamu."

"Lalu kenapa mami gak ngasih tau?"

"Mami tau kamu sudah dewasa untuk ini, kalian berdua sudah dewasa maksud mami. Lagipula kelihatan loh, apakah karena sebegitu cintanya hingga menutupi kepekaanmu?"

Darrell menghela nafas gusar, "Pantas saja dia masih ada seragam sama buku SMA saat itu," ucapnya lirih.

"Menurut mami, kenapa dia gak ngasih tau Darrel dari dulu? Padahal aku sudah nunggu dia buat cerita."

"Hmm... apa kamu yakin? Kamu pasti mengucapkan sesuatu yang buat dia gak mau bicara, secara gak langsung mungkin?"

Darrel berusaha mengingat semua pertemuan mereka dan kemudian membelakkan mata keingat sesuatu.

"Kau ingat sesuatu kan?" Darrel kemudian mengangguk sebagai jawaban.

"Kenapa kalian gak nyelesaian hubungan kalian baik - baik?"

"Mami, apa yang perlu diselesain? Semua sudah jelas."

Mami Darrel menggelengkan kepala, "Kalau begitu kenapa kamu pergi?"

Sugar DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang