Di suatu malam, ada tiga orang kultivator berlari dengan sangat cepat dan lincah menuju suatu lembah tempat berdirinya sebuah sekte menengah aliran netral. Bagi orang awam dan kultivator pemula mereka hanya terlihat seperti sekelebat bayangan hitam yang bergerak sangat cepat. Ini membuktikan bahwa mereka memiliki ilmu meringankan tubuh yang sangat tinggi.
Beberapa saat kemudian tibalah mereka di dekat sekte tersebut. Namun langkah mereka terhenti karena ada seorang anggota sekte yang sedang patroli malam. Anggota sekte yang tidak menyadari kehadiran mereka menandakan ketiga orang kultivator itu memiliki kemampuan menyembunyikan hawa keberadaan yang tinggi.
Salahsatu dari ketiga kultivator itu mendekatkan kedua telapak tangannya. Sesaat kemudian diantara telapak tangan tersebut muncul bola api padat kekuningan. Bola api itu cukup kecil, namun terlihat memiliki suhu yang sangat tinggi.
Di waktu bersamaan anggota sekte yang sedang patroli tersebut sesaat merasakan nafsu membunuh yang tipis. Dia langsung meningkatkan kewaspadaan. Namun belum sempat bereaksi lebih jauh sebuah bola api meluncur dengan sangat cepat menembus dadanya. Seluruh organ dalamnya terbakar dan meleleh secara perlahan.
Setelah dirasa aman ketiga kultivator tadi mulai menyusup ke dalam sekte tersebut dan saling berpencar. Langkah mereka sangat lincah dan hati hati, sehingga belum ada satupun penghuni sekte yang menyadari keberadaan mereka.
Setelah masuk cukup dalam mereka mengeluarkan beberapa kertas yang bertuliskan "Ledakan" dan "Teleport" dalam aksara kuno. Mereka menempelkan kertas kertas tersebut ke beberapa bangunan sekte. Setelah ditempelkan, kertas kertas tersebut meresap secara perlahan ke dalam dinding bangunan, sehingga tidak akan ada yang menyadari ada kertas yang pernah tertempel di sana.
Setelah masuk cukup dalam, beberapa kali mereka ketahuan oleh anggota sekte yang sedang berjaga. Namun sebelum sempat memanggil pertolongan, anggota sekte yang berjaga tersebut terlebih dahulu kehilangan nyawa mereka di tangan para penyusup.
Memang dari segi kekuatan ketiga penyusup tersebut memiliki tingkat praktik yang tinggi dibanding anggota sekte yang mereka temui.
Namun setelah beberapa saat salah satu Tetua menyadari kehadiran mereka. Tetua tersebut melemparkan kembang api ke atas langit malam, membangunkan seluruh penghuni sekte.
Ketiga penyusup yang sudah ketahuan dengan sigap segera melarikan diri. Karena ilmu meringankan tubuh dan tingkat praktik yang tinggi, mereka dengan mudah melewati setiap anggota sekte yang berusaha menahan mereka. Anggota sekte yang tingkat praktiknya lebih rendah hanya akan terluka dan sebagian terbunuh saat berusaha menangkap penyusup tersebut.
Alhasil, para penyusup berhasil melarikan diri dan beberapa anggota sekte kehilangan nyawa. Patriach yang sedang latihan tertutup pun terpaksa keluar dari ruangan latihannya.
Malam itu penghuni sekte meningkatkan kewaspadaan serta menyelidiki tujuan para penyusup tersebut mengusik sekte mereka malam malam. Anggota sekte yang terluka segera diobati, dan bagi mereka yang kehilangan nyawa dikumpulkan ke lapangan terbuka untuk di adakan upacara pagi harinya.
Namun, saat matahari mulai terbit hal yang tak terduga terjadi. Secara serentak di beberapa bangunan sekte terjadi ledakan yang cukup besar. Bangunan sekte banyak yang hancur dan korban pun berjatuhan.
Kediaman patriach pun tak luput dari ledakan. Kerena kesigapan patriach, istri dan anaknya berhasil diselamatkan tepat waktu.
Namun seakan belum cukup masalah yang terjadi, datanglah pesan dari penjaga gerbang sekte yang mengatakan di depan sekte mereka ada rombongan pasukan dari sekte aliran hitam menunggu untuk disambut.
Patriakh menduga ada hubungan antara penyusup semalam dan ledakan kali ini dengan sekte aliran hitam yang bertamu pagi sekali ke lembahnya.
Sesaat kemudian patriakh beserta tetua dan pasukan elit sekte sudah tiba di depan gerbang. Patriakh mengerutkan dahi saat mengenali rombongan didepannya dengan melihat pakaian yang mereka pakai. Patriach berusaha tetap tersenyum dan berkata, "Wah wah wah, ada apa gerangan rombongan Dark Phoenix Sect bertamu sepagi ini ke lembah kami?"
Salah satu pria sepuh dari Dark Phoenix Sect tersebut maju beberapa langkah dengan raut wajah mengejek, "Tidak usah pura pura bersikap ramah. Kau pasti sudah tahu rombongan yang kubawa tidak bermaksud baik terhadap sektemu, Patriach Ming"
Senyuman menghilang dari wajah sang patriach.
"Berarti penyusup semalam dan ledakan yang baru saja terjadi memang ulah kalian?"
"Ya, itu ulah kami. Semalam beberapa orang kami menyusup ke dalam sektemu dan menyebabkan sedikit keributan. Walaupun begitu misi mereka berjalan lancar, yaitu menempelkan kertas ledak dalam jumlah banyak di setiap sudut sektemu. Sebagian kecil sudah kami ledakkan. Masih ada seratus kertas sisanya menunggu untuk diledakkan."
Wajah patriakh berubah masam. Masih ada beberapa ledakan lagi yang mungkin bisa mengahancurkan seluruh lembah ini beserta isinya
"Apa maumu?"
Pria sepuh tadi tersenyum
"Bagus, kau mudah mengerti. Baiklah, aku, Tetua Hong Ji sebagai perwakilan dari Dark Phoenix Sect menginginkan Pusaka yang disimpan oleh sektemu, Philosopher Stone"
___
AN : Cerita ini terinspirasi dari novel dan tontonan yang pernah saya lihat. Namun yang paling berpengaruh adalah novel Journey To Immortality karya Shujinkouron.
KAMU SEDANG MEMBACA
Legenda Dewa Inskripsi
FantasySuatu kejadian membuat seorang bocah tujuh tahun menjadi budak. Namun masa depannya terselamatkan karena seorang kultivator jenius membelinya. Saat sang kultivator sekarat dia mengangkat bocah itu menjadi muridnya, dan melepaskan segel budak yang me...