Geram

876 43 0
                                    

❤lima belas menit kemudian Tirta keluar dari kamar menuruni tangga menyusul mama elvina dan papa bagus yang sudah menunggunya diruang makan.

Tirta mendaratkan bokongnya di kursi sebelah papa bagus, mengambil makan siang nya dengan berbagai macam lauk.

Tak ada percakapan yang keluar dari mulut mereka, hanya ada gentingan merdu suara sendok dan garpu yang saling beradu kekuatan.

Tak berapa lama papa bagus membuka pembicaraan yang membuat kefokusan Tirta dan mama elvina teralihkan pada papa bagus.
.
.
.
.

"Tirta jangan lupa nanti jam 7 malam kamu harus dateng ke acara yang papa bilang kemaren" ucap papa bagus dengan tangan di atas meja makan dengan jari yang saling menyatu

"Iya pa" jawab Tirta singkat

" Berapa usiamu Tirta?" Tanya papa bagus

"26 pa, masak papa lupa?" Timpal Tirta terkejut karena tiba tiba papa bagus menanyakan hal itu, dan Tirta menggelengkan kepalanya

" Usia kamu udah cukup matang untuk berumah tangga, kapan kamu akan memperkenalkan pacar kamu sama mama sama papa" tegur papa bagus dengan wajah datar

"Sudah kuduga" gumam Tirta dengan menyeringai

"Nanti pa kalo udah waktunya" jawab Tirta malas ia tak ingin ribut hari ini

"Bagaimana kalo bulan depan?" Tawar papa

"Hah? Bulan depan?" Tanya Tirta terkejut dengan matanya yang membelalak dan alisnya yang hampir saling menyatu

"Iya Tirta kamu cepetan dong kenalin pacar kamu sama kita, emang kamu gak pengen gitu cepat cepet nikah" saut mama dengan wajah melas

"Ma.. pa... Nanti kalo Tirta udah punya pacar, pasti aku kenalin tapi gak saat ini juga" Tirta menghela nafas kesal, dan menjatuhkan punggungnya di belakang kursi makan.

Seketika nafsu makan Tirta hilang begitu saja.

"Papa gak bilang saat ini juga, papa kasih kamu waktu 2 bulan tepat di hari ulang tahun kamu yang ke-27 dua bulan lagi, kamu harus sudah menggandeng kekasih kamu, jika dalam dua bulan kamu masih belom juga menggandeng pasangan, terpaksa papa akan jodohkan kamu dengan anak rekan bisnis papa" jawab papa bagus tegas, dengan raut wajah meyakinkan, yang membuat siapa saja enggan melihatnya karena takut

"Pa.. papa gak bisa--"

"Papa gak butuh bantahan kamu Tirta" potong papa bagus

Shit! Umpat Tirta kesal dengan memalingkan wajahnya ke arah meja makan, rahangnya mulai mengeras mata dan wajahnya memerah, tangan nya mengepal tanda Tirta sedang sangat kesal, mama elvina beralih tempat duduk, dan berdiri di samping kursi makan Tirta sambil mengelus-elus pundak Tirta guna meredakan amarahnya Tirta yang sudah sampai pucuk ubun-ubunnya yang sebentar lagi akan meledak.

Tirta tak henti hentinya mengumpat kesal, dia menggebrak meja makan tanpa basa basi ia berdiri pergi dari ruang makan meninggalkan mama elvina dan papa bagus, beranjak ke kamarnya.

Ceklekkk!!!!

Tirta membuka pintu kamar dan menuju balkon di depan kamarnya. Ia mendaratkan tubuhnya di sofa balkon dengan mendongakkan kepalanya sambil menghela nafas panjang, ia mencerna perkataan papanya.
Shiitt!! Lagi lagi umpatan itu keluar dari mulutnya, ia teriak mengeram sambil mengacak acak rambutnya.

Drrrtttt Drrrtttt

Handphone tirta yang ada di saku celananya berdering menandakan ada panggilan telepon masuk, ia menggeser tanda hijau di layar ponselnya dan meletakkannya di telinga kanannya.

"Hallo no ada apa?" Sapa Tirta pada seseorang di seberang sana

"Hallo bro, ntar malem lo jadi kan dateng ke acara orang tuanya pacar gue?" Tanya seseorang di seberang

"Oohh itu acaranya pacar elo?" Tanya Tirta

"Bukaan... Tapi acara orang tuanya pacar gue" jelas orang tersebut

"Iya itu maksud gue" timpal Tirta

"Pokoknya elo harus dateng, gue gak mau tau, dan gue gak butuh alasan apapun" pinta seseorang di seberang dengan paksa

"Dih maksa.... Iya iya ntar gue dateng kok, sama mama sama papa gue juga, udah loh tenang aja" jawab Tirta meyakinkan dengan senyum kecut

"Good, ya udah gue tunggu entar malem ya bro" suara seseorang di seberang dengan tertawa puas.

Telepon pun terputus, Tirta kembali masuk kamar meletakkan ponselnya di atas nakas, beralih ke lemari besar yang ada di kamarnya, mencari pakaian yang cocok untuk ia kenakan ke acara nanti malam, tak henti hentinya Tirta mengacak acak baju di lemarinya yang sudah tersusun rapi.

Shiitt!! Umpatan itu akhirnya keluar lagi dari mulutnya, ia bingung harus memakai baju apa nanti.

"Gue harus pakek baju apa ya? Gue kan gak pernah dateng ke acara anniversary kek begituan?" Gumam Tirta menepuk jidatnya, dan tetap mengacak acak bajunya.

Tak lama Tirta memutuskan untuk memakai setelan tuxedo  yang berwarna silver dengan kemeja putih yang dimana membuat penampilan Tirta menjadi lebih elegan malam nanti.

❤Waktu kini menunjukkan pukul dua siang, rasa lelah kini menempel erat di tubuhnya yang membuatnya enggan keluar dari kamar, ia memutuskan untuk merebahkan tubuhnya di atas ranjang yang berukuran size king, ia menghela nafas panjang dan mulai memejamkan kedua mata indahnya ia berlanjut masuk kedalam mimpinya. Terlihat jelas wajah lelah di dirinya.

Mama elvina membuka pintu kamar Tirta guna mengecek keadaan Tirta, ia mendapati anaknya sedang tidur siang dengan pulas, ia menghampiri Tirta dan mengelus rambutnya  yang berantakan.

"Maafin perlakuan mama sama papa ya sayang, mama sama papa melakukan ini demi kebaikan kamu juga" gumam mama elvina sambil tersenyum sedih.

Ia melihat sekeliling kamar Tirta yang berantakan dengan bajunya, mama elvina segera membereskan semua baju baju Tirta yang berserakan. Setelah selesai membereskan baju Tirta mama elvina menghampiri Tirta lagi, ia mencium kening putranya dengan penuh cinta

"Eeemmmuuuaaacchhh, selamat istirahat sayang" gumam mama elvina dengan senyuman penuh cinta, ia kemudian beranjak dari ranjang Tirta dan bergegas keluar kamar.
.
.
.
.

❤❤❤❤Happy Reading❤❤❤❤
Maaf chapter ini lebih singkat😁

The Perfect CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang