Hari ini lebih berbeda dari hari-hari sebelumnya,
Ketika Cavea sarapan di meja makan dengan raut wajah yang sedikit canggung karena di depannya kini terdapat seorang cowo yang sedang asyik mengunyah makanan.
Cavea sengaja memandanginya."Apaan?"
Tanya Devan kepada Cavea karena merasa risih ketika di tatap seperti tadi"Hm? Apaan? Ya gapapa"
Jawab Cavea berbelit-belit."Dih, gajelas banget"
Lalu mereka berdua segera menghabiskan sarapan tersebut, dan buru-buru mereka bangkit dari tempat duduk masing-masing, lalu menenteng tas untuk bersiap pergi ke sekolah.
Cavea berjalan keluar pagar bermaksud untuk naik angkot ketika berangkat ke sekolah.Lalu Devan yang sudah di atas kuda besinya lengkap dengan helm tersebut menghampiri Cavea dengan motor sport nya,
"Mau kemana?"
Tanya Devan singkat sembari membuka kaca penutup di helm nya."Lu kira? Ya sekolah lah"
Jawab Cavea seperti biasa, ketus dan males-malesan."Ayo"
Tawar Devan"Kemana?"
Tanya Cavea polos."Lu pikir? Ya sekolah lah"
Jawab Devan menirukan jawaban Cavea yang tadi.
Hal tersebut membuat Cavea sedikit geram dan memutarkan kedua matanya."Naik cepet"
"Bentar ih, lu ga liat gua lagi pake rok juga"
"Ribet"
Kemudian Cavea menaiki motor sport tersebut dengan susah payahnya sampai duduk dengan nyaman.
"Udah?"
Tanya Devan yang di jawab dengan deheman dari Cavea."Nih pakai"
Perintah Devan seraya monyodorkan helm kepada Cavea."Pakai?"
Tanya Cavea sedikit bingung apa yang harus ia lakukan, karena sejak awal dia memang tidak bisa memakai helm, sebab dia juga jarang naik motor."Iya buruan"
Cavea mengulurkan tangannya untuk menerima helm tersebut dari tangan Devan, dan dia hanya memegangi helm tersebut erat-erat.
"Ayo"
"Helm nya kenapa di pakai tolol"
Cavea tidak bisa menjawab pertanyaan yang di ajukan Devan.
"Udah gapapa, gua mah anti ginian"
Jawab Cavea sokDevan memutarkan kedua bola matanya malas, lalu memakaikan helm tersebut kepada gadis yang ada di belakangnya.
Ketika mereka saling menatap, dengan pandangan yang terpaku, lalu suasana menjadi hening seketika."Udah, ayo"
"Eh pagarnya belum di tutup!"
Ucap Cavea mengagetkan seraya menepuk bahu Devan dengan sedikit keras, sehingga sang empunya sedikit meringis."Yaudah, turun lagi, tutup"
Perintah Devan."Gua? Sial, susah payah gua duduk di motor, dan sekarang lu suruh gua turun lagi?"
Gerutu Cavea kesal."Trus?"
"Ya elu lah"
"Yang punya rumah siapa?"
Tanya Devan menantang."Gua"
"Yang harus tutup pagarnya siapa"
"Gu- hm iya gua"
Lalu Cavea segera turun dan menutup pagar tersebut rapat-rapat. Kamudian naik lagi ke atas motor yang berwarna merah tersebut.
"Ayo"
Ajak Devan yang di balas Cavea dengan membulatkan jari telunjuk dan jempolnya sehingga berbentuk huruf O menandakan untuk siap melaju.

KAMU SEDANG MEMBACA
we are?
Novela Juvenil"We are?" Kisah persahabatan sekaligus percintaan yang menjadi satu, tanpa ada kata "pacaran". Dua hati yang tersatukan tanpa kesengajaan. Dua sahabat yang mempunyai sebuah Promise tersendiri.