Jantungnya berdegup kencang. Cewek itu memegangi erat tali rafia yang tergantung di bahu kanannya. Dia menelan ludah dengan susah payahnya, menatap gerbang kokoh SMA Garuda Bangsa di atasnya.
Tentu saja cavea vanita putri sangat gugup. Ini adalah hari pertamanya mengikuti kegiatan Masa Orientasi Siswa. Dan seperti sekolah lain, para siswa atau pesertanya mengenakan pakaian aneh dengan peralatan untuk dibawa."Ve!"
Panggil seorang cewek dari belakang. Cewek yang kini berlari ke arah Cavea, dia adalah Cantika Dwi Andara, atau Caca, sahabat Cavea sejak sekolah dasar."Gue kira, gue udah telat". Ujar Caca. Gadis bersuara cempreng itu membungkukkan badan dan memegang lututnya sendiri sambil mengatur napasnya.
"Emang udah telat kali, ca!"
"OMG! Bodo banget sih gue!" Pekik Caca, menepuk dahinya.
"Kenapa?"
"Jam tangan gw rusak!"
Cavea hanya memutar kedua bola matanya.
"Ya udah lah, kita langsung masuk aja yuk? Sebelum kita di hukum."Tergesa-gesa kedua cewek tersebut berlari menuju aula. Mereka kesulitan berlari karena terlalu banyak membawa atribut MOS di dalam keresek hitam.
Caca berlari sangat cepat, membuat Cavea kesulitan mengejarnya. Memang lari adalah salah satu kelemahan Cavea. Apalagi dia juga lelet banget, belum lagi kebiasaanya yang suka jatuh tiba-tiba, kaya anak kecil.
Misalnya saja kali ini. Karena terlalu buru-buru mengejar Caca, dia tidak sadar tali sepatunya lepas, gadis itu menginjaknya dan terjatuh begitu saja."Au!"
Rintisan Cavea dalam posisi telungkup.Gadis berambut sebahu itu menatap kedua telapak tangannya yang kini memerah dengan beberapa butir pasir yang menempel. Dia mengernyit.
Cavea menengadahkan kepalanya dan mendapati siluet seorang cowok yang menurut Cavea ganteng banget. Tentu saja gadis tersebut membelalak takjub melihat ciptaan Allah yang saat ini ada di hadapannya. Entahlah, dia mimpi apa semalam, menjumpai seorang cogan di hari pertama MOS nya. Ya, cowok itu adalah Avero Devandra Mengantara.
Masya Allah, cogan.
Dengan cepat, Cavea bangkit dan merapikan rok birunya yang sedikt kotor, karena terkena debu. Saat itu Cavea hanya bisa diam dan melongo menatap ketampanan dari cowok tersebut."Apa lu, gue tau kok, gue emang ganteng. Oiya! Hati-hati itu mulutnya ntar kemasukan lalat."
Cavea berkedip, sadar dari bengong nya. Dia nyengir seraya menatap cowok itu. Sontak Cavea respons dengan ucapan cowok tersebut.
"Dih, siapa juga yang liatin lu coba. Toh, gantengan juga sepatunya dari pada orangnya."
Tentu saja Cavea sebel. Ternyata cogan yang dia liat tidak sesuai dengan dugaannya. Dia kira cowok yang barusan tersebut cool banget. Tapi apa? Cowok nya nyebelin banget. Padahal baru aja ketemu, kenal aja enggak. Beda banget sama cowok-cowok yang dia baca ceritanya di Wattpad. Devan memang cool, tapi Cavea aja yang gak tahu seperti apa Devan sebenarnya.
"Gak usah nge- les juga kali. Bilang aja kalo gue emang ganteng."
"Dih, PD banget lu."
Cavea berlari meninggalkan Devan yang kini menatap kepergian dirinya. Entah kenapa ekspresi wajah Cavea tadi membuat Devan ingin sekali merespon nya. Devan pikir, kaya lucu aja gitu pas ngelihat ekspresi wajah Cavea yang kaya tadi. Padahal tadi pagi dari sekian banyak cewek yang histeris di buatnya, tak ada satupun yang bisa membuat Devan merespons mereka. Kecuali Cavea.
*****
"Kenapa kalian baru datang?"
Tanya seseorang senior cewek yang kini berdiri di ambang pintu aula sambil melipat kedua tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
we are?
Fiksi Remaja"We are?" Kisah persahabatan sekaligus percintaan yang menjadi satu, tanpa ada kata "pacaran". Dua hati yang tersatukan tanpa kesengajaan. Dua sahabat yang mempunyai sebuah Promise tersendiri.