Cavea mondar mandir di depan pintu dengan air mata yang sudah bercucuran sedari tadi setelah mendengar kabar dari Caca tentang Devan yang kecelakaan akibat balap liarnya dengan Vano.
Dia tak bisa berbuat apa-apa, pintunya terkunci dari luar, rumahnya memang di desain dengan beberapa pintu kecuali pintu belakang. Rumah ini tak mempunyai pintu belakang, satu-satunya pintu utama berada di depan dan sayangnya Devan telah mengunci pintu tersebut dari luar.
Cavea semakin panik.
Lalu setelah beberapa detik kemudian, otaknya berfungsi dan berpikir bahwa ia harus menelpon sang bunda dan menanyakan tentang kunci cadangan. (Kunci cadangan loh, bukan lelaki cadangan awkwk. Author pov)"Assalamualaikum, bunda"
Panggilnya dengan suara yang terisak."Waalaikumsalam sayang, ada apa? Kamu kaya lagi nangis gitu. Kenapa nak? Kau gapapa?"
Sungguh sangat perhatian seorang bunda kepada anaknya yang saat ini tak dapat ia pandang.
"Gapapa kok bun, bunda tau gak, kunci cadangan Pitu depan ada di mana?"
"Kamu yakin gapapa? Nak Devan di mana? Kamu kenapa nangis sayang? Jawab bunda ih, jangan bikin khawatir"
"Kunci candangannya di mana bundaaa!?"
Tanya Cavea sekali lagi dengan nada tingginya."Di laci kamar bunda, kamu lagi ada masalah? Ve, jawab bunda ih"
"Vea cuma lagi nonton drakor, endingnya sad, jadi kebawa. Udah dulu Bun, assalamualaikum"
(Salah satu tips Cavea yang bisa membuat hidungnya makin mancung ala pinokio yang suka boong awkwk. Author pov)Lalu Cavea segera bergegas menuju kamar sang bunda dan menemukan sebuah kunci cadangannya, dan begitu tangannya meraih kunci tersebut, ia berlari menuju pintu depan, lalu membukanya dengan tangan yang gemetar, dan air mata yang masih tetap mengucur deras.
Sebelumnya ia sudah memesan angkutan online,
Detik jam terus berputar.Tik tik tik
(Bunyi hujan di atas genting, airnya turun tidak terkira~ (Monmaap authornya rada sableng. Selo gan, jangan tegang gitu bacanya))
Begitupun dengan degup jantung Cavea yang memburu, tak teratur.
*****
Setelah sampai ke rumah sakit, Cavea melihat Gerald yang berada di depan ruang IGD.
"Ge! Devan dimana?"
Tanya Cavea kepada Gerald Dnegan matanya Yang sedikit sembab."De- Devan di lantai 2 ruang ICU no.4"
Jawab Gerald dengan terbata-bata seakan-akan ia tak tega memberitahu Cavea tentang kecelakaan tersebut.
Lalu ia berlari menyusul Cavea yang kini menuju ke lantai 2.Sesampainya ia melihat Caca yang berada tepat di depan ruangan Devan.
"Ca, De- Devan kena- kenapa caa?"
"Ve, lu- ummm duduk dulu, Devan gapapa, dia cuma keseleo kayanya"
"Lu pikir gua bego apa? Masa keseleo sampe masuk ruang ICU."
Semprot Cavea yang masih terisak.(Makhlum. Caca rada gblk. Dia ga jago nge bujuk seseorang. Yang ada malah bikin emosi)
Ruang ICU masih saja tertutup rapat, dan dokter serta susternya pun belum keluar dari ruangan tersebut. Terpaksa mereka harus menunggu dokternya keluar terlebih dahulu
°
°
°
°
°Ini kalo di swip up pasti ceritanya lebih tegang.
Yuklah swip up gan🧡Tapi nanti pasti ada tulisannya gini, "anda berada di akhir cerita"
Awkwk. Mau aja di kibulin, tunggu aja part berikutnya. See you <3
KAMU SEDANG MEMBACA
we are?
Fiksi Remaja"We are?" Kisah persahabatan sekaligus percintaan yang menjadi satu, tanpa ada kata "pacaran". Dua hati yang tersatukan tanpa kesengajaan. Dua sahabat yang mempunyai sebuah Promise tersendiri.