Ini menjadi malam yang perih bagi Cavea. Perih karena ketika dia mengganti lagi plasternya setelah makan malam, jari-jarinya berdenyut. Plasternya pun tidak mampu meredam perih itu.
"Dasar kejam" umpat Cavea seraya meniup lukanya pelan-pelan.
"Kok bisa ya cewek kaya gitu di pilih jadi wakil ketua osis?"
Cavea menatap lutut serta telapak tangannya yang diplester.Cavea bergidik seraya membereskan peralatan P3K dengan rapi. Dia kemudian berjalan keluar kamar. Cavea mendapati sang bunda yang kelihatan sangat sibuk.
"Bunda ngapain?"
Tanya Cavea."Beres-beres sayang"
"Emang mau kemana? Kok gak bilang-bilang kalo mau pergi?"
"Kemarin malam bunda pengen kasih tahu kamu, tapi kamunya udah tidur, yaudah gak jadi, trus tadi pagi kamu keliatan buru-buru gitu. Hm bunda ada kerjaan penting, Minggu ini bunda udah mulai kerja lagi. Dan seminggu ini bunda bakalan gak di rumah, bunda ada meeting penting sama klien, meetingnya di Spanyol"
"Kok gitu? Ayah lagi di luar kota, bang Lino juga. Terus sekarang bunda mau tinggalin Vea juga? Terus sekarang Vea sama siapa?"
Ucap Cavea lirih dengan mata yang berkaca-kaca."Maafin bunda sayang, bunda harus kerja, nanti kamu ada temennya kok"
Kata Aisha sembari memeluk putri satu-satunya."Hum? Teman?"
"Iya, nanti anak klien bunda mau nginep buat jagain kamu selama seminggu."
"Wah, serius bun? Siapa?"
"Nanti kamu tau sendiri, sekarang tolong kamu ambilin bed cover di kamar bunda."
"Hm iya bundaa"
Jawab Cavea malas-malasan.
Ketika Cavea sedang memilih bed cover di dalam laci, ia mendengar bundanya memanggilnya."Vee! Nak, turun dulu, tamunya udah dateng nih"
Cavea sedikit terkejut karena ternyata tamunya sudah datang. Dengan cepat, dua menghambur ke ruang tamu dan menemui tamunya.
"Mbak Aisha!" Sapa wanita itu kepada Aisha.
"Maaf ya datangnya kecepetan."
Mereka bersalaman dan cipika-cipiki."Gapapa, Ririn!"
Jawab Aisha kepada tamunya.Yap, klien yang dimaksud Aisha adalah Ririn, mamanya Devan.
Di belakang Ririn, Aisha menemukan cowok tinggi ganteng sedang berdiri kalem.
"Ini anak kamu?"
Tanya Aisha terpukau."Masya Allah, ganteng banget"
"Ah, biasa aja. Iya mbak, ini namanya Devan."
Lalu Devan mencium punggung tangan Aisha. Aisha tersenyum menatap Devan. Dia lega karena Devan keliatan anak baik-baik.
"Oh iya, anaknya mana mbak?"
"Dia lagi di atas."
"Bun! Ini bed covernya yang item apa yang putih?"
Teriak cavea di lantai atas."Panjang umur tuh"
Aisha tersenyum."Sayang, turun dulu, tamunya udah datang nih, salam dulu sini!"
Cavea memutar kedua bola matanya. Dia sudah menguping pembicaraan bunda dan tamunya dari balik pintu kamar.
Dia tidak menyangka harus bertemu mereka sekarang juga.
Cavea menuruni tangga dan seraya membawa bed cover putih.
Wajahnya sengaja di halangi dengan bed cover yang tebal dan besar."Kenapa gak di taro dulu bed covernya?"
"Ekhm. Nanggung Bun"
Susah payah Cavea menyalami Ririn dengan bed cover yang menutupi wajahnya. Namun, salam berikutnya, membuat Cavea menjatuhkan bed cover begitu saja ke atas lantai dengan wajah terbelalak hebat.

KAMU SEDANG MEMBACA
we are?
Teenfikce"We are?" Kisah persahabatan sekaligus percintaan yang menjadi satu, tanpa ada kata "pacaran". Dua hati yang tersatukan tanpa kesengajaan. Dua sahabat yang mempunyai sebuah Promise tersendiri.