Ada yang berbeda

86 15 8
                                    

Sarangeul haettda uriga manna 🎶
Jiuji mothal chueogi dwattsda
Bolmanhan mellodeurama 🎶
Gwaenchanheun gyeolmal
Geugeomyeon dwaettda neol saranghaettda 🎶

Alunan lagu love scenario dari ikon tiba-tiba merambat halus di telinga gadis cantik yang sedang tertidur nyenyak. Dia mendengus kecil seraya mengubah posisi tidurnya. Perlahan, kedua matanya terbuka, menatap langit-langit kamar di atasnya. Sedetik kemudian, dia menyadari...
...ini bukan kamarnya.

"Ya ampun, gua ketiduran!" Seru cavea.
Ia baru menyadari bahwa dia tertidur di kamar Devan.

Gadis itu melemparkan pandangan ke arah jendela. Langit di luar sudah gelap. Arloji putihnya yang melingkar di pergelangan tangan kiri menunjukkan pukul 19.40.

Rasa terkejutnya semakin memuncak ketika menyadari tubuhnya sudah dilapisi bed cover putih dan seorang cowok tertidur lelap di atas sofa dekat meja belajar.

Cavea bangkit dan menghampiri cowok tersebut.
"Devan?" Panggilnya, dengan suara sekecil mungkin. Antara ingin membangunkan, tapi takut juga kalau orangnya beneran bangun.

Devan yang saat ini tidur di hadapannya tampak tenang memejamkan matanya sambil memangku sebuah buku yang berjudul Memahami jati diri dan menenpelkan earphone ke telinganya. Cavea maju untuk mengamati wajah Devan dari dekat.
Deg
Cavea memegang dadanya sendiri. Wajahnya seperti menghangat. Sesuatu seperti sedang menggelitik pipi gadis itu ketika menatap wajah Devan yang sedang tidur. Cavea meneguk ludahnya susah payah, sambil menatap setiap lekuk bentuk wajah Devan.
Gua kenapa ya?
Mendadak hidungnya terasa gatal.
"HATCHIW!!!"

Cavea bersin tepat di depan wajah Devan, membuat cowok ganteng tersebut mengernyitkan keningnya dan membuka perlahan kedua kelopak matanya. Devan terdiam beberapa saat memandang satu jengkal dengannya.

Cavea membekap mulutnya sendiri, menatap bola mata Devan yang tampak berkilau oleh cahaya lampu. Perlahan-lahan, dia menarik tubuhnya menjauh dari Devan, seperti maling yang baru saja kepergok.

"Udah bangun?" Sapa Devan.

Seperti sengatan listrik, Cavea mematung tidak percaya mendengar Devan melontarkan pertanyaan semacam itu. Itu merupakan keajaiban dunia yang patut dihargai dan masuk on the spot. Tidak ada yang bisa Cavea lakukan selain mengangguk salah tingkah.

Entah mengapa, tiba-tiba Devan bangun dan meletakkan punggung tangannya di kening Cavea. Jantung Cavea langsung berdegup kencang tidak karuan.

"Lu beneran sakit ya? Pintu gak dikunci, TV gak di matiin, tidur di kamar orang. Untung gak ada yang masuk. Kalau ada maling, terus lu diapa-apain gimana? Siapa yang bakal tanggung jawab?"

Ucap Devan mendumel.

Gua udah bangun kan? Apa ini gua masih mimpi?
Batin Cavea.

"Tunggu di sini" ujar Devan setelah puas mengecek sedemam apa cewek itu, dia meninggalkan Cavea dalam diam, lenyap di koridor depan kamarnya sosoknya muncul beberapa saat kemudian seraya membawa segelas air dan beberapa bungkus roti.

"Nih, makan, lu belum makan dari tadi siang"
Titah Devan. Terdengar seperti seorang kakak yang perhatian kepada adiknya.

Gua gak lagi ngelindur lagi kan?
Batin Cavea kebingungan.

Ada jeda yang terasa canggung setelah cavea meneguk air minum dan mengunyah sesobek roti. Earphone itu masih bertengger di telinga Devan, namun, Cavea tidak bisa menebak, apakah Devan benar-benar mendengarkan lagu atau pura-pura saja.

"Lu punya adik cowok ya?"
Sekarang, Cavea merutyki dirinya sendiri. Dari sejuta topik basa-basi, kenapa dia malah mengajukan pertanyaan itu?

Devan melirik ke arahnya, dengan tatapan yang berbeda.

"Umm, tadi..., Tadi gua gak sengaja lihat foto lu waktu kecil, ada di tumpukan buku itu"
Jari telunjuk Cavea menunjuk meja belajar.

"Gua nemuin foto dua anak kecil, yang gua kira salah satunya pasti itu lu, tapi gua tahu sebelahnya itu siapa"

Devan diam sesaat. Sorot matanya menatap tajam mata Cavea
Alisnya yang sedikit meruncing membuat Cavea semakin tidak nyaman dengan keadaan ini.

"Adik lu dimana? Kok dia gak ikutan nginep di sini? Apa ikut nyokap lu ke Spanyol? Atau mungkin lagi jaga rumah?"
Tanya Cavea sok tau.

"Gua gak suka ada orang yang ngusik privacy gua, apalagi nyangkut keluarga."
Sela Devan tegas, membuat Cavea diam tidak berkutik.

Setelahnya Devan pergi meninggalkan Cavea sendirian.

*****

Devan menatap layar televisi dengan khidmat menyaksikan acara tersebut.
Di belakangnya, Cavea menggigit kuku dengan wajah bingung. Lalu ia duduk di sofa samping Devan.

"Um, Devan, maafin gua ya, gua gak bermaksud kepoin idup lu kok"

Devan tidak merespon sama sekali.

"Depan! Lu dengerin gua lagi ngomong gak sih? Ngeselin banget tau gak"
Ucap Cavea bergeming.

Devan mentap mata Cavea dengan tatapan yang tidak bisa di tebak.
Cavea terpukau melihat betapa cool nya cowok yang ada di depannya itu.

Urrrkkk.
Terdengar suara perut.
Devan menaikkan sebelah alisnya. Rasa malu langsung menghantam Cavea begitu menyadar suarai ikan paus barusan berasal dari perutnya.

"Diem lu" ucap Devan seolah mengancam.
"Mau kemanaa?"
"Kepo"

Cavea duduk sambil memeluk bantal.
Sampai tiba-tiba suara berat Devan mengagetkannya.

"Makan nih, masih laper juga lu ternyata"

"Ga mau"
Ucap Cavea menolak.

"Makan, ntar lu sakit siapa juga yang repot?"

"Gua lagi diet"

"Diet apanya, orang tubuh lu juga biasa-biasa aja, gak ada gendut-gendutnya. Yang ada ntar lu malah sakit bego"

Urrkk
Suara perut itu kembali terdengar.

Devan menghela napasnya. Mengamati Cavea yang sedang menekan perutnya dengan bantal. Merasa kasian, Devan mengambil piring yang ada di atas meja.

"Buka," pinta Devan

"Eh?" Cavea menoleh kaget.
"Buka? Buka apanya?"

"Mulutnya"

"Mulutnya?" Cavea semakin tidak paham.
"Apa sih?"

Devan mengangkat sendok berisi nasi dan sepotong daging, mengulurkannya ke wajah Cavea.

"Buka mulut"

Cavea membiarkan sendok itu masuk ke dalam mulutnya dan mengunyah makanan tersebut perlahan.

Deg.
Cavea membulatkan mata untuk kesekian kalinya. Jantungan berdebar tak teratur.

Setelah selesai, mereka menghabiskan malamnya dengan menonton acara-acara di televisi.
Dengan sesekali tawa mereka pecah karena adegan-adegan yang lucu.

-The story will continue in the next part-

Jangan lupa tinggalin vote & comment ya gan,
Biar author tetap semangat lanjutin part-part berikutnya~

we are?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang