balok es yang mulai mencair

57 11 2
                                    

"udah bangun?"
Tanya Devan kepada Cavea yang kini terlihat sedang mengucek matanya.

"Hm?"

"Pulang gih, mandi dulu, bau menyan lu"

Cavea yang masih terlihat ngantuk hanya menatap mata Devan dengan mata elangnya seraya mengerucutkan bibir mungilnya.

"Terus siapa yang bakal jagain lu?"

"Udah lu tenang aja, orang gua gapapa, lagian lu harus sekolah bego. Ntar kalo tambah bego gimana? Pulang gih"

"Makin hari makin ngaco lu ya"

"Pulang sanaa, sekalian urus surat ijin gua"

"Huum, iya. Ntar kalo ada apa-apa kabarin gua aja"

"Siap"

Lalu Cavea segera bangkit dari tempat duduknya dan melangkah menuju pintu keluar dan meninggalkan Devan yang kini masih berbaring di tempatnya.

Mungkin bisa di bilang kali ini sebuah balok es kini mulai mencair.
Dan perlahan akan menghangatkan seiring berjalannya waktu.

*****

Cavea berjalan menyusuri koridor tanpa semangat dengan tubuh yang terlihat lesu. Seperti cewek yang sedang patah hati.

"Ve!"
Panggil Caca dari arah belakang. Yang merasa di panggil pun segera menoleh ke arah Caca.

"Hum?"

"Devan gimana?"

"Yagitu, makin songong."
Jawabnya ngasal.

"Gua serius lah Ve"

"Kata dia sih gapapa, ya sama kaya yang lu lihat kemarin"

"Hum. Bye the way ngapain sih Vano tiba-tiba ngajak Devan balapan?"

Cavea yang mendengar pertanyaan Caca tersebut diam sesaat. Karena menurutnya semua ini adalah salahnya. Coba aja waktu itu dia tidak ada di tempat itu, di mana Devan dan Vano mengajaknya untuk pulang bareng. Pasti semua tidak akan seperti ini.

"Ve, kok bengong sih"

"Ga juga"

"Yaudah, yuk masuk, jangan ngelamun gitu, masih pagi, ga baik"
Tutur Caca kepada sahabatnya tersebut.

Saat Cavea hendak menyelinap masuk ke dalam kelasnya, tiba-tiba terdengar suara seseorang yang sedang memanggilnya dari arah belakang.

"Ve! Tunggu!"
Pinta Vano kepada Cavea yang kini menatapnya dengan malas.

"Apalagi?"

"Mau ngomong bentar"

"Ga perlu kali no"

"Lu harus dengerin gua kali ini"

Cavea menghela napasnya.

"Vano, lu sadar ga sih? Kehadiran lu di deket gua tuh malah bikin kacau tau gak, gua pikir lu sadar, tapi ternyata malah sebaliknya. Gua minta tolong banget sama lu, tolong lu jauhin gua please, kalo kak missel tau, gua bakalan abis jadi bully-bullyan satu sekolahan. Mungkin lu ga paham. Tapi seenganya lu dengerin gua kali ini. Tolong jauhin gua"
Jelas cavea panjang lebar.

Vano yang mendengar itu hanya bisa diam tak berkutik. Seolah-olah waktu pun kini telah berhenti detik itu juga. Vano sangat teramat kecewa. Lagi-lagi ia merasa sangat di kecewakan.
Ia melesat pergi dari hadapan gadis tersebut.


-The story will continue in the next part-

Jangan lupa tinggalin vote & comment ya gan,
Biar author tetap semangat lanjutin part-part berikutnya~

we are?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang