TIGA

20.8K 2.7K 270
                                    


"Renjun," panggil Jaemin.

"Hmm."

Jaemin tersenyum sekilas. "Aku pulang dulu sama Donghyuck. Kami mau ke taman dan makan es krim di sana."

Renjun hanya diam dan melirik sekilas ke arah Jaemin. "Kenapa harus melapor kepadaku? Dia kan pacarmu saat ini, bukan aku."

Senyum Jaemin berubah menjadi masam. "Walaupun dia pacarku saat ini. Tetap saja kau adalah pacarku yang asli."

Jaemin mengusak pelan rambut Renjun. "Aku pergi dulu, ya. Kau pulang bersama Jeno, kan? Dia membawa mobil jadi kau pasti lebih nyaman. Hati-hati Renjun."

Saat keluar kelas, Jaemin melihat Jeno sudah berada di depan kelasnya. Ia menepuk pundak Jeno dan memintanya untuk menjaga kekasih mungilnya.

Jujur saja, Jaemin merasakan sesak saat berbalik dan melihat keduanya berjalan bersama. Helaan napasnya terdengar jelas dipendengarannya. "Tetap tenang. Benar-benar Renjunku sekai. Tidak banyak bicara dan menunjuk ekspresi."

Jaemin melanjutkan langkahnya menuju kelas Haechan. Dilihatnya laki-laki itu sudah berdiri di depan kelasnya dan membuat Jaemin mempercepat langkahnya.

"Maaf aku terlambat."

"Tidak apa-apa Jaemin. Jadi, kita mau ke taman mana?"

"Di dekat rumahmu ada taman?"

"Ada. Tapi kenapa tidak ke taman yang biasa kau pergi bersama Renjun?"

"Hanya tidak ingin. Aku seperti tidak ingin saat kita berkencan terus teringat denga Renjun. Bukankah tidak adil?"

"Tapi di taman dekat rumahku tidak ada penjual es krim."

"Kita beli saja dulu di mini market dekat rumahmu."

Haechan mengangguk. "Untung Jeno tidak pernah membawaku ke taman."

"Benarkah?"

Haechan mengangguk lagi. "Dia hanya akan membawakku ke mall. Sekali-kali aku ingin ke tempat lain."

Jaemin mengangguk paham. "Tapi sebelum itu kita ke toko helm dulu."

"Memangnya kenapa dengan helm Renjun?"

"Kau tidak ingin kepalamu sesak karena memakai helm Renjun, bukan?" kata Jaemin yang mengusak kepala Haechan.

"Ah! Benar juga. Kepalaku lebih besar darinya."

"Tapi kau tidak apa-apa menggunakan motor? Kau kan biasa pulang dan pergi menggunakan mobil bersama Jeno?" tanya Jaemin.

"Kalau kau keberatan, besok aku akan membawa mobil milikku. Aku tidak ingin dijadikan samsak oleh Jeno, bila terjadi sesuatu padamu," lanjutnya.

Haechan tertawa. "Kau pikir aku selemah itu? Lihat badanku saja lebih berisi dari padamu dan Renjun yang terlihat seperti tulang yang dilapisi kulit!"

"Aku ... hahahahha ... dan Renjun ... hahahaha ... seperti tulang yang dilapisi ... hahaha ... kulit ... hahahah ...."

"Dan kau si Gembul Berlemak yang jadian dengan si Daging Berotot? Hahahahah ...."

Haechan tertawa. Benar yang dikatakan Jaemin, ia si Gembul Berlemak dan Jeno si Daging Berotot. "Sial kau, Na Jaemin! Tapi itu benar ... hahahahaha ...."

Keduanya tertawa sepanjang jalan. Bercanda gurau bersama menunju parkiran.

"Kau tahu, Jaemin."

"Tahu apa?"

"Aku tidak pernah tertawa lepas seperti ini. Biasanya aku yang akan tertawa seorang diri dan Jeno hanya tertawa pelan."

"Untungnya Renjun masih mau tertawa seperti ini."

"Kau menyindir Jeno?"

Jaemin mengangkat kedua bahunya. Kemudian ia merangkul Haechan dan berkata, "Mau buktikan kalau kita pasangan heboh yang terbaik dibandingkan mereka pasangan yang jarang berbicara?"

Haechan tersenyum, "Kau mau menantang singa yang tertidur? Bagaimana kalau mereka cemburu?"

"Itu rencanaku. Bukankah menarik? Rencana bodohmu dan Renjun, terus ditambahn rencanaku ini." Jaemin tersenyum.

"Apa kau tidak ingin melihat Jeno cemburu?" tanya lagi.

Haechan berpikir sejenak. "Kau seperti membawa pikiranku, Tuan Na Jaemin."

"Jadi?"

"Tentu saja aku mau!" Haechan menjawab dengan bersemangat.

"Bagaimana kalau sementara ini kau juga mengganti helm milikmu? Bukankah helm ini pasangan dengan Renjun?"

Jaemin mengangguk. "Kau sepertinya akan membangunkan rubah kecilku, Lee Donghyuck."

Haechan tersenyum menantang. "Dan kau akan membangunkan harimauku yang tertidur, Na Jaemin."

***

"Apa kau keberatan kalau menemaniku membeli buku?" tanya Jeno.

"Tidak. Kebetulan besok aku mau ke toko buku. Kalau begini aku bisa sekali beli," kata Renjun membalas.

Jeno menyetir kendaraannya dengan pelan, tidak menambah kecepatan sama sekali. Laju mobilnya semakin pelan saat akan tiba di toko buku.

Keduanya keluar dari mobil dan melangkah masuk ke dalam toko buku. Berpencar untuk mencari buku yang mereka butuhkan. Tidak memerlukan waktu lama. Keduanya kembali bertemu di depan kasir.

"Aku tidak menyangka kalau kau ternyata suka memasak," tanya Jeno saat melihat dua buku berada di tangan Renjun."

"Ini?" tanya Renjun mengangkat buku memasak. "Buku ini untuk Jaemin. Dia suka sekali memasak. Kemarin aku tidak sengaja melihatnya membuka pencaritan di situs dan mengetik buku ini."

Jeno tersenyum. "Ternyata kau ini tipe tsundere, ya Huang Renjun?"

Renjun tersenyum tipis. "Bukankah kau juga, Lee Jeno?"

"Aku?" tanyanya menunjuk dirinya sendiri.

Renjun memutar kedua bola matanya malas. "Kau pikir siapa lagi di sini yang namanya Lee Jeno kalau bukan dirimu?"

Jeno tertawa pelan. "Aku bukan tipe yang seperti itu. Aku hanya lebih suka mengawasi pacarku dalam diam. Terkadang dia susah sekali dikendalikan. Kau tahu, dia itu seperti bayi yang hyperactive."

"Kau pikir pacarku tidak? Kurasa dia cocok menjadi seorang komentator dari pada harus menerusi perusahaan Ayahnya."

"Kalau begitu, pekerjaan yang cocok untuk Haechan apa?" tanya Jeno.

Renjun berpikir sejenak. "Dia itu terlalu berisik dan tidak bisa diam. Dia juga pintar memasak. Sepertinya menjadi pembawa acara masak cocok untuknya. Dia juga tukang berkomentar."

Jeno tersenyum tipis. "Seperti pacarmu?"

Renjun mengangkat kedua bahunya. "Tidak tahu."

***

May 3rd, 2020

AYO KITA BERTUKAR (00LINE NCT DREAM) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang