FAKE ENDING (2/2)

16.3K 1.2K 51
                                    


Renjun hanya diam memperhatikan dua sejoli yang saling bergantian menyuapi satu sama lain. Tempatnya kini telah digantikan oleh mantan sahabatnya. Terlihat jelas aura kebahagiaan di antara keduanya.

Berita mengenai hubungan mantan kekasih dan juga mantan sahabatnya itu tersebar luas dua minggu lalu. Membuat hatinya seakan tertusuk ribuan jarum dalam sekali hentak.

"Cinta itu tidak harus memiliki, bukan?" Jeno duduk di depan Renjun. "Makanlah. Sejak tadi kuperhatikan, kau hanya duduk memandangi dua sejoli yang baru saja memulai hubungan mereka," lanjut Jeno yang meletakkan makan siang di depan Renjun.

"Aku sama sekali tidak memiliki napsu makan," balas Renjun yang enggan menatap makan siang pemberian Jeno.

Jeno tersenyum masam. "Sakit hati boleh, tapi bukan berarti kau menyiksa tubuhmu. Atau, jangan-jangan kau seperti ini untuk menarik perhatian Jaemin?" tanya Jeno yang membuat Renjun menunduk.

Jeno menghela napasnya berat. "Kalau kau seperti ini, itu sama saja kau belum merelakannya. Apa kau mau dicap sebagai perebut kekasih orang?" tanya Jeno lagi.

"Dia yang merebut Jaemin dariku," lirih Renjun.

"Not him, but us. Kita sendiri yang membuat mereka memutuskan mundur, Renjun. Open your eyes and look back. What did you do with him?" Jeno menopang dagunya dan menatap sang mantan kekasih yang kini terlihat bahagia.

"Sekeras apapun aku menolak hubungan Haechan dengannya. Tidak ada yang bisa kulakukan. Sekarang, aku hanya bisa menerimanya. Kebahagiannya adalah kebahagianku," kata Jeno yang beranjak dari duduknya.

"Makanlah. Aku tidak mau teman seperjuanganku ini sakit, karena cinta," ujarnya berlalu meninggalkan Renjun.

Renjun terdiam. Memegang rambutnya sendiri. "Kenapa dia menghancurkan tatanan rambutku?!" kesal Renjun.

"Kalau Jaemin bahagia, kenapa aku harus menghancurkan kebahagiaannya? Mungkin benar kata Jeno, aku harus mencari kebahagianku sendiri."

***

Jeno menghentikan mobil miliknya. Membuka kaca sebelum berkata pada sosok yang duduk di halte, "Kau naik bus, Renjun?"

Renjun memutar kedua bola matanya malas. "Kau pikir sedang apa aku di sini? Menghitung mobil yang berlalu-lalang di jalan raya?" ketus Renjun. Membuat Jeno tertawa.

"Masuklah. Aku akan mengantarmu pulang," tawar Jeno. Namun, Renjun menyilangkan kedua tangannya di dada.

"Tidak perlu. Aku biasa menunggu bus jam segini," tolaknya yang memperhatikan jam tangannya. Kenapa lama sekali busnya.

Semenjak putus dengan Jaemin, Renjun selalu pulang menggubakan bus umum, kecuali berangkat ke sekolah.

"Apa kau tidak membaca headline news hari ini?" tanya Jeno yang membuat Renjun mengerutkan keningnya.

Tangan Renjun dengan cepat mengambil ponsel miliknya yang berada di saku kemeja sekolahnya. Membuat situs pencarian berita. Matanya melihat satu persatu, hingga kedua matanya melebar dengan sempurna.

"SUPIR BUS DEMO?!" teriak Renjun. "Pantas tidak ada satu pun siswa, selain aku di sini," lanjut lemas.

"Tawaranku masih berlaku. Ayo, masuk."

Mau tidak mau, Renjun menerima tawaran dari Jeno. Sama seperti pertama kalinya berangkat dan pulang bersama Jeno, tidak ada pembicaraan satu pun. Hening.

"Kalau kau lapar, ambil saja makanan di jok belakangku. Kau tahu bukan, di mobilku selalu tersedia camilan dan minuman," kata Jeno membuka suaranya.

"Kebiasaan yang kau lakukan untuk Haechan. Mantanmu itu sangat suka makan," balas Renjun.

Jeno tersenyum. "Kebiasaan yang dia lakukan, membuat mobilku tampak penuh. Dan, aku baru saja mengisinya kembali, karena melihat mobilku kosong."

Renjun mengangguk. "Dia selalu membeli camilan apapun dan meletakkannya di dalam mobilmu, kan?" tanyanya yang dijawab anggukan oleh Jeno.

"Ck! Padahal kau sendiri yang bilang, kita harus bahagia. Tetapi, tindakanmu saja sudah mencerminkan, kalau kau tidak bisa lepas darinya," sindir Renjun.

"Kalau gitu, kenapa kita tidak mencobanya. Saling melengkapi seperti mereka," kata Jeno.

"Ma-maksudmu?"

"Lupakan. Aku hanya asal bicara," ujar Jeno yang memilih kembali diam.

Renjun tidak tuli untuk mendengar kata-kata Jeno yang mengartikan sebuah ajakan memulai suatu hubungan. Tetapi, apa dirinya siap melupakan seorang Na Jaemin?

***

Waktu berlalu begitu cepat, Renjun dan Jeno tampak semakin dekat. Keduanya duduk di atas kap mobil Jeno. Memandang matahari terbenam.

"Kau yakin dengan jawabanmu tadi siang?"

Renjun memandang ke arah Jeno yang melihat matahari terbenam. "Apa kau berpikir jawabanku itu meragukan untukmu?" Renjun bertanya balik pada sosok yang masih tersenyum ke arah matahari terbenam.

"Tidak," jawab Jeno yang mengalihkan perhatiannya kepada Renjun. "Aku hanya memastikan untuk kedua kalinya, kalau kau siap dengan apa yang kau pilih itu." Senyum Jeno.

Tangan Renjun meraih tangan Jeno. Menggenggamnya dengar erat. "Kau yang mengetuk pintu, kau yang meyakinkanku dengan semua apa yang kau lakukan. Dan sekarang, kau merasa ragu? Apa kau seperti ini saat menembak Haechan dulu?"

Jeno tersenyum kaku. "Saat itu, aku merasa tidak pantas menjadi pengganti seseorang dalam hatinya yang telah tiada. Ternyata, itu benar."

Renjun melepas genggamannya. Menangkup pipi tirus Jeno. "Kalau gitu, kau harus yakin dengan apa yang kau katakan padaku siang tadi."

"Kau menggantikannya di sini," kata Renjun menunjuk dadanya, "dan aku menggantikannya di sini," lanjutnya yang juga menunjuk dada Jeno.

"Jadi, apa yang kau takutkan lagi, Jeno? Jangan kita ulangi kesalahan yang sama. Kita harus memperbaikinya," kata Renjun yang membuat Jeno mengangguk.

"Sepertinya aku tidak salah memilih."

Beberapa waktu lalu.

Jeno menarik napasnya dalam. Berdiri tepat di depan Renjun. "Renjun, do you want to be my boyfriend?"

Satu detik hingga satu menit, Renjun tidak menjawab. Namun, setelahnya sebuah lengkungan ke atas tercetak jelas di wajahnya. "Yes."

End

Noren Version for Fake Ending

19 Agustus 2020

AYO KITA BERTUKAR (00LINE NCT DREAM) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang