SEMBILAN

17K 2.3K 296
                                    

"Kak Haechan duduk di belakang, ya?"

"Kak Jeno. Antar Kak Haechan dulu, ya? Baru Lele."

Haechan mendengus setiap mengingat kata-kata laki-laki bermarga Zhong itu. Yang lebih tidak habis pikir lagi, Jeno dengan mudahnya menyetujui setiap perkataan laki-laki berdarah Tionghoa itu.

"Kalau kau masih suka dengan mantan kekasihmu itu. Sebaiknya kembalilah bersamanya. Bukan mengatakan cinta-cinta basimu saat di atap sekolah tadi."

Haechan merebahkan tubuhnya di atas ranjang miliknya. Memeluk guling ke sayangannya dan meratapi nasibnya.

"Aku hampir jatuh kepada sosok Jaemin."

"Hampir merebutnya dari sahabatku sendiri."

"Tapi pesona Jaemin memang tidak bisa ditolak, bagaimana?"

"Dan hari ini kedatangan manusia lain secara tiba-tiba."

Haechan mendengus. "Karma itu datang cepat sekali."

Waktu terus berjalan. Haechan memperhatikan ponsel miliknya. Menunggu panggilan dari Jeno yang berjanji akan meneleponnya satu jam lalu. Namun, nihil. Tidak ada ada panggilan yang masuk.

"Kurasa dia sedang bermain dengan mantan kekasihnya itu. Dasar mulut lelaki!"

Haechan merubah posisi tidurnya menjadi tengkurap. Memainkan kakinya dengan memukul tempat tidurnya. "Renjun pasti sedang bersenang-senang dengan Jaemin. Sedangkan aku? Mana bisa si Jeno bersenang-senang. Yang ada dia sibuk dengan tugasnya dan lagi muncul manusia tidak diundang."

Pintu kamarnya terbuka. Terlihat Jeno berjalan mendekat ke arahnya.

"Echannie. Maafin Jenjen, ya. Tadi Chenle minta ditemani makan dulu."

Haechan yang mengangguk. "Berarti tidak jadi makan malam, kan? Kau kan sudah makan."

Jeno menggeleng. "Aku bisa makan lagi."

Haechan memutar kedua bola matanya malas. "Tidak perlu. Aku bisa makan bersama kedua orangtuaku."

Jeno tersenyum miring. Ia sadar kalau baru saja mengingkari janji yang baru saja dibuat siang ini. Makan malam berdua dengan Haechan.

"Echannie."

"Hmmm?"

"Mau jal-" Jeno menghentikan perkataannya saat panggilan masuk dari ponselnya. "Sebentar ada telepon dari Papa."

Haechan hanya mengangguk. Ia hanya diam mendengarkan percakapan Jeno dan Ayahnya. Namun, wajahnya yang sebelumnya datar kian menjadi lebih datar dari sebelumnya. Dengan matanya yang menatap malas sosok Jeno.

"Baba yang minta? Bukannya banyak pelayan di rumah Lele?" Jeno tersenyum samar. "Iya. Tadi Lele bilang kalau dia baru saja pindah ke sini tiga hari lalu."

Jeno hanya mengangguk. "Sekarang Jeno ke rumah Lele, Pa."

Setelah memutuskan panggilan teleponnya, Jeno melirik sekilas ke arah Haechan. Terlihat jelas di wajahnya kalau suasana hatinya semakin buruk. Jeno hanya bisa menghela napasnya pelan. Lagi dan lagi ia telah merusak mood Haechan untuk kedua kalinya dalam sehari.

"Echannie."

"Pergilah. Mantanmu lebih membutuhkanmu."

"Ech-"

"Dia sendirian bukan? Temani saja dia. Lagian dia baru pindah ke sini tiga hari lalu, kan?"

Jeno menghela napasnya. Suasana hati Haechan memang sedang dalam kondisi tidak bagus. Setelah bertengkar hebat dengan kekasihnya, menangis sepanjang hari di atap sekolah dan kini giliran dirinya yang membuatnya semakin buruk. Sungguh hebat sekali dirimu, Lee Jeno.

"Besok aku akan menjemputmu pagi-pagi. Kita sarapan bersama dulu, mau?"

Haechan hanya mengangguk tanpa minat. "Pergilah."

"Baiklah." Jeno tersenyum dan mengusak pelan rambut Haechan.

"Aku mencintaimu, Echannie."

Aku mencintaimu, Echannie. Halah! Kalau cinta tadi siang harusnya nolak permintaan mantanmu. Bilang aja kalau masih cinta dia. Haechan hanya berdeham dan sibuk dengan ponsel miliknya.

"Aku pergi dulu, Echannie."

Haechan mendengus. "Terus saja kau berbicara seperti itu tapi tidak beranjak dari kamarku. Pergi sana, pemuda Zhong itu membutuhkanmu."

Setelah kepergian Jeno, Haechan membuka media sosial miliknya. Melihat unggahan terbaru temannya. Hingga melihat sebuah unggahan terbaru dari Jaemin yang bersama dengan Renjun.

"Sejak awal, mereka memang terlihat saling mencintai. Aku iri dengan kalian berdua. Terlihat saling melengkapi satu sama lain. Sedangkan aku? Sepertinya tidak. Seandainya aku ini Renjun dan Jeno adalah Jaemin, pasti kami tidak kalah romantis dari kalian berdua."

***

Jaemin memeluk erat Renjun yang duduk di depannya. Hari menjelang malan, tapi kedua anak adam itu masih seperti berada di dunia mereka berdua. Duduk di taman dengan beralasan sebuah tikar dan beberapa cemilan berada di depan mereka.

Sesekali Renjun menyuapi sosis panggang miliknya kepada Jaemin. Dan Jaemin dengan telaten membersihkan sisa saus yang ada di sudut bibir Renjun. Sungguh pemandangan yang terlihat romantis, bukan?

"Aku mau mengunggah kebersamaan kita di media sosial. Apa kau mau, Nana?"

Jaemin mengangguk. "Tentu saja."

Renjun mengambil ponsel miliknya dan menyerahkannya kepada Jaemin. Tangan kekasihnya lebih panjang darinya untuk mengambil foto selfie.

Jaemin menerima ponsel yang disodorkan oleh Renjun. Tangan kanannya mencari posisi yang sesuai dengan pencahayaan yang ada. Mulutnya membuka saat Renjun menyodorkan sosis panggang miliknya, dan tangan Jaemin berada di dekat wajah Renjun dengan membentuk tanda peace tepat di sudut matanya. "Katakan keju dalam bahasa inggris!"

"Cheese."

Renjun terus mengulang sesi fotonya dan entah berapa banyak foto yang diambil Jaemin. Dan Renjun tidak pernah mengeluh dengan hasil foto kekasihnya itu. Karena semua foto yang diambil Jaemin selalu saja bagus, tidak seperti dirinya yang terkadang suka kabur. Alasan lain selain tangan Jaemin yang lebih panjang darinya.

Setelah Renjun mengunggah fotonya bersama dengan Jaemin, ia menyandarkan tubuhnya pada Jaemin yang berada di belakangnya. Tangan kanannya masih memegang ponsel miliknya dengan ibu jarinya yang dengan sosial media miliknya. Tangan kirinya berada di atas tangan kiri Jaemin yang melingkar di perutnya.

Sedangkan Jaemin, ia hanya mengusak hidungnya pada rambut Renjun. Terkadang mengecup penuh sayang kepala sang kekasih. Hingga kepalanya melirik sekilas pada salah satu akun yang sedang dilihat oleh Renjun. Jeno bersama dengan siapa? Pemuda itu terlihat asing. Kenapa pemuda itu menyandarkan kepalanya pada pundak Jeno? Haechan ke mana?

Jaemin mengambil ponsel miliknya yang tergeletak di samping kanannya. Tangannya mencari nomor Haechan dan mengirimkan pesan kepada pemuda itu, tanpa sepengetahuan Renjun.

Na Jaemin
Donghyuck
Kau tidak bersama dengan Jeno?
Kenapa dia mengunggah foto dengan seorang pemuda yang bersandar kepadanya?

***

May 9th, 2020

AYO KITA BERTUKAR (00LINE NCT DREAM) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang