LIMA BELAS

18.8K 2K 306
                                    

Sesampainya di rumah Haechan, Jeno segera keluar dari mobil. Berlari menuju pintu rumah kekasihnya dan menekan bel secara berkala. Melihat gagang pintu yang bergerak. Jeno menarik napasnya. Ia tersenyum saat melihat Haechan yang membuka pintu dan berdiri di depannya.

"Ada keperluan apa, Tuan Lee Jeno?" tanya Haechan yang melihat Jeno berdiri di depannya.

"Jika, Ayah Anda mencari dokumen yang dibutuhkan akan segera saya ambilkan. Kebetulan Ayah saya mengatakan akan ada orang yang mengambil dokumen itu sore ini untuk di bawah ke rumah Anda."

Senyum Jeno seketika memudar saat mendengar cara Haechan berbicara. Jeno tidak suka dengan cara kekasihnya berbicara. Terkesan seperti dirinya adalah atasan dan kekasihnya adalah bawahannya. Melihat Haechan yang menunduk dan hendak masuk kembali ke dalam rumah, Jeno meraih pergelangan tangan kekasihnya. Menahannya untuk tidak masuk ke dalam.

"Maaf, Tuan Lee Jeno. Bisa lepaskan tangan saya? Saya harus mengambil dokumen yang dibutuhkan Ayah Anda sekarang."

Jeno tersenyum pahit. Bahkan Haechan terlihat enggan untuk melihat ke arahnya. "Haechan."

"Mungkin saya terlihat tidak sopan. Tapi saya mohon untuk menunggu di luar. Walaupun Anda adalah anak dari Tuan Lee Donghae, tapi saya tidak mungkin mengizinkan orang asing untuk masuk ke dalam rumah saya."

Orang asing? Sebegitu bencikah dirimu kepadaku sekarang, Haechan?

"Tuan. Bisakah Anda melapaskan tangan Anda? Tetangga akan berpikir yang tidak-tidak bila Anda tidak melepaskan tangan Anda pada pergelangan tangan saya," pinta Haechan yang masih melihat ke arah tangannya.

Jeno menggigit bibirnya. Dengan cepat ia segera berlutut di depan Haechan. Meraih tangan Haechan satunya dan menggenggam keduanya. "Haechan."

"Tuan. Tolong berdiri. Saya tidak mau tetangga berbicara yang tidak-tidak bila melihat ini," kata Haechan berpaling melihat arah lain.

"Apakah rasa sakit yang kau rasakan hingga membuatmu enggan melihat ke arahku, walau hanya sebentar, Sayang?" tanya Jeno.

"Sayang? Sepertinya Anda salah orang. Saya hanya laki-laki biasa yang tidak memiliki kekasih."

Jeno menunduk.

"Apabila memang ingin bertemu dengan kekasih Anda, sebaiknya segera pergi. Anda salah rumah, Tuan Lee Jeno," usir Haechan secara tidak langsung. Namun, Jeno menggeleng.

"Aku tidak salah rumah. Di sini tempat tinggal kekasih, Lee Donghyuck. Tidak ada lagi selain dia yang tinggal di sini." Jeno semakin erat memegang kedua tangan Haechan. Tidak sekalipun genggaman tangan itu ia kendurkan. Jeno tidak akan melakukannya.

"Aku minta maaf, Sayang. Aku salah karena tidak pernah memperhatikanmu. Ayo kita kembali. Mengulang semuanya seperti awal. Hanya aku dan kau, Echannie."

"Maaf, Tuan. Nama saya benar Lee Donghyuck, tetapi nama panggilan saya bukan Echannie. Sebaiknya Tuan pergi dari sini sekarang. Saya benar-benar merasa tidak nyaman dengan perlakuan Tuan. Saya tidak ingin menjadi orang ketiga perusak hubungan Anda dengan dengan kekasih Anda."

Haechan dengan paksa melepas pergelangan tangan Jeno dan menutup pintu rumahnuya dengan kasar. Meninggal Jeno yang kini sudah menunduk, melihat kedua pahanya. "Haechan! Haechan!" Jeno terus memanggil nama Haechan dengan memukul pintu rumah tanpa henti.

Awan hitam mulai menutupi langit yang mulai berwarna jingga. Seakan langit benar-benar merasakan apa yang dirasakan oleh Jeno. Sakit. Mungkin ini yang dirasakan Haechan selama ini.

Jeno berdiri. Berjalan menuju perkarangan rumah Haechan dan berdiri menghadap ke salah satu jendela yang ada di lantai dua. Jendela kamar Haechan. Kedua netranya hanya diam memandang kamar itu tanpa berkutik hingga hujan turun dan membasahi dirinya.

AYO KITA BERTUKAR (00LINE NCT DREAM) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang