SEPULUH

17K 2.2K 297
                                    

Jeno melirik ke arah rumah yang tidak kalah besar dengan rumahnya. Pintu pagar rumah terbuka dan menampilkan sosok Chenle yang keluar dari pekarangan rumahnya. Terlihat mantan kekasihnya itu berlari menuju mobil dan duduk di sampingnya.

"Pagi, Kak Jeno."

"Pagi juga, Lele."

Tanpa banyak bicara, Jeno segera melajukan mobilnya. Ia harus segera menjemput Haechan. Menepati janji sarapan bersama dengan kekasihnya itu.

Sepanjang jalan tidak ada pembicaraan, Jeno yang sibuk menyetir dan Chenle, dia hanya sibuk dengan tas sekolah miliknya. Tangannya terlihat mengeluarkan buku dan memasukkan kembali. Hingga kepalanya melihat ke arah Jeno.

"Kak Jeno. Buku tugas fisika, Lele ketinggalan," katanya dengan nada lesu.

"Itu ada di jam pertama. Lele harus gimana?" lanjutnya lagi.

Mendengar itu, Jeno ingin sekali menggeram. Saat ini ia sudah hampir setengah perjalanan menuju rumah Haechan. Namun, Jeno hanya bisa tersenyum ke arah Chenle.

"Kita kembali dan mengambil bukumu, ya?"

Chenle merengut. "Bukankah kita harus menjemput Kak Haechan? Lele tidak apa-apa kalau dihukum hanya karena buku tertinggal."

Jeno menggeleng. "Tidak. Kalau sampai Baba tahu kau dihukum hanya karena bukumu tertinggal, kau dalam bahaya Tuan Muda Zhong."

"Tapi kita sudah hampir terlambat kalau misal kembali dan menjemput Kak Haechan."

Jeno tersenyum masam. "Kakak akan kirim pesan ke Kak Haechan kalau kita tidak bisa menjemputnya. Dia masih punya banyak waktu. Pegangan yang kuat Lele, Kakak akan menambah kecepatan karena kita tidak punya banyak waktu."

Chenle mengangguk menurut. Tangannya menggenggam tangan Jeno yang tengah berada di tuas transimisi mobilnya. Ia tersenyum ke arah Jeno. Dia akan baik-baik saja, bukankah dia memiliki orang lain yang peduli padanya?

***

Haechan mendengus saat mendapatkan pesan dari Jeno. Tiga puluh menit lagi jam sekolah berbunyi. Ia masih harus berjalan lima menit lagi untuk sampai di halte bis.

"Kalau kau tidak bisa menjemputku. Kenapa tidak bilang dari tadi! Pakai alasan buku mantan kekasihmu tertinggal segala! Urusi saja mantanmu yang baru kembali itu!."

Haechan meraih tasnya. "Kalau tahu begini, aku kan bisa meminta Ayah mengantarku ke sekolah! Menyebalkan!"

Setelah berpamitan dengan ibunya, Haechan langsung keluar dan berjalan menuju halte bis terdekat. Langkahnya ia percepat mengingat tidak ada waktu lagi untuk mengejar bis selanjutnya. Ia tersenyum saat halte bis sudah ada di depan matanya. Namun, melihat bis yang menuju sekolahnya baru saja melewatinya, Haechan segera berlari mengejarnya. Tapi ia terlambat karena bis itu langsung berjalan meninggalkannya begitu saja.

"Sial sekali hari ini!"

Haechan hanya dapat menghela napasnya. Ia melihat jam tangannya dan papan jadwal kedatangan jam. "Aku benar-benar akan terlambat. Terkutuk kau Lee Jeno!"

Suasana hati Haechan benar-benar buruk. Seakan lebih buruk dari semalam setelah melihat unggahan sang kekasih di media sosial. Semalaman mulutnya sudah mengucapkan sumpah serapah di depan foto Jeno tanpa henti. Dan sekarang, ia berniat tidak akan berbicara dengan kekasihnya seharian penuh.

"Tidak ada makan siang bersama! Aku akan makan siang sendiri. Makananku lebih nikmat dibandingkan makanan kantin. Biasanya juga aku yang menhabiskan bekal miliknya karena dia tidak mau memakannya. Cih!"

AYO KITA BERTUKAR (00LINE NCT DREAM) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang