LIMA

19.2K 2.7K 954
                                    

Jeno menahan tangan tangan Renjun. Ia melirik sekilas ke arah pemuda tidak terlalu tinggi itu. "Mau makan bersama mereka?"

Renjun yang mengerti maksud dari kata "mereka" dan mencari objek yang dimaksud oleh Jeno. Kedua netranya dengan cepat menangkap Jaemin dan Haechan yang tengah makan bersama di tengah kantin.

"Ayo, Jeno."

Jeno tersenyum dan mengikuti langkah Renjun mendekati meja Jaemin dan Haechan. Terlihat keduanya sedang makan dan berbincang satu sama lain.

"Bolehkah kami bergabung?" tanya Renjun yang sudah berdiri di samping Jaemin, sedangkan Jeno di samping Haechan.

Jaemin dan Haechan diam saling memandang.

"Kalau kalian tidak masalah kami makan dengan berisik," kata Haechan yang diangguki oleh Jaemin.

"Tidak masalah," Jeno membalas dengan cepat dan mengambil duduk di samping Haechan. Sedangkan Renjun, ia mengambil duduk di samping Jaemin dan berhadapan dengan Jeno.

Terdengar di pendengaran keduanya, Jaemin dan Haechan kembali berbincang satu sama lain. Seakan dunia hanya milik mereka berdua.

"Jaemin. Kau mau tambah telur gulungnya?" tanya Haechan dan membuat Jeno melirik ke arahnya.

"Kenapa? Kau sudah kenyang?" Bukannya menjawab pertanyaan Haechan, Jaemin bertanya balik dan dijawab dengan sebuah anggukan.

Jaemin tertawa. "Jangan bercanda. Si Gembul Berlemak ini sudah kenyang?"

Haechan merengut. Ia memajukan bibirnya.

"Jangan bertingkah imut seperti itu. Ayo. Habiskan."

"Tidak."

"A—"

"Dia sudah kenyang, Jaemin. Kenapa kau terus memaksanya?" Jeno dengan cepat memotong perkataan Jaemin.

Jaemin melirik sekilas ke arah Jeno. Senyum miring jelas tercetak di wajanya. Tangan kanannya menopang dagunya. "Akan kubelikan es krim bila kau menghabiskannya, Donghyuck."

Mata Haechan seketika berbinar mendengar kata es krim. "Benarkah?"

"Tentu," katanya mengangguk.

"Habiskan. Kalau tidak mereka akan manangis. Apa lagi kau yang membuatnya sendiri."

Dia pikir Haechan akan percaya dengan kata-kata seperti itu? Anak kecil kali dibohongi, batin Jeno.

Mana ada makanan menanis. Jaemin, batin Renjun.

Haechan memiringkan kepalanya. "Benarkah mereka akan menangis?"

What?! Kenapa dia percaya begitu saja?

Jaemin mengangguk. Ia mengambil satu telur gulung yang ada di bekal makan siang Haechan dan menyuapinya. "Buka mulutnya. Kereta telur gulung ini mau lewat. Apakah kau tidak tega dengan penumpangnya?"

Dia menghina Haechan apa gimana? Jeno meremat kedua tangannya.

Apa sih yang ada dipikiranmu, Nana, Renjun memandang ke arah Jaemin yang masih menunggu Haechan membuka mulutnya. Jangan buka mulutmu, Haechan.

"Pakai suara tut tut tut, dong. Katanya kereta," balas Haechan.

Astaga Haechanie! Kenapa kau membalas perkataan Jaemin!

Jaemin menarik tangannya. "Kereta tujuan Stasiun Perut Lee Donghyuck segera berangkat. Tut ... tut ... tut .... Sebentar lagi kereta akan memasuki terowongan yang sangat gelap."

Haechan menahan tawanya saat melihat bagaimana Jaemin membentuk bibirnya saat berkata "Tut ... tut ... tut" sungguh itu membuat wajahnya begitu menggemaskan. Haechan membuka mulutnya. Seiring tangan Jaemin yang mendekat ke arah mulutnya, tangan Haechan maju ke arah pipi Jaemin dan mencubitnya.

"Lucunya."

"Telan dulu—"

"Telan dulu makananmu, Donghyuck. Baru berbicara. Dan lepaskan tanganmu, kau mencubitnya keras sekali."

Jeno terdiam saat Jaemin memotong perkataannya. Kenapa dia pas sekali berbicara saat aku berbicara.

Sementara itu, Renjun meremat keras sumpitnya. Kedua netranya menatap tajam ke arah Jaemin. Kenapa aku kesal melihatnya? Dan kenapa Haechan begitu menikmati perlakuan manis Jaemin? Ingat! Ini Haechan kita hanya bertukar. Jangan kau gunakan perasaanmu, kumohon.

***

Haechan menarik jaket yang dikenakan Jaemin. Dan membuat laki-laki itu menghentikan kendaraannya.

"Ada apa, Donghyuck?"

"Kau tidak berjanji membelikanku es krim karena ada mereka berdua, kan?"

Suara tawa Jaemin terdengar. "Kau mau aku tidak membelikannya?"

Haechan menggeleng. "Aku hanya bertanya. Memastikan saja."

"Kita sedang menuju kedai es krim. Aku kan sudah berjanji."

Senyum Haechan mengembang. "Jangan salahkan aku bila menghabiskan uang sakumu, Tuan Na Jaemin."

Jari telunjuk Jaemin terarah di depan wajah Haechan. Bergerak ke kiri dan ke kanan menandakan bahwa itu tidak akan. "Hanya dua. Tidak lebih. Aku tidak ingin kau sakit. Bisa-bisa wajahku tampanku dihabisi oleh Jeno."

Sebuah pukulan mendarat di punggung Jaemin. "Pelit sekali."

"Aku tidak pelit. Demi kesehatanmu. Dan demi keselamatanku juga."

Terkadang Jaemin itu bisa berlaku manis seperti aku adalah kekasihnya. Tapi terkadang dia juga bisa menempatkan dirinya seakan dia sedang menjagaku dari amukan Jeno. Apa Renjun selalu dikhawatirkan seperti ini?

***

May 5th, 2020

Permainan mereka sepertinya mulai main hati, nih.
Kalian team mana, hayo ....

1. Jaemren & Nohyuck

2. Jaemhyuck & Noren

3. Atau mereka ........

AYO KITA BERTUKAR (00LINE NCT DREAM) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang