06. Bertemu

102 37 29
                                    

"Menetaplah lebih lama
Dari matahari,
Akan kekal semua bahagia
Dalam rangkum adanya rupamu,
Dengan cerdiknya siasat kita
Kan larung semua perasaan yang jahat."

- Ikat Aku di Tulang Belikatmu, Sal Priadi.

---

Keputusan finalnya, Elang akan pergi ke Jakarta. Setelah ia meminta alamat rumah Alex beberapa menit lalu, dia langsung memutuskan akan tinggal di sana untuk beberapa minggu. Masa bodo, lah, jika esok dia mesti kembali sekolah. Memangnya buat apa lagi dia belajar? Buat siapa lagi semua jerih payahnya? Sudah tidak ada, kan? Lagi pula, setelah semua ini selesai, dia juga akan mengakhiri hidupnya.

Elang berdecak tatkala mobil tua milik mendiang ayahnya terpaksa diberhentikan selepas keluar dari tol Padalarang. "Sialan!" umpatnya seraya meremas setir mobil. Mobil-mobil di jalan bergerak begitu lambat, merangkak kecil-kecil yang membuat amarahnya naik. Kemacetan ini sungguh di luar dugaannya. Ia kira, di hari-hari biasa seperti saat ini tidak terlalu padat, namun nyatanya ia salah. Seratus persen salah.

Kemudian diliriknya jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Sudah setengah tiga siang, kepadatan di jalan ini belum juga teruraikan dengan baik. Dari desas desus para pengendara lain, Elang mendengar bahwa ternyata ada kecelakaan yang membuat jalanan macet.

- 🍂 -

"Lex, tolong buang dulu, kek, itu kecoa yang ada di kamar aku..."

Atas rengekan yang lebih pantas dikatakan sebagai suruhan dari Maya barusan membuat Alex gemas. Ia mengacak-acak rambutnya sendiri tanda dirinya mulai frustasi terhadap takdir yang menyuruhnya untuk tinggal satu atap dengan Maya-meski tidak selamanya. Alex ingin membentak Maya tapi mau tinggal di mana ia jika membentak gadis itu? Ayahnya pasti akan memarahinya dan mengusirnya jika hal itu ia lakukan. Alex pun sempat berpikir kala Ayahnya dan Maya saling berpelukan di bandara tadi, sebenarnya Maya ini keponakannya atau anak kandungnya, sih? Sesayang itu Ayahnya pada Maya. Huft.

Alex lantas mengembuskan napas seraya mengerlingkan bola matanya malas. Dengan berat hati, seusai ia mematikan ponselnya, Alex melangkah keluar kamar menuju kamar Maya.

"Tolong ya, Lex, aku tunggu di kamar kamu, hehe." Kata gadis itu.

Seusai Alex pergi, Maya merebahkan tubuhnya di kasur milik Alex. Katakanlah ia tamu kurang ajar. Tapi terserah, lah! Alex ini, kan, sepupunya, ya jadi tidak ada salahnya jika ia melakukan hal yang kurang terpuji. Lagipula, dia hanya numpang tiduran saja, kok.

Tidak lama setelah itu, Alex sudah tiba lagi di kamarnya. Dari guratan di wajah Alex, bisa Maya tebak satu detik lagi Alex akan mengusirnya dari sini. Maka dari itu, sebelum Alex membuka suara, Maya lah yang lebih dulu membuka suara. Bukan apa-apa, kok, Maya hanya ingin menjalin hubungan antar sepupu yang baik dengan Alex.

"Kamu punya pacar, gak, Lex?" tanya Maya polos.

"Uh?"

"Pasti udah ya? Kamu, kan, em ... Lumayan." ujar Maya yang diberi tatapan heran oleh lawan bicaranya, Alex.

Alex menghela napas, kemudian mengendikan bahu. "Gue gak tau, bingung."

Maya mengernyit, "Kok bingung?"

Cowok bertubuh tinggi itu lantas berdecak malas, lalu tanpa bersuara, Alex menarik pergelangan tangan Maya untuk keluar dari kamarnya.

"Eh Alex tunggu dulu kenapa, sih! Aku, kan, cuma pengen kenal kamu lebih jauh lagi. Kita sepupu," ujar Maya dengan napas yang sedikit tersenggal. "Gak salah, kan? Om Sam juga pasti seneng banget kalo kita akrab."

Sekantung EuforiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang