"setidaknya, ada cerita dimana ada kamu dalamnya."
Mendarah, Nadin Amizah.
_________________Beberapa detik setelah dia menekan tombol search pada benda pipih tersebut, munculah beberapa artikel yang membuatnya membulatkan matanya seketika. Aneh sekali rasanya membaca artikel-artikel itu, rasanya seperti ... Bukan sedang berada di dunianya. Dunianya yang sepi, dunianya yang pilu, dan dunianya yang membosankan.
Maya terkekeh membaca sembari menyamakan sikapnya bersama Elang tadi dengan beberapa poin di salah satu artikel yang dia kunjungi. Pikirannya tiba-tiba saja terlempar kepada Elang. Dia udah nemuin tempat buat ditinggali belom, ya? Tanyanya dalam hati, entah tanya itu ditujukan untuk siapa.
Gadis itu masih membaca artikel sembari tersenyum, menikmati waktu. Sejujurnya, pipinya sudah pegal karena tersenyum terus, tetapi dia tidak mau melonggarkan lengkung itu, walau sedikit saja, dia tetap tidak mau. Entahlah, Maya hanya ingin merasakan euforia ini, sendirian.
Tok, tok, tok!
"May? Udah tidur? Mamah buatin kamu susu cokelat, nih!" ujar Ibunya dari balik pintu. Maya gelagapan, dengan cepat ia langsung mematikan ponselnya. Setelah yakin tidak ada hal yang bisa dicurigai oleh Ibunya, Maya berdeham kemudian berkata, "Masuk aja, Mah, gak Maya kunci."
Setelah itu, Katreena masuk dengan seulas senyum tipis, "Hai!" sapanya kepada putrinya yang terlihat sedang menghela napas. Wanita berumur hampir berkepala empat itu lantas duduk di sebelah Maya sembari memberikan segelas susu cokelat di tangannya.
"Thankyou!" Kata Maya setelah menerima susu cokelat itu. Katreena tersenyum menanggapinya, lalu dengan lembut, ia mengelus puncak kepala Maya. "Mamah ketinggalan banyak hal tentang kamu ternyata. Gak nyangka, kamu sudah besar saja," ujar wanita anggun itu dengan wajah sedih.
Maya yang paham lantas mengelus tangan Ibunya dengan afeksi yang sama besarnya seperti beliau, lalu ia tersenyum seraya menggeleng. "Enggak, kok, Mamah gak sesibuk yang Mamah pikir. Mamah masih ada di saat aku pengen cek kesehatan aku tiap bulan, iya, kan? Mamah kerja dan jarang ada di rumah juga buat aku." lanjutnya.
Katreena menghela napas, "Maafin Mamah ya, belum bisa jadi ibu yang baik, belum bisa jadi temannya Maya," ujarnya dengan tatapan sendu. Kemudian tangan wanita itu beralih ke pipi Maya. "Mamah sayang kamu, selalu."
Maya berdecak karena atmosfer di ruangan ini menjadi sendu, berbeda dengan euforia yang sebenarnya sedang ia rasakan. Lantas gadis itu tersenyum kepada sang ibu. "I love you too. Udah, ya, Mah, jangan sedih-sedih terus, Maya bosen."
Wanita anggun itu terkekeh mendengarnya, tetapi tetap ia mengangguk kecil. Kedua tangannya direntangkan, membiarkan putrinya menghambur ke sana, ke pelukannya. Maya lantas tersenyum senang ketika sudah berada di dalam pelukan Ibunya.
"Tadi di pasar malam seru gak, May?" tanya Katreena sembari menatap Maya teduh. Maya mengangguk cepat. Pipi bagian dalamnya ia gigit, bingung harus menceritakan perihal Elang kepada Ibunya atau tidak.
Katreena berdeham, "Soal temannya Alex itu, kamu udah kenalan sama dia?"
Tepat ketika pertanyaan itu berhasil terlontar, Maya membulatkan matanya. Tenggorokannya tiba-tiba saja tersekat, kedua telapak tangannya mulai mengeluarkan keringat, dia ketakutan. Maya terus menggumam, yang membuat Katreena mengerutkan keningnya heran.
"Kenapa, May?" tanya Katreena.
Maya tergagap, namun ketika usapan halus dari sang ibu membuat tubuhnya yang semula menegang menjadi tenang. Maya menghirup napas dalam-dalam, lalu perlahan ia embuskan. Seusai menetralkan, Maya berdeham. "Namanya Elang, Mah,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekantung Euforia
RomanceElang percaya, bahwa hidupnya belum sepenuhnya hancur selama Maya ada di sisinya. Elang selalu yakin, dunianya tetap tak apa asal Maya ada di sana, menemaninya. Tetapi pada suatu masa, Elang merasa bahwa dirinya sudah tak terselamatkan lagi. Dia han...