Chapter 6

7.6K 811 178
                                    

Tanjiro's POV

Aroma darah menyebar sampai ke ujung jalan sempit.
Begitu manis, begitu melegakan, tapi...

Tanjiro : "IYADA!!" (tidak mau)

Dengan pernafasan penuh, aku membanting tubuh Muzan ke depan.
Melepas tubuhku dari genggamannya.

Clink!

Nichirin kutarik dari sarungnya. Langsung kuarahkan ujung tajamnya pada muzan.

TAANG!!

Tapi oni bulan atas itu menahan seranganku dengan lengannya.

Tanjiro : "Pernafasan air, jurus pertama, irisan permukaan air!"

SPLASH!!

Aku mendorong oni bulan atas itu ke belakang, membuatnya sibuk denganku.

Tanjiro : "LARI!!"

Kakushi yang terluka itu bangkit dari tempatnya, lalu berlari keluar dari jalan sempit.

Dan disini posisiku sekarang.
Melawan dua oni kelas atas sekaligus.

Oni bulan atas terkekeh melihatku berdiri seorang diri.

Akaza : "Hmm, yang satu ini menarik."

Oni itu menyiapkan kuda-kudanya, bersiap menyerangku dengan teknik darahnya.

Corak berbentuk kepingan salju muncul dibawah kakinya.
Kemudian dengan cepat dia melompat ke arahku.

Waktu seperti melambat,
kepalan tangannya sebentar lagi menabrak wajahku.
Senyum optimisnya semakin lebar saat tangan itu tinggal beberapa senti lagi dariku.

BLAAARR!!

Suara ledakan terdengar begitu keras dari kekuatan milik sang oni.

Namun aku tak merasakan pukulannya, pukulan itu tak mendarat di wajahku.
Melainkan...

Tanjiro : "T-tomioka-san?!"

Seorang pilar air muncul, menahan pukulan itu dengan Nichirinnya.

Akaza : "Apa?"

Tomioka-san mengeluarkan suatu jurus pernafasan air. Dia melawan balik oni bulan atas itu, membuat jarak antara aku dan Oni itu.

Tiba-tiba langkah kaki dua orang terdengar dari ujung gang. Itu Inosuke juga Zenitsu yang 'tertidur'.

Zenitsu langsung melompat ke arah Oni bulan atas dengan jurus petirnya.
Membuat Oni itu tak bisa mengeluarkan satupun teknik darah.

Kini tim kembali berkumpul, Muzan juga Oni bawaannya tak bisa melawan musuhnya dengan seimbang.
Mereka kalah jumlah juga terpojok.

Muzan : "Nakime."

Suara biwa terdengar, sebuah pintu muncul entah darimana, membawa mereka berdua pergi.

Inosuke : "OY, DASAR PENGECUT!!"

Inosuke berniat mengejar namun Tomioka-san menghentikannya.

Tomioka-san kini berjalan mendekatiku, dia memeriksa apakah aku terluka atau tidak.
Saat dia mendapati tak ada luka, dia menghembus nafas lega.

Giyuu : "Syukurlah...aku datang di saat yang tepat."

Tangannya mengusap lembut pipiku.
Dia menatapku dengan tatapan yang tenang.

Tanjiro : "Tunggu, bagaimana tomioka-san tau aku ada disini?"

Zenitsu bangun dari tidurnya, dia menatapku dan tentu saja panik.
Kemudian dia menjelaskan bahwa seorang kakushi yang terluka datang pada mereka.
Mendengar Oni kelas atas dan Muzan tengah berhadapan denganku, Zenitsu juga Inosuke memanggil Tomioka-san sebagai pendamping.

Tanjiro : "Maaf, sudah membuat kalian khawatir."

Tomioka-san menggeleng, dia kembali menatapku.

Giyuu : "Tugasku adalah melindungimu, Tanjiro."

Kalimat Tomioka-san seketika membuat wajahku memanas.
Apa dia sadar akan apa yang baru saja dikatakannya?

Tomioka-san mengulurkan tangannya padaku, langsung saja aku menerimanya.

Giyuu : "Ayo kita kembali."

Terbesit senyum halus di wajahnya saat dia menggandengku kembali menuju kediaman para pilar untuk melapor kejadiam hari ini.

==========================

Muzan's POV

'lagi-lagi dia datang?'

Sisi gelap kembali menghantui sesampainya aku menapakkan kaki di ruang pribadiku.

'Berapa kali kau sudah gagal membawanya,Muzan?'

'Dasar tidak berguna!'

Tak sekali dia membentakku hanya karena tak bisa membawa Tanjiro kemari.

Kalimatnya barusan seketika mengingatkanku akan masalalu kelam yang sama sekali tak ingin kuingat.

Muzan : "BERISIK! Kau tak membantuku!!"

PRANGG!!

Satu pukulan kuat jatuh di kaca cermin kamarku.
Luka berdarah muncul, darah mengalir dan menetes di permukaan lantai tatami.
Menimbulkan rona merah yang semakin melebar disana.

Tubuh kusandarkan pada kursi tempatku berpikir.
Lelah, frustasi, tentu saja.
Aku hanya ingin bisa membawanya kemari.
Aku ingin dia bisa bersamaku, tapi kenapa?

Muzan : "Kenapa dia masih menolakku?!"

Suaraku menggema dalam ruang yang hanya berisi satu orang.

'Aku bisa menolongmu.'

Suara lain muncul, tapi itu bukan sisi gelapku.

Aku membalikkan tubuhku padanya.
Sosok cahaya muncul, dia tersenyum padaku.

'Aku bisa membawanya untukmu.'

'Tapi dengan syarat'

Mataku berbinar setelah mendengarnya, bagai memberi harapan untukku.

Muzan : "Apa itu?"

=============================
Tbc...

Dreams (Muzan x Tanjiro) || Kimetsu no yaibaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang