Chapter 12

6.5K 700 91
                                    

Kemarin, saat pertemuan bersama para oni bulan atas.
Akaza melapor gerakan para pilar selanjutnya.

"Kudengar mereka akan menyerang markas sebentar lagi."

Berita yang membuatku terkejut saat itu.
Aku tak mengira para pilar akan melakukan pergerakan secepat itu.

"Sesuatu pasti telah terjadi."

Kokushibo memegang dagunya.
Mulai berpikir apa yang menjadi alasan penyulut api mereka.

"Muzan-sama, bolehkah saya bertanya?"

Akaza menatapku, dia meragukan jawabanku selanjutnya.

"Apa benar Muzan-sama membawa Kamado Tanjiro kemari?"

Aku berusaha tetap tenang mendengarnya.
Belum juga kujawab, Douma lebih dahulu memberinya.

"Aku melihat Kamado Tanjiro sebelumnya. Dia bersama Muzan-sama sebelum kemari~"

Tatapan Akaza semakin tajam.
Dia kemudian menjelaskan kondisi terburuk jika aku melanjutkan itu.

"Para pilar bergerak kemari setelah mendengar kabar menghilangnya Kamado Tanjiro."

"Saya sarankan untuk segera mengembalikan anak itu sebelum mereka kemari."

Kokushibou mengangguk, setuju dengan saran milik Akaza.

"Kita masih belum siap untuk berperang, akan lebih baik kita melakukan persiapan terlebih dahulu."

Mereka berdua memandangku, menunggu keputusan yang akan kuambil.

"Tidak mungkin akan kita kembalikan~"

Douma menutup mulutnya dengan kipas emas.
Dia tersenyum sambil mengatakan hal paling buruk jika aku mengembalikan anak itu.

"Kalau Kamado Tanjiro sudah menjadi oni, bukannya mereka justru akan membunuh Kamado Tanjiro?"

"Muzan-sama pasti akan sedih kehilangan dirinya~"

Benar katanya, bisa saja para pilar akan membunuh Tanjiro.
Tapi jika aku tak mengembalikannya, perang akan terjadi, tapi para oni belum siap menghadapinya.
Apa yang harus aku lakukan?

"Muzan-sama, aku punya saran untukmu~"

Douma melipat kipasnya, dia menunjukkan senyum liciknya.
Menatapku dengan wajah serius.

"Muzan-sama tak perlu mengembalikannya. Tapi sebaliknya, kenapa tidak jadikan saja dia iblis bulan atas?"

"Dengan begitu Kamado Tanjiro akan menjadi kekuatan baru kita. Dia juga tak terkalahkan karena dia punya pernafasan matahari."

Lensaku melebar mendengar kalimatnya barusan.
Aku memang bisa mengubah Tanjiro menjadi iblis bulan atas.
Tapi bagaimana caranya agar dia tak menolak itu?

Sebuah sosok muncul di belakangku.
Sosok yang hanya bisa kurasakan.
Bibirnya didekatkan di telingaku, mulai membisikkan rencana jahatnya.

'Buat dia jatuh cinta, Muzan.'

====================

Muzan's POV

Setelah berjalan-jalan dengannya, aku kembali ke ruanganku.
Dimana tak ada secercah cahaya dalam ruangan itu.

Begitu gelap, hanya ada meja, rak buku juga sebuah kaca cermin.

Kakiku berjalan menuju sebuah cermin yang terletak di pojok ruangan.
Saat aku menatap kacanya, sebuah sosok mirip sekali denganku muncul.
Dia tersenyum padaku.

'Kerja bagus, kau berhasil menariknya.'

Kesal, aku tak bisa mengendalikan diri jika dia sudah masuk ke dalam pikiranku.

Sosok itu keluar dari dalam cermin, memelukku dan menatapku tepat pada lensa.

'Tenanglah, aku akan segera membuatnya menjadi milikmu...'

'Atau lebih tepatnya milikku juga?'

Geram, aku menolaknya.
Mendorongnya menjauh dariku, namun dia tak melawan.

"Dasar iblis! Aku akan melindungi Tanjiro darimu. Apapun yang terjadi!"

Dia menatapku agak lama kemudian dia tertawa mendengar kalimat itu muncul dari mulutku.

'Bercerminlah, Muzan.'

'Kau tak berbeda dariku, kau adalah iblis, sama sepertiku.'

'Bukankah kelicikan adalah cara berpikir para iblis?'

'Kau adalah diriku dan aku adalah dirimu.'

'Bagaimana kau bisa melindungi Tanjiro dari dirimu sendiri?'

Dia mengusap pipiku dengan tangannya yang dingin dan pucat.Memicu adrenalin dalam diri.

Senyum licik tak juga padam dari wajahnya.
Tak ada belas kasih disana, hanya sebuah dendam dan rasa haus darah yang terus berkembang.
Berbeda dengan milik Tanjiro.

'Kita lihat saja, siapa yang akan menang. Kau atau aku?'

'Apa yang akan dia pilih? Membunuh atau membencimu,  mungkin keduanya?'

'Aku akan merenggutnya darimu sebelum kau berhasil mencapainya, Muzan.'

Dia menghilang begitu saja.
Meninggalkanku sendiri di ruang itu.

Tubuh kusandarkan di kaca cermin, kesal dengan diri sendiri.

"Apa aku memang harus menghilang darinya?"

Wajahku menatap kaca cermin yang memantulkan kulit pucatku.

"Apa aku tak bisa bersama dengannya?"

Tanganku mengusap kaca cermin dengan lemah.
Kepala kubenturkan di kacanya, membuat luka di kulitku.
Darah segar mengalir dari sana, berjalan turun dan mewarnai wajahku.

"Kita berbeda."

"Mungkin dia benar."

"Aku tak bisa bersamamu."

"Aku... "

Mata kupejamkan, berusaha menerima kenyataan yang sangat kubenci.

"Aku hanyalah tokoh antagonis yang tak akan pernah bisa dengan protagonis."

"Aku tak bisa bersamamu."

"Dan aku akan mati di tanganmu suatu hari nanti."

======================
Tbc...

Dreams (Muzan x Tanjiro) || Kimetsu no yaibaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang