Chapter 7

7.4K 805 54
                                    

Aku melihat seorang anak jatuh terduduk dalam kamarnya yang terasa dingin.
Dia terbatuk-batuk, tak jarang tetes darah keluar dari mulutnya.

Berbagai botol berisi pil jatuh disebelahnya.
Sebuah kertas mendarat di belakangnya.
Surat dokter yang berisi berbagai macam obat untuk anak itu.

Anak itu menangis sambil terus menahan rasa sakitnya yang menusuk dada.

'Sampai kapan...hiks...'

Matanya tertutup setelah mengucap kalimat itu.

Anak itu...

Anak itu tak sadarkan diri.

-----------------------------------------------

Tanjiro's POV

Kelopak mata terbuka perlahan, aku sudah tak lagi berada di gang itu.

Terakhir aku berjalan bersama lainnya menuju kediaman pilar.
Kami menyampaikan kabar tentang kemunculan Muzan yang otomatis menjadi berita besar di telinga para pilar.

Oyakata-sama menyuruhku untuk beristirahat setelahnya.
Melawan Muzan pasti melelahkan pikirnya.

Sinar mentari memasuki lubang jendela kamarku.
Membawa kehangatan dan kenyamanan untuk siapapun yang membuka matanya.

Hari ini terasa damai.

Begitu damai...

Tapi aku tak bisa berhenti memikirkan seorang anak di mimpiku.
Di kala semua merasakan kehangatan dan kedamaian, dia harus berteman dengan rasa sakit juga dingin yang menusuk kulit.

Aku tak sampai hati melihatnya, tapi aku juga tak bisa menolongnya saat itu.

Tanjiro : "Anata wa...dare?" (Kau siapa?)

Tanjiro : "Dimana aku bisa menemukanmu?"

Gumamku sambil terus mengingat jelas bagaimana wajahnya.

Srrkk..

Pintu kamar tergeser, seorang pilar air yang tak lain adalah Tomioka-san datang untuk membangunkanku.

Giyuu : "Waktunya sarapan, Tanjiro."

Tomioka-san membawa senampan makanan untukku.
Aromanya harum dan terlihat menggiurkan.
Tanpa berpikir lagi, aku langsung memakan sarapan.

Giyuu : "Mulai hari ini dan seterusnya, aku akan bergabung dengan tim-mu. Perintah dari oyakata-sama."

Karena kejadian kemarin juga Oyakata-sama mengandalkan Tomioka-san untuk membimbingku Inosuke-Zenitsu.

Tanjiro : "Begitu ya, jadi hari ini dimana misinya?"

Tomioka-san menggeleng, bukan misi yang sekarang diperintahkan Oyakata-sama.

Giyuu : "Hari ini kau akan mengikuti latihan denganku."

========================

Inosuke : "HIYAAHH!!"

WUUSHH!!

Inosuke melawan Tomioka-san dengan gesitnya.
Namun dia tak juga menggores Tomioka-san.
Justru dia yang mendarat di serangan Tomioka-san.

Giyuu : "Terlalu gegabah."

Kini giliran Zenitsu, dia mengambil nafas dan menenangkan dirinya yang tak berhenti gemetaran.
Kemudian dia berlari menuju Tomioka-san dengan jurusnya.

Hasil hampir sama, jurusnya yang begitu cepat hanya memotong beberapa helai rambut Tomioka-san.
Dia berakhir mendapat pukulan Tomioka-san.

Giyuu : "Kurang stabil."

Sekarang giliranku untuk melawannya.
Kueratkan genggamanku pada Nichirin, kemudian berlari padanya.
Tak langsung melawan, aku membuat gerak tipuan lebih dahulu untuk mengecohnya.

Tomioka-san berhasil terkecoh, dia tak menyadari keberadaanku yang kini berada dibelakangnya, bersiap melawannya.

Tanjiro : "Pernafasan air, jurus ke--"

DEG! DEG!!

BRAAKK!!

Jantungku tiba-tiba terasa sakit, seperti ditusuk sesuatu.
Seranganku gagal mengenai Tomioka-san. Justru tubuhku yang terjatuh sebelum sampai menyerangnya.

Giyuu : "Tanjiro, Oi! Tanjiro!"

Tomioka-san terus memanggil namaku, tapi aku tak bisa menjawabnya.

Pandanganku semakin kabur dan menggelap. Rasa sakit di dada masih kurasakan jelas.

Sesak...

Sakit...

Aku tak bisa bernafas.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
'Kakak merasakannya?'

Seorang anak muncul di hadapanku.
Dia menatapku kasihan.
Dadanya diremas, dia tau seperti apa rasanya.

'Aku akan membantu kakak!'

Dia merogoh sakunya, mengeluarkan suatu pil yang diserahkan untukku.

Aku mengambil satu pil itu dan langsung meminumnya.

UUGHH!!

Semakin menjadi,
rasa sakit itu bukannya menghilang tapi semakin terasa.
Sekarang lebih menyakitkan, sampai-sampai membuatku terbatuk dan mengeluarkan darah.

'Kakak! Kakak tidak apa? Kakak! Kakak!'

Dia menangis dan menggoyang tubuhku.
Aku hanya merasakan pusing luar biasa mulai menerkam, membuatku kehilangan kesadaran saat itu juga.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Giyuu : "Tanjiro!"

Perlahan aku kembali sadar.
Aku bisa mendengar Tomioka-san terus memanggilku.

Shinobu : "Syukurlah obatnya bekerja."

Pandangan kuedarkan, bingung dengan apa yang terjadi padaku.

Shinobu : "Kau mengalami serangan jantung, Tanjiro. Tomioka-san membawamu kemari."

Serangan...jantung?
Barusan aku merasakan serangan jantung?

Shinobu memberiku segelas ocha yang sudah dicampurnya dengan suatu obat.
Setelah meminumnya, aku bisa bernafas lega kembali.

Giyuu : "Bagaimana kondisinya?"

Shinobu : "Sekarang sudah baik-baik saja. Aku sudah melakukan cek dara dan hasilnya..."

Giyuu : "Bagaimana?"

Shinobu : "...aku masih harus mengujinya kembali."

===========================

Author's  POV

Sementara itu di tempat lain, tepatnya dikediaman para iblis.

Seorang pria berkulit pucat--bersurai hitam menatap suatu botol pil yang kosong.
Memori masalalunya berputar, mengingatnya akan rasa sakit yang sudah tak lagi dirasakannya kali ini.

"Aku sudah tak membutuhkanmu,obat sialan."

Botol kosong hancur dalam genggamannya.
Kemudian dia berjalan menyusuri koridor.

========================
Tbc...

Hari ini thor apdet dua sekaligus karena sudah lama nggak apdet.
Semoga bisa menghibur para reader sekalian :)

Dreams (Muzan x Tanjiro) || Kimetsu no yaibaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang