Chapter 8

7.2K 789 82
                                    

UHUK! UHUK!!

Rasa sesak semakin terasa.
Kini lebih parah dari sebelumnya.

Padahal aku sudah meminum obatnya tapi kenapa?

Kenapa rasa sakitnya masih saja ada?

Seorang pria mengamati reaksiku, dia kembali mencoret note kecilnya.

"Hmm,masih belum tepat ya."

Ucapnya santai, kemudian kembali menulis sesuatu di note berisi ide-ide bodohnya.

"Kenapa...kenapa aku tidak segera sembuh?
Kau ini seorang dokter atau bukan?!"

Aku menatapnya kesal.
Ini sudah kesekian kali aku menelan resep obat miliknya.
Yang ada justru penderitaan tak berujung.

Dia menatapku dengan wajah santai dan mengucapnya dengan suara lirih.

"Penyakitmu bukanlah penyakit biasa."

"Jangan membantah, tetap minum obatmu jika kau ingin sembuh."

"Muzan Kibutsuji."

===========================

Tanjiro's POV

"HAH?!"

Nafasku terasa sesak setelah mendapat mimpi barusan.
Keringat dingin mengalir di kening.
Aku bisa merasakan jelas rasa sakit yang dialami anak itu.

Berbagai jenis obat ditelannya.
Sama sekali tak terasa manis, bahkan terasa begitu pahit.
Dia mengharapkan kesehatannya pada seseorang yang dianggapnya 'Dokter'.
Namun Dokter itu justru semakin membuatnya tersakiti.
Dan buruknya lagi anak itu...

"Kibutsuji Muzan..."

Apa dia Kibutsuji-san dari masalalu?
Kenapa aku bisa melihatnya?
Kenapa hanya aku?

Tak ada seorang pun yang tau masalalu kibutsuji-san, kecuali...

"Oyakata-sama!"

Aku beranjak dari tempat tidurku dan berlari menuju pintu kamar.
Di depannya aku mendapati Kanao membawa senampan obat-obatan untukku.

"Ohayou, Kanao-chan. Gomen, aku ada urusan. Jaa mata!"

Tak menghiraukannya, aku terus berlari menuju ruang Oyakata-sama.

Aku ingin menanyakan kejelasannya tentang Kibutsuji-san.

=====================

"Tanjiro-kun?"

Aku bertemu dengan Oyakata-sama di koridor. Dia sedang menikmati langit sore dengan matanya yang buta.

"Anoo...haah...aku ingin bertanya padamu, Oyakata-sama!"

Oyakata-sama mengajakku ke dalam ruangannya.
Disana aku menjelaskan apa yang kudapat akhir-akhir ini.

Oyakata-sama terdiam mendengar ceritaku, dia sedikit terkejut.

"Apa yang kau ceritakan, itu memanglah masalalu Muzan."

Dia menatap ke arah balkon, kembali memanggil memori masalalu.

"Saat itu Muzan adalah anak yang menderita penyakit langka."

"Keluarganya yang bernotabene bangsawan sering mencacimakinya. Tapi dia tidak pernah melawan karena tubuhnya yang lemah."

"Muzan hanya memendam segalanya dalam hati dan menerima apapun demi kebaikannya."

"Sebelum bertemu denganku, Muzan dirawat oleh seorang dokter. Dan dokter itu sama sekali tidak membantu, justru dia menyiksa Muzan."

"Setelah dia tahu itu tak membantu. Dia kabur dari rumahnya dan bertemu denganku dan Tamayo--dimana saat itu Tamayo berguru pada dokter lain."

"Melihat keadaan Muzan, mereka menciptakan obat ampuh untuk Muzan.
Namun semua berakhir dengan Muzan menjadi seorang Oni. "

"Tidak semua orang mengetahui masalalunya. Aku tahu Muzan sebenarnya adalah orang yang baik dan aku tak ingin berperang dengannya."

"Tapi dia semakin menjadi-jadi, mau tidak mau sekarang kita harus menyerang kembali untuk menyelamatkan orang lain."

Oyakata-sama kembali menatapku.
Senyum tipis dia kembangkan untukku.

"Apa ada yang ingin kau katakan, Tanjiro-kun?"

Penjelasan Oyakata-sama membungkam mulutku.
Begitu kelam, begitu menyakitkan, bahkan aku bisa merasakannya lewat perantara mimpi.

"Kibutsuji-san...dia..."

Airmata mengalir dari kantung mataku, aku tak percaya sosok penjahat keji itu memiliki masalalu yang menjadi alasan kondisinya saat ini.

Oyakata-sama mendekatiku, dia menepuk pundakku lembut.

"Arigato, Oyakata-sama. Aku mengerti sekarang. Sumimasen."

Kemudian aku berjalan keluar dari tempat itu.

Masih terdiam di depan pintunya, sambil merasakan jika seandainya aku berada di posisi Kibutsuji-san.

Airmata kuhapus, kini aku membulatkan tekadku untuk tujuan baru.

"Sekarang aku tau harus berbuat apa."

==========================
Tbc...

Dreams (Muzan x Tanjiro) || Kimetsu no yaibaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang