Chapter 11

7.3K 763 182
                                    

Tanjiro's POV

Tenggorokanku terasa kering, sama seperti hari itu, dimana aku bertemu dirinya dalan kerumunan manusia.

Tangan kananku mengusap leher, berusaha menahan haus yang semakin menjadi.
Panas, kering rasanya, aku ingin meminum sesuatu.

Lensaku memandangi seisi ruangan, barangkali menemukan sesuatu untuk di minum.
Namun tak kunjung juga menemukan sebotol air.

"Apa dia lupa memberiku makan atau minum?"

Aku ingin menyebut namanya, tapi dia masih punya urusan yang lebih penting.

Tubuh kusandarkan pada permukaan pintu, sambil berharap dia segera kembali.
Baru beberapa detik, tiba-tiba pintu tergeser, menampakkan wujud seseorang yang kunanti.

Lensanya menatapku, dia menyadari kalau diriku tak memanggilnya saat aku membutuhkan sesuatu.

"Kenapa kau tak memanggilku?"

Hanya diam, aku menundukkan kepalaku.
Aku hanya tak ingin memberatkanmu, batinku.

Muzan menghela nafas, tanganku ditariknya keluar dari ruang tidur.

======================

Muzan menggiringku keluar dari kediaman para oni.
Dia membawaku menuju suatu kota yang terlihat jauh dari kediaman para pilar.

Lensanya memerhatikan sekitar, mencari sesuatu dalam padatnya keramaian kota.
Hingga akhirnya sebuah kedai kecil menjadi pilihannya.

Muzan memilih tempat duduk yang berada di pojok, dekat dengan jendela.
Tangannya dilambaikan pada pelayan yang bekerja di kedai itu.
Dia memesan makanan juga minuman untukku.

Pelayan itu mencatat pesanannya, kemudian berlalu.
Sekarang hanya ada keheningan diantara kami.
Muzan masih saja menatapku, dia ingin kejelasan yang harus kukatakan.

"Maaf..."

Aku masih saja tak berani menatapnya.
Berpikir jika dia marah dengan kelakuanku.

"Aku tak ingin memberatkanmu."

Dia masih menatapku dalam diam.
Kemudian matanya tertuju pada pelayan yang membawa pesanannya.
Dua porsi udon, dua gelas ocha juga dango.

"Walau kau tak bicara pun, aku sudah mengetahuinya, Tanjiro."

"Aku hanya ingin mendengar kebenarannya."

Kemudian dia mulai memakan udon miliknya, yang diikuti olehku.
Udon yang begitu hangat, ochanya menyegarkan.
Tak lupa dengan setusuk dango yang terasa begitu manis saat menyentuh lidah.

"Enaknya~"

Muzan terkejut melihatku, dia menutup mulut dengan tangannya, tertawa.
Ada apa dengannya?
Apa ada sesuatu yang lucu di wajahku?

Tangannya terangkat, dia mengusap lembut ujung bibirku.

"Ada noda di bibirmu."

Kemudian dia tersenyum, seperti seorang ayah yang melihat kecerobohan anaknya saat makan bersama.

"Kau menikmatinya?"

Aku mengangguk, bisa kurasakan jika pipiku bersemu melihat kelakuannya barusan.
Kemudian aku kembali menggigit dangoku dan segera menghabiskannya.

Setelah makan, Muzan membayar harga makanan tadi di kasir.
Kemudian dia kembali menggiringku ke suatu tempat.

====================

Muzan menggiringku ke sebuah tempat yang indah dan damai.
Dimana sebuah jembatan yang terletak diatas sungai menjadi tujuannya.
Pohon sakura berada di ujung jembatan itu, mempercantik nuansa tempat itu.

Dreams (Muzan x Tanjiro) || Kimetsu no yaibaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang