04. Mimpi Buruk

1.4K 320 41
                                    

"ARGHHH!!!!"

"Berisik! Ngapain lo teriak, Monyet?!"

Soobin balas memukul kepala Yeonjun setelah pemuda itu berhasil mengagetkannya.

"Lo ngagetin, Babi! Ngapain lo cuci muka sambil jalan-jalan?" Umpatnya kesal. Entah apa yang menggangu pikiran Yeonjun sehingga dirinya sibuk berjalan-jalan dengan wajahnya yang dipenuhi busa sabun.

"Gue gabut," jawabnya asal dengan cengiran nya yang terlihat begitu menyebalkan.

"Cepetan lo mandinya! Dah malem nih, masuk angin tau rasa lo." Soobin kemudian menyimpan pakaian kotornya ke dalam sebuah ember yang sengaja mereka letakkan di dekat kamar mandi.

"Mmm mandiin, dong," manja yang lebih tua.

"NAJIS BANGSAT! Ih."

Beomgyu pulang pada pukul sebelas malam. Pemuda itu pulang lebih lambat dari biasanya karena ia memiliki urusan terlebih dahulu bersama teman-teman kampusnya yang lain.

Saat pemuda itu hendak naik ke kamar kostnya, ia melihat ada tetangga wanitanya yang tengah duduk sendirian di depan pintu kamar kost miliknya.

Beomgyu tak asing dengan wajahnya. Dan setelah ia mengingat-ingat, rupanya wanita itu adalah seseorang yang sempat mereka abaikan tadi siang ketika dirinya mengunjungi kamar kost mereka.

Wanita itu tampak tersenyum ramah pada Beomgyu dan bahkan ia menyapanya lebih dulu. "Nembé mulih, A'?"

Beomgyu terdiam sejenak setelah ia mendengar suara lembut wanita itu yang berbicara dengan bahasa daerahnya.

Beomgyu sedikit paham dengan bahasa itu karena beberapa dari teman-teman kampusnya pun berbicara dengan bahasa yang sama. Tapi Beomgyu tidak bisa membalasnya dengan bahasa yang sama juga, ia hanya dapat memahaminya sedikit.

"Eh, iya. Kamu ngapain malem-malem masih di luar?" Tanyanya. Beomgyu pikir tidak mungkin, bukan? Jika wanita itu sampai tidak bisa berbahasa Indonesia juga.

"Lagi ngangin aja, oh iya nama A'a siapa?" Tanya wanita itu lagi.

Beomgyu tersenyum setelah ia tahu mereka bisa berkomunikasi dengan bahasa yang sama saat ini.

"Nama saya Beomgyu, kalo kamu namanya siapa?" Tanya Beomgyu balik.

"Nama saya Neti, A'."

"Oh, kamu anak mana? Udah lama ngekost di sini."

Neti nampak memainkan rambutnya yang tergerai ke depan sebelum ia kembali menjawab pertanyaan dari Beomgyu.

"Saya anak anak depan, A'. Iya, saya udah lama banget ngekost di sini."

"Depan? Oh."

Sebenarnya dalam hati Beomgyu bertanya-tanya, maksud Depan itu apa? Apakah Depan itu nama suatu tempat di Bandung? Ya, wajar saja. Beomgyu hanyalah seorang anak rantau yang tidak mengetahui keseluruhan tempat yang ada di kota Bandung.

"Iya," jawab wanita itu sambil tersenyum ramah.

"Oh iya, kamu yang tadi siang datang ke kostan kita, kan? Kalo boleh tau, ada urusan apa ya?"

Beomgyu pun mulai mengungkit kejadian tadi siang karena sejujurnya iapun begitu penasaran dengan maksud dan tujuan wanita itu datang ke tempat mereka.

Entahlah, Beomgyu pun tak tahu kenapa ia harus mendengarkan larangan konyol Kai tadi siang, padahal wanita itu begitu baik dan ramah seperti ini. Ia jadi menyesal karena telah mengabaikannya.

"Ngga kok A', tadinya saya cuma mau nganterin makanan aja karena biasanya saya emang suka gitu kalo ada tetangga baru. Yaaa kaya semacam buat tanda perkenalan aja si, hehe."

Whispers In The Dark • TXTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang