05. Ik Heet Aline

1.3K 304 14
                                    

Keesokan paginya, Kai pergi meninggalkan kostan dan mengamati sebuah bangunan tua yang berada tepat di depan kostan tersebut.

Setelah Kai amati dari luar, rupanya bangunan itu merupakan sebuah bangunan bekas suatu rumah yang mungkin paling besar dan mewah pada masanya.

Benteng besar nan kokoh pun tampak mengelilingi bangunan tersebut, bahkan pagar besi berkarat yang menjulang tinggi pun terlihat masih begitu melindunginya. Kai tidak bisa masuk ke dalam karena pagar besi itu terkunci dengan kuat.

Rumput liar dan ilalang pun tumbuh dengan begitu suburnya memenuhi halaman yang terbentang luas tersebut. Kai menatap jauh ke dalam sana, tapi yang ia lihat hanyalah sebuah kegelapan yang menyertai rumah tersebut.

'Kriet …'

Kai langsung memfokuskan indera penglihatannya setelah ia mendapati seorang wanita bergaun biru muda dan berambut panjang mengguntai tengah duduk di atas ayunan besi tua yang sudah berkarat sembari sesekali sedikit mengayunkan ayunan tersebut.

"Neti?" Kai memanggil sosok wanita itu dengan ragu. Tapi sayangnya yang dipanggil olehnya itu sama sekali tidak menjawab dan memilih untuk tetap menundukkan wajahnya seperti itu.

"Neti, bukan?" Tanyanya lagi. Kali ini Kai memang berhasil membuat sosok itu mengangkat pandangannya, tapi jujur ia pun terkejut sekaligus takut setelah melihat wajahnya yang hancur seperti membusuk itu.

"Nee, ik heet Aline." Sosok wanita itu menyeringai ke arahnya sebelum ia kembali menundukkan wajahnya.

"Aku, aku gak paham bahasa kamu. Jadi kamu yang namanya Aline? Terus, Neti siapa?"

'BRAK!'

Kai memundurkan dirinya hingga terjatuh setelah sosok tadi hendak melompat ke arahnya.

Sosok itu tampak berdiri tepat di dalam pembatas yang ada di hadapannya saat ini dengan tatapannya yang terlihat begitu marah pada Kai.

"Haram nama jalang itu disebut di sini!"

"Permisi." Kai tersentak kaget saat tiba-tiba saja ada seorang pria asing yang menyentuh bahunya.

"Eh, iya?" Tanya Kai dengan gugup.

"Adek lagi apa di sini?" Tanya si pria setelah ia menemukan pemuda itu tengah terduduk sendiri di tanah.

"Enggak, cuma lagi ngomong aja sama cewek it-"

Kai menghentikan ucapannya setelah ia tak dapat lagi menemukan sosok wanita itu di dalam sana.

Pria asing itu kemudian sedikit menyipitkan matanya untuk mengikuti ke arah mana Kai melihat saat ini.

"Di sana gak ada siapa-siapa," ujarnya kemudian.

Ah, Kai lupa. Memang tidak semua orang bisa melihatnya juga.

"Udah, sini bangun! Ngapain malah deprokan di situ?" Kai pun meraih tangan pria itu yang terulur padanya.

Setelah ia kembali berdiri, Kai pun sedikit membersihkan pakaian bagian belakangnya yang sedikit kotor karena terjatuh tadi.

"Abang asli orang sini? Kenalin, gue Kai." Kai memperkenalkan dirinya lebih dulu pada pria asing itu. Rasanya tidak salah juga mereka berkenalan setelah pria itu menolongnya tadi.

"Gue Namjoon. Enggak, gue cuma ngekost sama kerja aja di sini. Aslinya gue dari Jakarta," singkat pria itu tentang dirinya.

"Oh sama dong, gue juga dari Jakarta. Gue juga di sini ngekost, Bang, masih kuliah soalnya. Terus, kostan Abang di mana kalo boleh tau?" Tanya si yang lebih muda lagi.

"Gak jauh dari sini, kok. Kostan lo di mana?" Tanya pria itu balik.

"Di belakang bangunan ini ada kostan. Gue ngekost di situ, Bang." Namjoon merengut heran setelah ia mendengar hal itu dari Kai.

"Setau gue gak ada kostan lain di sini selain kostan yang gue tempatin," ujarnya.

"Ada, Bang."

"Oh gitu? Gue kurang tau keknya."

"Heem, nanti mampir lah kapan-kapan, Bang."

"Siap. Eh btw, lo bisa liat kek gituan, ya?"

Kai terkekeh pelan. Ia pikir wajar saja Namjoon bertanya seperti itu padanya karena ia memang sempat mengatakan bahwa ia tengah berbicara dengan seseorang tadi.

"Iya gue bisa, Bang. Awalnya gue gak bisa sih, tapi pas semenjak kelas 3 SMA gue jadi bisa liat mereka."

"Oh gitu, terus lo takut gak? Temen gue juga ada lho yang bisa liat kek gituan juga."

Kai sedikit menggaruk tengkuknya yang tak gatal setelah ia mendengar pertanyaan itu. Sejujurnya Kai adalah seseorang yang begitu penakut, hanya saja ia selalu berusaha untuk bersikap baik-baik saja saat ia harus bertemu dengan makhluk yang berbeda dengannya.

"Gue takut sebenernya, tapi karena udah keseringan liat, jadi ya … mulai biasa aja gitu, Bang."

"Oh, gitu? Ya udah gue duluan ya, kali-kali main lah ke kostan gue. Gak jauh, kok. Oh iya, ini gue kasih kartu nama gue ya siapa tau lo butuh entar." Namjoon mengeluarkan sebuah kartu nama di dalam dompetnya sebelum ia memberikannya pada Kai.

"Siap, Bang. Makasih, ya."

"Yoi. Sampe ketemu lagi, ya."

"Yoi, Bang." Namjoon pun berlalu meninggalkan pemuda itu.

Kai menatap sejenak pada kartu nama yang Namjoon berikan sebelum ia memasukkannya ke dalam dompet miliknya.

'Kriet …'

Suara ayunan berkarat itu kembali terdengar di telinga Kai sehingga membuat pemuda itu kembali menatap pada sumbernya.

Sosok wanita itu kembali hadir dan menyeringai ke arahnya seakan-akan ia tengah mengejeknya saat ini. Tapi Kai tak ingin menghiraukan itu karena ia harus pergi ke kampus saat ini.

Sedikit menceritakan tentang Kai, awalnya pemuda itu hanyalah seorang pemuda biasa yang tak dapat melihat hal-hal aneh seperti makhluk yang berbeda alam dengannya.

Tapi semua itu berubah setelah ia duduk di bangku kelas 3 SMA. Seketika ia berubah menjadi seorang anak indigo yang tak pernah bisa melepaskan tatapannya dari sosok yang ia temui di beberapa waktu.

Jika Kai menginginkan suatu jawaban dari apa yang ingin dia ketahui tentang alam lain, biasanya ia selalu berusaha sendiri dengan cara berkomunikasi langsung dengan mereka maupun dengan mimpi-mimpi yang pernah ia alami seperti malam tadi.

Kai tidak ingin menyia-nyiakan kemampuannya itu, jadi iapun memutuskan untuk menjadi seorang YouTuber yang banyak menyajikan konten mistis di dalam salurannya.

Kai sebenarnya sangat ketakutan ketika ia harus berhadapan langsung dengan sesuatu yang berbeda alam dengannya itu. Tapi, dia selalu berusaha untuk menyembunyikan rasa takutnya itu agar ia dapat menyelesaikan teka-teki yang amat sangat ingin ia ketahui tersebut.

 Tapi, dia selalu berusaha untuk menyembunyikan rasa takutnya itu agar ia dapat menyelesaikan teka-teki yang amat sangat ingin ia ketahui tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Whispers In The Dark • TXTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang