09. Cahaya Merah yang Membawanya

1.1K 271 17
                                    

Yeonjun dan Soobin sedang mengemasi barang mereka masing-masing sedangkan Kai membereskan barang miliknya dan milik Taehyun juga Beomgyu.

Jika kalian mengira Soobin dan Yeonjun hanya membereskan barang mereka saja, itu tidak benar. Setelah mereka berdua selesai dengan barang mereka, merekapun membantu Kai mengemasi barang milik Taehyun dan Beomgyu.

"Malam ini kita tidur bareng aja, gak boleh ada yang misah." Merekapun menyetujui apa yang diucapkan oleh Yeonjun, dan merekapun memutuskan untuk tidur di kamar kost Kai saja malam ini.

"Gue baru nyadar, pantes aja kosannya bagus tapi murah. Angker ternyata," ucap Yeonjun di sela-sela ia membaca bukunya.

"Waktu itu pemilik kost bilang udah ada 6 kamar kost yang terisi, tapi nyatanya cuman kita sama cewek itu aja yang ada di sini," timpal Soobin sebelum dia meneguk cokelat panasnya yang mulai dingin.

"Lo kenapa dari tadi diem aja, Kai?" Tanya Yeonjun yang masih fokus pada bukunya.

"Dari tadi nih cewek bisik-bisik sama gue." Kai menunjuk ke arah samping kanannya yang terlihat kosong di mata Yeonjun dan Soobin. "Katanya kita gak boleh pergi."

"Ya udah, bilangin! Kalo gak mau kita pergi, ya jangan ganggu."

"Gak usah gue bilangin juga dia denger, Yeon." Soobin dan Yeonjun kembali fokus pada kegiatan mereka, Yeonjun dengan bukunya dan Soobin dengan cokelat panasnya.

"Kenapa lo bisa mati?" Kai kembali berkomunikasi dengan sesosok makhluk yang berada tepat di sampingnya itu saat ini.

……

"Dibunuh? Sama siapa? Kenapa lo bisa dibunuh?"

……

"Oh, terus kenapa lo ngebunuh dia? "

……

"Penghianat gimana?"

……

"Jadi karena lo ngebunuh, lo dibunuh juga?"

……

"Oh jadi lo nyuruh kita buat tinggal di sini tuh karena lo suka sama dia?"

……

"Soobin udah punya pacar jadi lo buang jauh-jauh perasaan lo sama dia."

Mendengar ucapan Kai, Soobin pun lantas memelototi pemuda itu. "Apa? Orang dia sendiri yang bilang kalo dia suka sama lo."

"Lo jangan bikin gue merinding ya, Bangsat! Lagian idup lo ada gunanya dikit, ngapa? Gak ada kerjaan banget malah wawancarain setan."

Soobin mengambil ancang-ancang ingin melempar Kai dengan cangkir cokelat panas yang telah kosong di tangannya

"Kalem mabrohhh …." Kai sedikit mengangkat kedua tangannya ke atas.

Karena tak ingin lagi memedulikan hal itu, Soobin pun memutuskan untuk menyeduh cokelat panas nya yang kedua karena ia benar-benar belum puas setelah menghabiskan satu cangkir tadi.

"Buset dah lu belum kenyang?" Tanya Yeonjun pada Soobin.

"Lu ngomong ama gua? Sentuh dulu dong."

"Nih gue sentuh."

'PLAK!'

Yeonjun memukul keras pantat Soobin dari belakang sehingga membuat si empunya sedikit meringis sakit karena perlakuannya.

"Sakit, Katoey!"

"Lu Katoey!"

"Halah! Menjauhlah kau, Binatang!" Soobin sedikit menyenggol kepala Yeonjun dengan pantatnya.

"Eh, Kai. Dia masih ada di sini, gak? Kok lu udah diem aja gak kek tadi ngomong sendiri kek orang gila?" Tanya Yeonjun setelah ia melihat pemuda berhidung mancung itu tiba-tiba terdiam.

"Iya, dia udah pergi."

"Lu takut gak si anjir harus ngobrol sama yang kek gituan?" Soobin ikut menimpali setelah ia kembali duduk bersama mereka berdua.

"Gue takut lah anjir cuma gue tahan aja. Dia namanya Aline, dia hantu noni. Pas pertama kali ketemu sama dia waktu itu, dia mukanya serem gitu kek udah membusuk. Tapi tadi dia mukanya biasa aja gitu cantik, cuman pucet aja, " jelas Kai.

"Lo ngomong apa aja sama dia?" Tanya Soobin was-was ketika ia mengingat jika Kai sempat menyebut-nyebut namanya tadi.

"Ngomongin lo," jawab Kai dengan kekehannya yang begitu menyebalkan.

"Lempar, nih." Soobin mengangkat cangkir berisi cokelat panas yang masih penuh itu untuk mengancam Kai.

"Jadi gini, dia tadi cerita tentang hidupnya dulu."

"Emang ada masalah apa idupnya ampe harus curhat gitu ama lo? Gila! Lo bisa jadi tempat curhat ampe ke spek setan juga. Emang gak kaleng-kaleng si pergaulannya," ujar Yeonjun yang diiringi dengan tawa renyahnya.

"Dia bilang rumah besar yang ada di depan kostan itu adalah rumah dia sama keluarganya dulu. Dulu dia mau nikah, tapi si cowoknya malah pergi ninggalin dia dengan alesan ada cewek lain."

Yeonjun dan Soobin pun mulai memfokuskan atensi mereka pada Kai yang mulai menceritakan sesuatu yang baru saja ia ketahui.

"Dia depresi nih, tapi suatu hari dia mergokin cowoknya lagi berduaan di halaman belakang sama pembantu dia yang cewek. Dan lo berdua tau siapa pembantunya?"

"Siapa?"

"Dia–"

'TRENG! '

Lantas ketiganya terperanjat kaget setelah tiba-tiba saja panci yang menggantung dengan aman itu terjatuh begitu saja dari atas dinding.

Mereka bertiga pun saling merapatkan tubuh mereka satu sama lain dengan rasa takutnya. Bahkan lampu yang menjadi penerangan mereka pun mati secara tiba-tiba setelah jatuhnya panci tadi.

Kai memfokuskan penglihatannya pada salah satu titik setelah ia melihat adanya dua cahaya merah menyala pada titik itu. Kai semakin melihatnya dengan jelas ketika cahaya merah itu semakin mendekat ke arahnya.

Ketika sosok itu menyeringai ke arahnya, Kai pun hanya mampu menutup kedua matanya dan tak berani ia membukanya meski hanya untuk satu detik saja.

Rasa takutnya semakin menjadi-jadi, Kai meraba ke samping kirinya dan dia merasakan ada sesuatu yang hilang dari sana.

"Yeon, Soobin mana?"

"Yeon, Soobin mana?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Whispers In The Dark • TXTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang