12. First Kiss

2.6K 109 2
                                    

Warning!
Cuma adegan kiss ✌️

Ketika jarum jam menunjukkan angka dua belas, Janu memilih untuk istirahat dan melanjutkan pekerjaan pada pukul satu nanti. Dia merasa khawatir kepada Nadine. Gadis itu memang dijaga oleh mamanya, tetapi tetap saja dia tidak bisa lepas tangan.

Jadi, Janu memutuskan untuk mengunjungi pasiennya yang satu itu terlebih dahulu. Khusus Nadine, hanya boleh dirawat olehnya, kecuali jika memang harus dirujuk ke spesialis lain.

Janu memasuki lift menuju lantai tiga, di mana kamar Nadine berada. Dia mampir sebentar di ners station untuk melihat status pasien yang akan dikunjunginya hari ini. Untuk gadis itu, dia tidak mau didampingi oleh siapa pun dengan alasan keluarga. Lagipula sakitnya tidak parah.

Setelah berbasa-basi dengan yang lain, Janu memasuki kamar Nadine dengan tenang. Gadis itu tampak sendirian. Entah di mana mamanya berada.

Janu mendekati ranjang dan menatap Nadine yang masih tertidur dengan pulas. Dengan lembut diusapnya kepala gadis itu. Sekalipun tanpa make-up, dia tetap cantik.

Janu menunduk dan menyentuh pelipis Nadine. Aroma harum tubuh gadis itu membuatnya melayang. Dia terus saja melakukannya berulang-ulang, sembari sesekali mengusap rambut yang tergerai indah.

Nadine menggeliat karena merasakan ada yang menyentuh wajahnya. Gadis itu seketika melotot dan berteriak.

"Aaaa!"

Teriakan itu membuat Janu kaget. Lelaki itu mengusap dada beberapa kali.

"Kamu ngapain?" tanya Nadine galak saat menyadari siapa yang menyentuhnya barusan.

"Ngeliatin kamu, lah. Emang lagi ngapain?"

"Kalau mau meriksa ya bangunin aku, dong. Bukannya--"

"Apa?" tanya Janu tersenyum menggoda.

Wajah Nadine seketika merona ketika Janu menatapnya dengan mesra.

"Periksa aja sekarang. Aku pengen cepat pulang."

"Gak boleh. Nginap di sini sehari lagi," tolak Janu.

"Tapi ini udah sehat, kok. Tuh, infusnya udah dicabut."

Nadine menunjuk lengannya. Ada bekas tusukan jarum di sana, di kulitnya yang putih mulus.

"Kalau dokternya bilang belum, ya berarti belum boleh."

"Kamu itu dokter gadungan. Masa sakit maag aja rawat inap."

Janu mengulum senyum. Dalam hati berkata pintar juga gadis ini bisa tahu diagnosisnya.

"Sok tau. Yang dokter siapa?" goda Janu.

"Kata perawat tadi, pas masuk bawa obat," jawab Nadine.

Janu kembali mengulum senyum karena ketahuan.

"Sini, saya periksa."

Janu mulai memasang stetoskop, berpura-pura memeriksa gadis itu. Padahal hanya untuk kembali menakuti Nadine.

Nadine memilih pasrah saat Janu mulai bekerja dan menekan lambungnya beberapa kali. Dia meringis, tidak perih sebenarnya. Hanya tekanan tangan lelaki itu cukup kuat, sehingga dia merasa tak nyaman.

Janu kembali beraksi, mengambil senter kecil di saku dan memeriksa kelopak mata Nadine, juga mulutnya.

"Udah," ucap Janu sembari meletakkan kembali peralatan medisnya.

"Cuma gitu aja?" tanya Nadine heran.

"Saya mau ke ruangan lain. Masih banyak yang dikunjungi hari ini."

Hello Dr. JackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang