Malam ini, Sarah sibuk berdandan di depan kaca. Wanita paruh baya itu memakai bedak dan mengoleskan lipstik, juga berganti gaun berkali-kali.
"Mama udah cantik, belum?"
"Udah, Ma. Jangan kelamaan. Keluarga Nadine nungguin," kata Anton yang sudah merasa bosan sejak tadi.
"Harusnya mama itu pergi ke salon sama ke butik langganan cari baju yang pas. Masa' pake yang lama," sungutnya.
"Udahlah, jangan ribet."
"Gaun yang ini sempit, mama makin gendut jadinya." Wanita itu menarik gaun yang tersangkut di bagian perut.
Beginilah situasinya setiap kali mereka akan pergi keluar. Apalagi ini acara khusus, di mana mereka akan melamar seorang Nadine untuk Janu.
"Gendut juga papa tetap cinta."
Sudah satu jam Anton menunggu di kamar hanya untuk menyaksikan istrinya berdandan. Dia tidak diizinkan keluar dan harus menjawab semua pertanyaan. Serba salah jadinya.
"Janu mana, Pa?" tanya Sarah saat berhasil menarik baju, setelah sebelumnya menahan napas dan menekan perutnya dengan tangan.
"Udah nungguin dari tadi. Mama lama banget," jawab lelaki itu kesal lalu pergi begitu saja meninggalkan istrinya. Jika begini terus, rencana mereka bisa jadi batal.
Akhirnya, Sarah mengambil sebuah kotak perhiasan dan memakainya. Wanita itu meraih sebuah tas lalu bergegas keluar kamar. Di ruang tamu, Janu dan Anton langsung berdiri ketika dia muncul dan langsung berjalan menuju teras.
"Tunggu! Kok, mama ditinggalin?" Sarah berjalan tergesa-gesa mengikuti mereka.
***
Sementara itu, di rumah Nadine terjadi kehebohan yang sama. Bahkan mungkin lebih berisik. Mamanya sejak pagi ke pasar untuk berbelanja berbagai macam bahan makanan dan sibuk di dapur. Ketupat lengkap dengan opor dan menu lain akan menjadi pilihan menu kali ini.
"Beli aja kenapa sih, Ma. Kayak mau hari raya masak beginian," ujar papanya Nadine tak habis pikir melihat sikap istrinya.
Nadine sendiri malah sibuk memotong sayur, lupa mempersiapkan diri untuk menyambut sang calon suami.
"Biar spesial, Pa," jawabnya singkat.
Mamanya Nadine masih fokus mengaduk kuah santan yang mulai mengental, tanda sebentar lagi ayamnya akan matang dan siap disajikan.
"Lo gak siap-siap, Ndin?" tanya Nabil saat muncul di dapur dan mencicipi puding yang akan disajikan sebagai dessert.
Nadine menepiskan tangan adiknya karena sembarangan. Nabil bukannya mengambil sendok, malah main comot begitu saja.
"Gue masih bantuin Mama. Lo gantian, dong. Dari tadi maen PS mulu," ucap Nadine sembari meletakkan pisau dapur di tangan adiknya.
Nabil hendak menolak, tetapi urung saat melihat mamanya melotot. Itu berarti dia akan akan terkurung di sini hingga proses memasak selesai.
"Apes emang," rutuknya dalam hati.
Nadine bergegas menuju kamarnya dan bersiap-siap mempercantik diri. Dia ingin Janu melihatnya berbeda malam ini. Kemarin sore sepulang kerja, dia mampir ke butik dan membeli sebuah gaun.
Awalnya Nadine sudah memilih beberapa model gaun, tetapi harganya mahal. Uangnya tentu saja tidak cukup. Utunglah Niken berbaik hati dan menambah budgetnya. Kata wanita itu, nanti kalau dia sudah jadi istri dokter, giliran dia yang ditraktir.
Nadine bernyanyi di kamar mandi sembari menggosok tubuhnya dengan lembut. Berbagai khayalan menari-nari di kepalanya. Entah bagaimana rasanya jika nanti dia sudah resmi menjadi istri Janu. Istri seorang dokter.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Dr. Jack
RomanceCerita ini menjadi 20 peserta terpilih dalam kompetisi Lovrinz Writing Challenge 2021. *** Janu, seorang dokter spesialis penyakit dalam yang baru ditempatkan di sebuah rumah sakit swasta terkenal di ibukota. Sikapnya yang dingin dan cuek, membuat p...