Jam sudah menunjukkan pukul 11.30 tapi Kanan masih disibukkan dengan berkas-berkas yang diberikan oleh mentornya. Kanan melihat sekelilingnya dan orang-orang sudah mulai beranjak dari tempat duduknya untuk pergi makan siang.
Saking menterengnya perusahaan tempat Kanan magang, meraka bahkan sudah menyiapkan berbagai fasilitas bagi karyawannya yang bisa dinikmati dengan gratis, mulai dari kantin mewah, tempat gym, bahkan tempat istirahat yang menyerupai hotel. Semua fasilitas itu bertujuan supaya semua karyawan betah dan nyaman di kantor. Wajar saja banyak orang berjuang dan berebut supaya bisa bekerja di perusahaan ini.
"Istirahat saja dulu, nanti dilanjut lagi." Suara yang muncul dari orang yang biasa Kanan panggil kak Danu yang sekaligus mentornya. Danu memang masih muda sehingga tidak mau dipanggil 'pak' saat di kantor oleh siapapun.
"Siap, kak." Jawab Kanan yang diikuti senyuman manis.
"Tolong itu senyumnya dikondisikan." Ledek Danu.
"Mau makan bareng nggak?" Imbuh Danu.
"Boleh." Jawab Kanan singkat.
Kanan pun beranjak dari tempat duduknya dan berjalan mengikuti Danu. Mereka segera meninggalkan ruangan dan pergi menuju kantin yang terletak di lantai dasar.
*
*
*Kanan dan Danu pun kini sudah berada di meja kantin dengan dua porsi makanan di atasnya. Kanan mengambil menu makan siang berupa nasi beserta sayur dan ayam, sedangkan Danu memilih nasi beserta sayur dan tempura udang.
"Kalau gua perhatiin lo jarang banget makan ikan atau semacamnya, lo nggak suka ikan?" Tanya Danu disela suapan sendok ke mulutnya.
"Sebenarnya suka, tapi pilih-pilih ikannya, kalau ikan laut saya nggak makan."
"Kenapa?" Tanya Danu penasaran
"Alergi olahan laut."
"Emm, kalau ikan tawar bisa?" Tanya Danu masih penasaran
"Kalau itu sih masih bisa."
Obrolan mereka terus berlanjut dan jarum jam terus bergerak sampai waktu istirahat pun sudah selesai. Kanan dan Danu segera kembali ke meja kerjanya dan bersikap melanjutkan pekerjaannya.
"Kanan, tolong antar berkas ini ke ruangan manajer ya." Danu menyodorkan sebuah berkas yang lumayan tebal.
"Jangan aku bisa nggak, kak? Aku belum pernah masuk sana."
Danu mengangkat tubuh Kanan. "Ya makanya biar pernah, sekarang lo ke sana terus jangan lupa ketuk pintunya dulu."
Kanan menghela napas. "Iya deh."
Kanan pun melangkahkan kakinya menuju ruangan manajernya. Dia masih malu-malu jika mengingat kalau pernah diberi tumpangan oleh orang yang akan dia temui itu. Dia mengambil napas panjang sebelum mengetuk pintunya.
Setelah dipersilkan masuk, Kanan pun bisa melihat Adam yang sedang sibuk dengan membaca berbagai laporan perusahaan yang kalau dilihat-lihat dia nampak sangat menawan. Adam memang terkenal dengan wajah rupawan serta tubuh yang ideal yang dia miliki. Banyak karyawan perempuan yang sering mencuri pandangan kepadanya saat dia melintas. Meski begitu Adam adalah orang yang cukup dingin kepada orang yang nampak berusaha menarik perhatiannya.
"Permisi, pak."
Adam sejenak membeku ketika melihat Kanan masuk ruangannya dengan memegang sebuah berkas. Dia mengira bukan Kanan yang berdiri tepat di depannya.
"Pak, ini laporan untuk bulan ini." Kanan memecah kebekuan Adam.
"Oh iya." Adam pun mulai membuka berkas itu tanpa meminta Kanan meninggalkan ruangan.
Kanan merasa sudah tidak ada yang ingin manajernya katakan lagi, dia pun berniat untuk meninggalkan ruangan Adam.
"Kalau begitu, saya permisi, pak." Ucap Kanan sesaat sebelum melangkahkan kakinya.
"Nanti pulang bareng siapa?" Ucap Adam menghentikan langkah kai Kanan dengan pandangan yang masih tertuju ke berkas di mejanya.
"Seperti biasa pak, nanti pulang naik bus."
"Ya sudah nanti bareng saya aja, dari pada repot naik bus."
"Tidak usah pak, takut merepotkan."
Adam pun akhirnya mendongakkan kepalanya menatap wajah Kanan yang masih berdiri di hadapannya.
"Kalau saya repot, saya nggak mungkin ajak kamu pulang bareng saya." Ucap Adam dengan nada bicara yang sedikit menakutkan bagi Kanan.
"Emm, baiklah kalau begitu."
"Oke, nanti tunggu saya di ruangan kamu." Pangkas Adam.
"Baik, pak. Sebelumnya terima kasih atas tumpangannya."
Kanan pun melangkahkan kakinya untuk meninggalkan ruangan Adam. Dia merasa ada yang aneh dengan Adam yang sangat baik dengannya meski baru beberapa kali mereka bertemu.
*
*
*Waktu pulang kantor pun tiba. Semua tugas Kanan hari ini sudah selesai, dan wajahnya pun nampak sangat lelah. Hari ini memang tugasnya jauh pebih banyak dari biasanya.
"Mau langsung pulang, Nan?" Tanya Danu sembari membereskan meja kerjanya.
"Iya, capek banget, badan pegal-pegal semua." Ucap Kanan sembari menggeliat di atas kursinya
"Mau bareng nggak?"
"Nggak deh kak, udah ada janji."
Danu membelai rambut Kanan. "Ow gitu, oke deh kalau begitu gua duluan."
"Oke, hati-hati kak."
Ruangan kerja mulai sepi, namun di balik ruangan masih terlihat Adam duduk di kursinya. Dia nampak sibuk dengan membolak-balikkan kertas di depannya.
"Jadi pulang nggak sih?" Gumam Kanan.
Sesaat setelah itu, Adam nampak mulai membereskan mejanya. Dia pun mengambil jas hitam yang dia gantung tepat di belakangnya sebelum meninggalkan ruangan.
"Ayo." Ucap Adam tanpa menghentikan langkahnya.
Kanan pun mengekor langkah Adam dengan kepala sedikit tertunduk. Dia terus melangkah hingga tanpa disadari kepalanya menambrak punggung Adam.
Adam menengok ke belakang dan didapati Kanan dengan wajah sedikit tersenyum. "Jalan di samping saya, jangan di belakang."
"Iya, pak."
*
*
*Bersambung...
================================
Terima kasih sudah mampir
KAMU SEDANG MEMBACA
Hug Me, Please
Romance[Boys Love] Menceritakan kisah mahasiswa semester akhir yang magang di sebuah perusahaan terkemuka dan hidupnya berubah saat dia berjumpa seorang manager di tempat magangnya. Dia menjalani hidupnya bersama managernya dan itu semua memberi rasa dan w...