Part Eleven

516 38 0
                                    

Setelah perjuangan Kanan untuk bisa menyelesaikan tugas akhirnya selama hampir 9 bulan, akhirnya kini dia sudah ada di depan dosen penguji. Kanan akan melakukan ujian skripsi yang bisa menjadi pintu gerbang dia lulus dari universitas tempatnya kuliah.

Kanan gugup menghadapi tatapan dosen pengujinya yang seakan-akan Kanan adalah mangsa yang siap diterkam. Sesekali Kanan melihat ke arah jendela yang menampakkan wajah Jeni dan Nick. Mereka datang untuk menyemangati teman seperjuangannya itu dari luar.

Diantara mereka bertiga, Kanan adalah orang pertama yang menjalani sidang skripsi. Itu semua hasil kerja keras Kanan yang tak kenal waktu dan telah mengorbankan banyak hal. Kanan merasa bersyukur atas semua itu dan bisa ada di posisinya saat ini.

"Kanan yang sidang kenapa gua ikut tegang ya?" Ucap Nick dari luar jendela.

"Iya, Kanan aja keliatannya gugup banget tuh." Balas Jeni.

Sidang pun dimulai. Kanan mulai mempresentasikan skripsinya dengan bantuan powerpoint yang sudah dia siapkan sejak jauh-jauh hari. Kata demi kata keluar dengan sendirinya dari mulut Kanan. Dia nampak berusaha mengontrol emosinya supaya tidak terlihat gugup dan akan membuyarkan pikirannya.

Setelah hampir 2 jam, sidang pun selesai dan Kanan dinyatakan lulus dengan nilai memuaskan. Tampak wajah lega sekaligus bahagia dari seorang Kanan yang juga disambut ucapan selamat dari teman-temannya.

Sebagai perayaan kelulusan, Kanan pun berniat mentraktir teman-temannya untuk makan siang di kantin. Dia sudah bernazar jika lulus akan membelikan makanan apapun yang mereka mau. Kanan menganggap dukungan dari orang-orang terdekat sangat berarti baginya dikala penat dan bosan menerpa.

"Thanks ya udah bantuin." Ucap Kanan sembari memeluk dua sahabatnya.

"Iya, kita juga seneng akhirnya lo lulus juga." Ucap Jeni.

Nick menghela napas. "Doain gua ya biar nggak males."

Kanan sedikit tersenyum. "Pasti."

*
*
*

Hari sudah malam, Kanan sudah rapi dan siap untuk pergi bersama Adam. Dia dijemput oleh Adam di rumahnya untuk pergi makan malam bersama. Makan malam kali ini terasa istimewa bagi Kanan. Kekasihnya itu mengajak untuk makan malam di sebuah restoran super mewah yang ada di jantung ibukota. Hal itu dilakukan Adam sebagai perayaan atas kelulusan Kanan.

Sesampainya di restoran ternyata tidak ada orang sama sekali di sana. "Kok sepi?" Ucap Kanan dengan penuh tanda tanya.

"Iya, sengaja aku booking semua biar cuma ada kita berdua aja. Kamu kan nggak mau orang lain liat hubungan kita."

Kanan dibuat terharu. "Abang nggak seharusnya sampai segini. Kasihan yang mau makan di sini."

Adam tersenyum dan mengandeng tangan Kanan. "Udah yuk kita duduk."

Tak perlu menunggu, hidangan langsung di sajikan di meja yang berhiaskan bunga dan lilin. Selain itu sebotol wine pun ikut mempercantik ruangan.

"Selamat ya sayang, kerja kerasmu membuahkan hasil yang memuaskan." Puji Adam sembari mengusap lembut tangan Kanan.

"Terima kasih abang, ini juga atas dukungan abang yang mau mengerti kesibukanku dan rela menahan untuk tidak sering bertemu." Balas Kanan dengan senyum bahagia.

Sesaat setelah itu, Adam meraih kedua tangan Kanan dan mengeluarkan sebuah kotak berisikan cincin yang telah Adam siapkan dari sakunya. Cincin yang terbuat dari emas putih dengan ukiran yang membuatnya nampak mewah dan cocok di jari Kanan.

Adam menyematkan cincinnya di jari manis Kanan dan diikuti sebuah ciuman di jemarinya. "Aku berjanji akan selalu ada untuk kamu dan tidak akan meninggalkanmu. Kamu juga harus untuk terus bersamaku meski sesulit apapun itu, Kanan."

"Iya, aku janji." Balas Kanan dengan senyuman di wajahnya.

Makan malam mereka berdua pun berakhir dengan romantis. Kanan tidak menyangka bahwa Adam akan memberikannya sebuah cincin di hari yang special baginya. Hal itu pun semakin menambah kebahagiaan Kanan.

*
*
*

Pagi sudah tiba, kini Kanan dan orangtuanya sudah ada di meja makan untuk menyantap menu sarapan mereka. Sebuah roti bakar beroleskan selai kacang terpajang di atas piring.

"Ehem, kayaknya ada yang baru dikasih cincin nih." Ledek ibu Kanan ketika melihat jari manis Kanan.

"Apa sih bu." Ucap Kanan sedikit malu.

"Nggak usah malu, Ibu dan ayah bahagia kalau kamu bahagia, sayang."

"Terima kasih, Kanan juga sayang kalian." Kanan kemudian memeluk ibunya yang berdiri di hadapannya.

"Ibu aja yang dipeluk?" Protes ayah Kanan yang berjalan menghampiri Kanan dan ibunya.

Kanan pun tersenyum dan memeluk ayahnya. Kanan merasa beruntung lahir dan besar di keluarganya ini. Kanan tidak pernah merasakan kekurangan kasih sayang dari orangtuanya. Mereka selalu mendukung apa keinginan dan keputusan Kanan selama itu semua tidak merugikan siapapun.

Orang tua Kanan sudah tahu hubungan Kanan dengan Adam semenjak Adam sering datang ke rumah dan mengajak Kanan pergi. Mereka menyadari melihat hubungan anaknya tampak mesra lebih dari sekedar hubungan dengan mantan manajer magangnya. Meski sulit diterima ketika Kanan berterus terang, namun pada akhirnya kebahagiaan Kanan menjadi prioritas bagi mereka.

*
*
*

Bersambung...

================================

Terima kasih sudah mampir

Hug Me, Please Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang