Part Three

855 61 2
                                    

Kanan merasa perjalanan pulangnya kali ini lebih lama dari biasanya. Duduk bersampingan dengan manajernya itu membuatnya tegang bukan main. Dia merasa seperti berada di ruang sidang dengan dia sebagai terdakwanya dan siap menerima putusan hukuman. Kanan pun sesekali mencoba mencari pemandangan lain dengan melihat ke luar jendela mobil yang penuh dengan kemacetan ibukota.

Setelah setengah jam lebih di dalam mobil tanpa perbincangan apapun dengan Adam, akhirnya Kanan tiba di depan rumahnya.

"Terima kasih pak sudah mengantarkan saya sampai rumah." Ucapan Kanan terdengar sangat formal.

"Iya." Jawab singkat Adam

"Kalau begitu saya masuk dulu pak, sekali lagi terima kasih."

Tanpa ada jawaban dari Adam, tiba-tiba dia menahan tangan Kanan yang akan membuka pintu mobil. Kanan pun terkejut dan langsung mengalihkan pandangannya ke Adam.

"Kanan, aku sama suka kamu, maukah kamu jadi pacarku?"

Seketika Kanan semakin terkejut dengan pertanyaan yang diajukan manajernya itu. Dia hingga hanya terdiam tanpa sepatah kata pun keluar dari mulutnya dan pandangannya pun kosong menatap wajah Adam.

"Kanan." Panggil Adam.

Kanan tersadar dari lamunannya. "Sepertinya bapak kelelahan, sebaiknya bapak segera pulang dan mandi air hangat supaya lebih tenang. Saya permisi." Ucap Kanan sesaat sebelum keluar dari mobil tanpa memperdulikan Adam.

Adam masih terdiam di dalam mobil. Dia masih tidak menyangka akan mengutarakan perasaannya kepada Kanan secepat itu. Dia menyadari sudah menyimpan rasa sejak pertama bertemu dengan Kanan tapi masih menunggu waktu yang tepat. Namun nyatanya perasaannya sudah tidak tertahan.

Kanan pun kembali terdiam ketika dia menutup pintu rumahnya. Dia masih tidak menyangka mendengar ucapan yang keluar dari mulut Adam. Seseorang yang baru dia kenal yang menyatakan perasaan suka kepadanya.

Kanan sendiri belum pernah bahkan tidak terpikirkan menjalin hubungan sesama jenis, tapi dia juga selama ini belum pernah menjalin hubungan dengan perempuan manapun meski banyak perempuan yang ingin mendekatinya. Kanan merasa memiliki pacar di usianya adalah hal yang buang-buang waktu, tenaga, dan uang. Dia lebih memilih fokus ke kuliah dan karirnya.

"Sudah pulang?" Ibu Kanan membuyarkan lamunan Kanan.

"Oh, iya bu baru aja sampai." Kanan menjawab dengan tatapan kosong.

"Kenapa? Mukanya kok gitu? Ada masalah di kantor?"

"Nggak kok bu, cuma capek aja."

Ibu Kanan mengusap wajah anaknya itu. "Ya sudah cepat mandi, terus siap-siap makan malam."

Kanan menjawab ibunya dengan sebuah anggukan dan dia segera menuju kamarnya dengan langkah gontai.

*
*
*

Selesai makan malam bersama keluarganya, Kanan kembali ke kamarnya. Dia tidak mengatakan apapun tentang yang baru saja terjadi dengannya kepada orangtuanya. Dia tidak mau orangtuanya ikut terlibat dan menjadi beban pikiran bagi mereka.

Pikirannya kalut hingga tak terasa malam sudah semakin larut, Kanan masih menatap langit-langit kamarnya dan terus memikirkan Adam. Dia memikirkan apa yang akan dia lakukan ketika bertemu dengan manajernya itu di kantor. Dia takut akan merasa canggung dan berdampak buruk untuknya selama magang.

Kanan menutup wajahnya dengan selimut. "Hah, apa-apaan sih, malah mikir itu terus, sekarang waktunya tidur."

Entah sejak kapan Adam benar-benar suka kepada Kanan, namun setiap Adam melihat Kanan sibuk di meja kerjanya sesuatu yang aneh muncul di dadanya. Dia merasa ingin ada di dekatnya setiap saat dan mendengarkan keluh kesahnya tentang apapun itu. Tak jarang Adam mencuri pandangan dari balik jendela kaca ruangannya untuk bisa melihat Kanan. Dia pun berusaha untuk berlama-lama di sisi Kanan ketika Kanan mengantarkan berkas ke ruangannya atau bertemu dengannya tanpa sengaja. Dia merasa nyaman ada di dekatnya namun dia tidak cukup berani meminta lebih dari Kanan pada saat itu. Sampai akhirnya Adam meyakini bahwa Kanan adalah sosok yang dia inginkan ada di hidupnya.

Adam memang seseorang yang memiliki orientasi seksual yang sedikit berbeda. Dia selama ini lebih tertarik dengan laki-laki meski terkadang masih tertarik dengan perempuan. Adam pernah mencoba beberapa kali menjalin hubungan dengan seorang perempuan yang menurutnya menarik, namun semua berakhir dalam waktu singkat.

Adam pun mulai menerima dirinya yang berbeda dengan berjalannya waktu. Namun dia masih menyembunyikan identitasnya karena tidak semua orang mau menerima perbedaan itu dan akhirnya bisa merugikan dirinya dan mungkin orang lain.

*
*
*

Bersambung...

================================

Terima kasih sudah mampir

Hug Me, Please Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang