Udara dingin mulai menusuk tubuh Kanan yang sedang duduk seorang diri di teras rumah. Setiap hari Kanan menyempatkan diri untuk menenangkan pikirannya dari kesibukannya yang tak kunjung berakhir. Tidur larut malam, kini menjadi kebiasaan baru Kanan.
"Sudah larut malam, cepat masuk, nanti sakit." Ucap ayah Kanan dari depan pintu.
Kanan menengok ke arah ayahnya. "Iya yah, bentar lagi."
"Jangan terlalu dipaksakan, kalau capek istirahat dulu aja. Kalau sakit nanti tugasnya malah terbengkalai." Nasehat ayah Kanan ketika melihat anaknya yang terlihat sangat kelelahan.
"Iya yah."
"Ya udah ayah masuk dulu, kamu juga jangan lama-lama di luar."
Kanan hanya mengangguk dan kembali menatap langit yang dipenuhi bintang. Dia bertanya-tanya pada dirinya tentang hal-hal yang sudah dia lalui selama ini.
"Capek ya ternyata." Gumamnya.
*
*
*Matahari pagi sudah mulai menampakkan diri. Adam yang baru saja tiba di parkiran kantor menyempatkan diri untuk mengirimkan pesan semangat untuk kekasihnya. Dia menyadari hubungannya dengan Kanan memang sedang tidak baik karena kesibukan masing-masing, tapi mereka berusaha sebisa mungkin untuk terus berkomunikasi dengan cara apapun.
Sesampainya di ruangan karyawan, Adam dibuat terkejut ketika laki-laki yang baru saja dia kirimkan pesan semangat ada di kursi kerja yang dulu pernah dia pakai saat magang. Kanan datang ke kantor untuk melakukan penelitian sekaligus reuni dengan karyawan kantor tanpa sepengetahuan Adam.
"Selamat pagi, pak." Sapa Kanan dengan sopan.
"Selamat pagi,"
Adam berusaha bersikap biasa saja di depan karyawan meski dalam hatinya dia merasakan kegembiraan yang luar biasa. Dia pun langsung menuju ruangannya karena dia tidak mau dia lepas kontrol saat berdekatan dengan Kanan.
Di ruangannya, Adam dibuat gelisah dengan kedatangan Kanan. Dia ingin sekali untuk menghubungi Kanan yang masih ada di kantornya dan memintanya masuk menemuinya.
Saat Adam bolak-balik jalan dari meja ke pintu, tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintunya. Dia pun memposisikan dirinya untuk kembali relax. Sesaat dipersilakan masuk, muncullah sosok Kanan yang melenggang dengan senyuman yang terukir di wajahnya.
"Selamat pagi." Sapa Kanan kepada Adam.
Adam terdiam sejenak dan bergegas mendekati Kanan. Dia langsung memeluk Kanan dengan erat seakan-akan dia tidak mau kehilangan kekasihnya itu. Kanan yang ada di pelukan Adam hanya pasrah dan mengusap lembut punggung Adam.
"Mau sampai berapa lama abang meluk aku begini?" Tanya Kanan lirih.
Adam mengabaikan ucap Kanan dan tidak mau melepas pelukannya. Dia sangat merindukan kehangatan dan aroma tubuh Kanan yang mulai jarang dia dapatkan.
Kanan mencoba melepaskan pelukan Adam. "Bang,"
Adam melepaskan pelukannya. "Nanti malem tidur tempat abang ya? Biar abang yang minta izin ke ayah sama ibu." Pinta Adam dengan wajah memelas.
"Liat nanti ya, aku kabari."
"Beneran loh ya."
"Iya"
Jam demi jam berlalu dan Kanan pun mengiyakan untuk menginap di rumah Adam. Rumah Adam memang sangat besar untuk ukuran seseorang yang tinggal seorang diri. Adam memang sudah tinggal sendiri semenjak orang tuanya kembali ke sisi Tuhan 7 tahun lalu.
"Inget ya, malem ini nggak ada malam erotis dan nggak ada kontak fisik berlebihan." Ucap Kanan menatap Adam dengan tatapan tajam.
Mendengar ucapan Kanan, Adam hanya bisa tersenyum dan mengiyakan permintaan kekasihnya itu. Mereka pun menghabiskan malam berdua dengan saling berpelukan di ranjang super besar milik Adam. Mereka tidak berkata-kata apapun melainkan hanya merasa kehangatan yang menjalar ke seluruh tubuh dan membuat mereka terlelap.
*
*
*Pagi menjelang dan Kanan sedang menyiapkan sarapan untuk Adam yang saat ini masih membersihkan dirinya. Kanan memang cukup mahir di dapur karena sering membantu ibunya. Memang belum banyak menu yang dia kuasai tapi cukup untuk sekedar sarapan.
Setelah semua menu sarapan siap, Kanan berniat memanggil Adam yang masih di kamar. Namun Kanan dibuat terkejut dengan apa yang dia lihat ketika membuka pintu kamar. Dia melihat Adam yang baru saja selesai mandi dengan rambut basah dan tubuh yang hanya tertutupi oleh handuk. Rasa malu dirasakan Kanan hingga dia seketika menutup matanya dan membalikkan badannya.
"Kamu kenapa, sayang?" Ucap Adam.
"Oh nggak, cuman mau panggil abang aja, sarapan sudah siap." Ucap Kanan dengan terbata-bata.
Adam mendekati Kanan. "Nggak usah malu gitu, nanti juga kamu bakal liat badan abang seperti ini setiap hari kalau udah nikah." Ucap Adam sembari membalikkan badan Kanan.
"Nikah?." Ucap Kanan dengan malu.
"Iya nikah, kita nanti bakalan nikah dan anggap aja ini latihan." Goda Adam tepat di telinga Kanan.
"Apa sih." Balas Kanan sembari mendorong dada bidang Adam.
Setelah selesai puas bermesraan di kamar, Kanan dan Adam segera menuju meja makan. Mereka makan masakan Kanan yang seadanya karena memang tidak banyak bahan makanan di rumah Adam.
"Wah, asik nih makan masakan calon istri." Ucapan Adam yang membuat Kanan malu.
"Jangan gitu, kalau nanti nggak enak bilang." Tampak wajah Kanan memerah. "Ayo makan." Imbuh Kanan.
Adam menyantap makanannya dengan lahap. Kanan pun puas melihat Adam yang nampak menyukai masakannya. "Enak?"
"Enak kok, nggak kalah sama masakan di restoran mewah."
Kanan mendengkus. "Dasar pembohong kelas teri." Ucap Kanan kesal yang juga membuat Adam tertawa lepas.
Setelah sarapan dan bersiap-siap, Adam pun berangkat menuju kantor tapi sebelumnya dia akan mengantar Kanan ke kampus terlebih dahulu. Hari ini Kanan ke kampus mengenakan pakaian milik Adam yang nampak sedikit kebesaran, namun meski begitu tetap membuat Kanan terlihat menawan.
"Ganteng." Bisik Adam di telinga Kanan
"Pastinya." Ucap Kanan sombong sembari menyibakkan rambutnya.
*
*
*Bersambung...
===============================
Terima kasih sudah mampir

KAMU SEDANG MEMBACA
Hug Me, Please
רומנטיקה[Boys Love] Menceritakan kisah mahasiswa semester akhir yang magang di sebuah perusahaan terkemuka dan hidupnya berubah saat dia berjumpa seorang manager di tempat magangnya. Dia menjalani hidupnya bersama managernya dan itu semua memberi rasa dan w...