Part Thirteen

466 29 0
                                    

Pagi-pagi sekali Kanan sudah terbangun dari tidurnya. Dia menyadari bahwa ada Adam yang masih tidur lelap dengan menghadap ke arahnya. Kanan sangat bersyukur bisa memiliki seorang Adam yang begitu sempurna serta menyayanginya sepenuh hati.

"Terima kasih udah ada buat aku selama ini." Ucap lirih Kanan supaya tidak membangunkan Adam dari tidurnya.

"Seharusnya aku yang berterima kasih, udah kasih kesempatan buat aku ada di sisi kamu." Ucap Adam dengan mata yang perlahan terbuka.

"Udah bangun?" Ucap Kanan terkejut.

Adam tersenyum sembari mengacak-acak rambut Kanan. "Bahkan aku udah bangun sebelum kamu bangun."

"Jadi kamu pura-pura tidur, gitu ya? Minta dijitak." Balasan Kanan dengan nada sedikit kesal.

Adam tertawa. "Ampun."

Sesaat kemudian, Kanan pun memutuskan untuk bangun dan mencuci muka ketika Adam masih berguling-guling di ranjang dengan kondisi telanjang dada.

"Bangun, bang." Ucap Kanan dari kamar mandi.

"Iya." Sahut Adam.

Adam akhirnya bangun dan berjalan menuju balkon hotel lantai 7. Dia meregangkan badannya sembari melihat pemandangan pantai di pagi hari. Namun tak lama terdengar dering handphone milik Kanan. Dia pun menghampirinya dan ternyata ibu Kanan yang menelepon.

"Halo, bu." Sapa Adam setelah menjawab telepon.

"Adam ya? Kanan mana, Dam?"

"Kanan masih cuci muka bu, ada apa ya? Nanti saya sampaikan ke Kanan kalau ada yang perlu disampaikan."

"Oh nggak ada, ibu cuma khawatir dengan kondisi Kanan. Dia baik-baik aja kan?"

"Jangan khawatir bu, Kanan baik-baik saja, dia sudah mulai tenang dan lupain kejadian kemarin."

"Syukurlah kalau begitu, ibu titip Kanan ya, Dam. Ibu percaya sama kamu." Pinta ibu Kanan dengan tulus.

"Iya bu, Adam akan selau menjaga Kanan."

Telepon pun terputus bersamaan dengan Kanan yang keluar dari kamar mandi. "Siapa yang nelpon? Ibu?"

"Iya, ibu tanya keadaan kamu."

"Oh." Ucap Kanan singkat dengan ekspresi wajah yang seketika berubah.

Menyadari apa yang ada dipikiran Kanan, Adam segera mendekat dan memeluk kekasihnya itu. "Semua akan baik-baik aja, nggak usah dipikirin."

*
*
*

Hari sudah siang, Kanan dan Adam pun sudah pergi meninggalkan hotel dan kembali ke rumah. Adam mengantar Kanan ke rumahnya dengan perasaan dan pikiran yang lebih tenang.

"Inget, nggak usah dipikirin lagi yang kemarin, pkoknya kalau ada apa-apa bilang ke abang."

"Iya, tenang aja."

"Ya udah kamu langsung masuk aja, Abang mau langsung jalan lagi, masih ada urusan."

"Ya udah, hati-hati di jalan."

"Iya, salam buat orang rumah."

Setelah mengantarkan Kanan, kini Adam pergi menuju ke tempat tinggal seseorang yang telah mempermalukan Kanan. Adam pergi tanpa sepengetahuan Kanan, karena Adam tahu akan membuat Kanan khawatir jika dia tahu.

Adam sebelumnya sudah meminta temannya untuk mencari informasi terkait pelakunya. Adam cukup terkejut ketika tahu bahwa pelakunya adalah teman kampus Kanan yang sempat menyukai Kanan namun ditolak, dia adalah Raka.

Diketahui Raka melakukan hal yang memalukan bagi Kanan dengan sengaja untuk melampiaskan kekesalannya setelah mengetahui Kanan sudah memiliki kekasih. Raka mencari semua informasi dan mengikuti kemanapun Kanan pergi setelah dia melihat Kanan dan Adam saat di depan kampusnya tempo hari.

Raka beranggapan jika dia tidak bisa memiliki Kanan maka orang lain juga tidak boleh memilikinya. Cinta buta yang ada dalam diri Raka pun membuat dia berani berbuat seperti itu.

Sesampainya di lokasi, Adam langsung menuju lantai 3 pintu nomor 10 yang merupakan kamar Raka tinggal. Pintu kamar belum juga terbuka meski Adam sudah mengetuk pintu kamar itu beberapa kali.

Sesaat kemudian pintu akhirnya terbuka, dan begitu pintu terbuka dengan cepat Adam menarik kerah baju Raka dan mendorong tubuh Raka ke dinding. Adam marah besar dan dia tidak bisa membendungnya lagi. Secara bertubi-tubi Adam memukul wajah Raka dengan tangannya yang sudah mengepal keras.

Tidak ada kata apapun keluar dari mulut Raka atau balasan pukulan darinya atas apa yang dia terima dari Adam. Dia hanya pasrah menerima pukulan demi pukulan dari orang yang dia sudah tahu bahwa dia adalah kekasih Kanan.

"Jangan pernah deketin Kanan lagi, atau nyawamu yang melayang. Paham?" Ucap Adam penuh amarah setelah puas memukuli Raka.

Setelah puas melampiaskan amarahnya, Adam melepas cengkeramannya dan dia pun pergi meninggalkan tempat tinggal Raka. Percikan darah bahkan hampir memenuhi lantai dimana Raka terkapar.

Adam kembali ke mobilnya, dia bahkan baru menyadari kalau tangannya ikut terluka akibat terlalu keras memukul wajah Raka. Dia pun segera mengobati lukanya supaya Kanan tidak tahu kalau dia terluka karena berkelahi dan akan membuat Kanan khawatir.

*
*
*

Bersambung...

================================

Terima kasih sudah mampir

Hug Me, Please Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang