Part Five

752 56 3
                                    

Adam tampak sangat khawatir ketika dokter memeriksa laki-laki yang dia sukai itu. Kanan sangat pucat dan lemah terbaring di ranjang rumah sakit. Adam terus berusaha menenangkan diri dan berharap Kanan baik-baik saja. Hingga setelah beberapa saat, akhirnya pemeriksaan selesai dan dokter yang memeriksa Kanan mendekatinya.

"Dok, bagaimana keadaannya?" Ucap Adam dengan raut penuh kekhawatiran.

"Pasien baik-baik saja, beruntung bapak cepat membawanya ke rumah sakit sehingga bisa cepat kami tangani. Pasien saat ini mengalami alergi parah yang mengakibatkan sakit perut yang luar biasa. Kalau boleh tau sebelumnya pasien mengonsumsi apa ya pak?"

"Tadi kami makan di restoran seafood."

"Baik, kemungkinan besar pasien alergi olahan laut."

Setalah mengetahui itu, Adam merasa sangat bersalah karena telah membawa Kanan ke tempat yang seharusnya tidak boleh dia datangi. Dia segera menghampiri Kanan yang masih belum sadar. Melihat Kanan yang tidak berdaya, Adam hanya tertunduk sembari menggenggam tangan Kanan.

Kanan membuka matanya setelah berjam-jam tak sadarkan diri. "Pak," ucapnya lemah.

"Kanan, kamu sudah bangun? Perutnya masih sakit?"

"Sudah mendingan, pak."

"Kamu kenapa tadi nggak bilang kalau alergi olahan laut?"

"Saya tidak enak kalau menolak permintaan bapak."

"Dasar kamu ya, kalau kamu tadi bilang, semua nggak akan kejadian seperti ini, Kanan." Adam sedikit marah kepada Kanan.

Menyadari kalau dirinya salah, Kanan hanya terdiam.

"Ya sudah, kamu istirahat saja lagi supaya lekas pulih, biar saya urus administrasinya." Imbuh Adam.

Adam mengatakannya dengan tanpa sadar air matanya mengalir. Kanan melihat itu hanya bisa merasa bahwa orang di hadapannya itu sangat mengkhawatirkan dirinya.

Sepanjang malam Adam hanya memandang wajah laki-laki yang membuatnya gila. Akibat kejadian tadi Adam berjanji akan melindungi Kanan sampai kapanpun dan bagaimanapun. Dia tidak ingin melihat Kanan merasakan sakit lagi atau melihatnya menangis.

"Pak, dari tadi liatin saya terus." Ucap Kanan membuyarkan lamunan Adam.

"Abisnya kamu ganteng, saya suka sama orang ganteng." Balas Adam dengan senyuman manis terukir di pipinya.

"Apa sih pak, ngegombal kok sama saya."

"Saya ngegombal juga pilih-pilih, saya ngegombal cuman sama orang yang saya suka."

Kanan menguap seakan-akan dia mengantuk untuk mengalihkan pembicaraan yang sejujurnya membuatnya tersentuh. "Saya tidur dulu ya pak, masih lemas."

"Ya udah, selamat tidur semoga mimpi indah." Ucap Adam sembari mengusap lembut rambut dan pipi Kanan.

Kanan pun mencoba memejamkan matanya meski rasanya ada yang aneh pada dirinya. Perasaan yang menghangatkan hati baru saja dia dapatkan dari sosok yang tidak dia duga sebelumnya.

*
*
*

Keesokan harinya Kanan kembali diperiksa oleh dokter untuk mengetahui kondisinya. Dokter pun mengatakan bahwa Kanan sudah diperbolehkan pulang karena kondisinya sudah membaik meski harus meminum beberapa obat yang diberikan dokter.

"Oya pak, tadi malam bapak angkat telepon dari orang tua saya ya?"

"Iya, saya sudah bilang kalau kamu ada lembur di rumah saya supaya mereka nggak khawatir."

"Terima kasih pak, sudah jagain saya."

Adam tersenyum. "Iya, saya juga seneng bisa jagain kamu."

Mereka berdua pun berkemas untuk pulang. Perjalanan pulang bersama Adam kali ini sedikit berbeda dari biasanya. Kanan tidak merasa tegang berada di sisi Adam. Dia mulai menerima keberadaan Adam yang berusaha untuk menjadi bagian dari hidupnya.

"Sudah sampai." Ucap Adam sesaat tiba di depan rumah Kanan.

"Sekali lagi terima kasih pak sudah menjaga saya selama di rumah sakit dan sudah traktir sarapan tadi bahkan mengantarkan sampai rumah."

Adam tersenyum. "Hmm, sebuah kehormatan bisa da di sisi kamu, Kanan.

Kanan terdiam sejenak saat akan membuka pintu mobil. "Bapak tidak mau mampir dulu, ketemu ayah sama ibu?" Ucap Kanan dengan sedikit malu.

"Nanti saja, kalau semua sudah siap." Jawab Adam dengan lembut.

"Ya sudah, kalau begitu saya masuk dulu."

"Iya."

Kanan pun beranjak meninggalkan mobil Adam. Dia sesekali menengok ke mobil Adam yang masih belum berpindah dari posisinya. Dia samar-samar bisa melihat sosok Adam yang juga melihat ke arahnya.

"Kanan pulang." Ucap Kanan sesaat masuk rumah.

"Kamu sudah pulang, sayang? Kok sampai lembur sih, ibu khawatir tadi malam. Ibu kira ada apa-apa sama kamu." Ucap ibu Kanan sambil membelai rambut Kanan.

Ibu Kanan sebenarnya sudah tahu kalau anaknya dirawat di rumah sakit. Dia sempat terkejut dan khawatir ketika mendengar penjelasan Adam tentang kondisi Kanan. Namun semuanya sedikit melegakan ketika Adam dengan mantap mau menjaga Kanan sebaik mungkin dan memintanya untuk tidak perlu khawatir.

"Iya maaf Bu, tadi malam lupa kasih kabar, sibuk banget sampai nggak bisa angkat telepon ibu." Jawab Kanan berbohong pada ibunya.

"Ya sudah kamu cepat mandi sana."

Kanan hanya mengangguk dan berlalu meninggalkan ibunya.

Sesampainya di kamar, Kanan bergegas untuk mandi. Dia segera melepas bajunya dan mengambil handuk bersih yang dia letakkan di gantungan dekat pintu. Namun belum sempat memegang gagang pintu kamar mandi, handphone Kanan bergetar tanda pesan masuk.

"Hari ini nggak usah ke kantor dulu, kamu istirahat saja yang cukup. Sampai ketemu nanti." Pesan dari Adam yang sukses membuat pertahanan Kanan porak-poranda.

*
*
*

Bersambung...

===============================

Terima kasih sudah mampir

Hug Me, Please Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang