Part Four

816 58 1
                                    

Hari sudah berganti, matahari pagi begitu hangat menyinari kulit Kanan ketika dia keluar dari rumah. Kanan pun mencoba menghirup udara pagi sebanyak-banyaknya hingga penuh masuk ke dalam paru-parunya.

Ketika Kanan menikmati paginya, tanpa dia sadari sudah terparkir mobil di depan rumahnya dengan sesosok pria menawan dengan setelan jas berdiri di depan pintu mobil. Dia melempar sebuah senyuman ketika Kanan menyadari keberadaannya.

Kanan mendekati mobil itu dengan perasaan aneh. "Pak Adam?"

"Selamat pagi, ayo naik." Ucap Adam tanpa basa-basi.

"Sepertinya bapak tidak perlu sampai menjemput saya ke rumah, saya bis-."

Sadar dengan apa yang akan Kanan katakan, Adam segera menarik tangan Kanan untuk masuk ke mobilnya. Adam tidak mau mendengar kata penolakan dari Kanan untuk kesekian kalinya.

Adam mulai mengendarai mobilnya menuju kantor. "Nggak usah liatin saya seperti itu, nanti kamu jatuh cinta beneran sama saya." Ejek Adam yang dikuti senyuman manis darinya.

Menyadari Adam yang semakin aneh, Kanan hanya menghela napas. Dia tidak menyangka Adam akan bersikap sesantai itu setelah kejadian waktu yang membuatnya kepikiran semalam suntuk.

"Bapak kenapa sih?"

"Saya? Nggak kenapa-kenapa. Ada yang aneh sama saya?"

"Iya, sikap bapak yang aneh."

"Perasaan kamu aja, saya bisa aja tuh."

Setelah melewati perjalanan yang tidak menyenangkan, akhirnya mereka tiba di kantor. Kanan segera keluar dari mobil karena takut akan ada orang yang melihatnya satu mobil dengan manajer anehnya itu. Dia bahkan tidak mengucapkan sepatah kata pun kepada Adam bahkan tidak berterima kasih.

Tingkah Kanan yang pergi begitu saja sepertinya dimaklumi oleh Adam. Dia hanya senyum melihat apa yang dia lihat.

Setibanya di ruangan, Kanan tampaknya datang lebih awal dari biasanya. Masih banyak karyawan yang belum datang, bahkan mentornya pun belum datang.

Kanan pun berniat membuat kopi di dapur dekat ruangannya untuk memperbaiki paginya yang buruk. Namun ketika menuju dapur, dia ternyata berpapasan dengan Adam. Namun ada yang berbeda dengannya, dia nampak lebih dingin dan berjalan begitu saja melewati Kanan.

"Cih, laki-laki macam apa tuh? Bisa-bisanya sikapnya berubah dalam sekejap? Apa jangan-jangan punya kepribadian ganda?" Gerutu Kanan.

*
*
*

"Dimana ini anak? tasnya ada berarti dia udah datang." Gumam Danu saat baru sampai di meja kerjanya.

Kanan datang dengan secangkir kopi di tangannya. "Baru datang kak?"

"Yap, tumben lo berangkat pagi? Udah bawa kopi lagi." Ucap Danu heran.

"Iya, tadi bangun kepagian jadi sekalian aja ke kantor, sekali-kali liat kantor kalau masih pagi gimana."

Danu tersenyum sinis. "Karena lo nggak sekalian buatin kopi buat gua, jadi ini ada kerjaan buat lo." Ucap Danu sembari menyerahkan tumpukan berkas di meja Kanan.

"Kak? Yang bener aja, ini masih pagi loh."

"Justru masih pagi itu, pikiran masih fresh, kerjanya cepet biar cepet beres."

Kanan hanya bisa menghela napas panjang. Mau tidak mau dia harus mengerjakan apa yang diminta oleh Danu sebelum muncul permintaan yang aneh-aneh.

*
*
*

Tak terasa jam sudah menunjukkan waktu makan siang, seperti biasanya Kanan dan Danu pun berniat untuk segera pergi ke kantin untuk makan. Namun niat mereka terhenti saat Adam tiba-tiba muncul di hadapan mereka.

"Anak magang, ikut saya. Saya ada perlu di luar jadi butuh bantuan kamu." Pinta Adam dengan muka datar.

"Tapi pak ini kan jam istirahat." Jawab Kanan.

Danu terbelalak menyadari kalau ada yang salah dari ucapan Kanan. Dia pun mencoba menimpal ucapan yang telah dikeluarkan Kanan.

"Oh iya dia bersedia kok pak, sepertinya dia masih bingung dengan sistem kerja di sini. Tadi dia cuma salah bicara aja."

Danu mendekat ke telinga Kanan. "Gila lo ya nolak ajakan manajer?" Bisik Danu di telinga Kanan.

Merasa terdesak dari dua sisi, akhirnya Kanan pun mengiyakan permintaan atasannya itu meski dengan setengah hati.

Mereka berdua akhirnya pergi meninggalkan kantor dengan tujuan yang Kanan sendiri tidak tahu kemana. Jalan yang mereka lalui berbeda mengarah ke daerah yang jauh dari komplek perkantoran. Sesaat kemudian akhirnya Adam memarkirkan mobilnya di sebuah restoran yang sepertinya menyajikan olahan laut.

"Disini pak?" Tanya Kanan heran.

"Iya, saya ada urusan disini, ayo turun."

"Urusan apa ya pak?"

"Urusan antara kita, kita makan siang di sini." Jawab Adam dengan menatap wajah Kanan.

"Makan? Tapi pak-" ucapan Kanan terpotong ketika wajah Adam mendekat dan tangannya meraih sabuk pengaman yang Kanan kenakan. Saat itu juga wajah Kanan nampak memerah, dia gugup ketika wajah hanya berjarak beberapa centi dari wajah Adam.

"Nggak usah banyak protes."

Sesampainya di dalam restoran, Adam langsung duduk di meja yang sudah dia pesan sebelumnya dan langsung disajikan beberapa makanan oleh pramusaji. Di meja sudah tersaji lobster, ikan dan menu lainnya yang semuanya adalah olahan laut.

"Kita makan ini pak?" Tanya Kanan untuk memastikan apa yang dia lihat.

"Iya, kamu nggak suka? Atau mau pesan yang lain?"

"Tidak usah pak, tap-." Belum sempat menyelesaikan perkataannya Kanan sadar kalau jika dia menolak makanan yang disajikan dia akan sangat tidak enak dengan manajernya itu.

"Ya sudah silakan dimakan."

Kanan pun mulai memasukkan makanan ke mulutnya sembari melihat wajah Adam yang nampak senang karena bisa makan bersamanya. Setelah suapan pertama, tubuhnya mulai terasa tidak enak namun masih bisa dia tahan.

Setelah hampir setengah jam, menu makan siang mereka pun sudah habis. Mereka pun beranjak dari tempat duduk dan masuk ke dalam mobil. Mereka berniat untuk segera kembali ke kantor. Namun sesaat sebelum mobil melaju, tiba-tiba Kanan merasakan sakit yang luar biasa di perutnya.

"Pak…" ucap Kanan dengan suara bergetar.

"Kamu kenapa?" Adam tampak panik ketika melihat Kanan meringkuk kesakitan.

Melihat kondisi Kanan yang tidak baik-baik saja, tanpa pikir panjang Adam pun langsung melakukan mobilnya ke rumah sakit terdekat. Dia tidak peduli dengan kondisi jalan yang lumayan macet. Di dalam otaknya hanya Kanan sampai di rumah sakit secepatnya.

*
*
*

Bersambung…

================================

Terima kasih sudah mampir

Hug Me, Please Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang