Part Nine

619 40 1
                                    

Sudah dua bulan berlalu dan Kanan semakin sibuk dengan segala tugas akhirnya di kampus. Kesibukannya itu bahkan harus mengorbankan waktunya untuk bertemu dengan Adam. Kanan hanya bisa memberikan kabar via video call atau telepon. Kanan juga menyadarinya dan dia merasa bersalah kepada Adam, tapi tugas akhirnya juga harus diutamakan olehnya supaya dia bisa segera lulus dari universitas.

Adam mencoba mengerti akan kesibukan Kanan, namun kerinduannya kepada kekasihnya itu terkadang tidak bisa dibendung lagi. Dia tidak mau mengganggu Kanan dan hanya bisa menanti kapan dia ada waktu untuknya.

"Pagi pak, ini laporan yang bapak minta." Ucap salah satu karyawan Adam yang tidak ditanggapi serius olehnya.

"Iya, letakkan di situ dan silakan keluar." Pangkas Adam kejam dan tanpa basa-basi.

Mood Adam terlihat buruk hari ini. Adam hanya terus fokus ke layar handphone miliknya dengan harapan Kanan akan menghubunginya.

"Kemana sih, kamu?" Gumam Adam sembari menyandarkan kepalanya di meja.

Bagai tersambar petir di siang bolong, handphone Adam tiba-tiba menerima pesan singkat dari orang yang hanya diberi nama dengan lambang hati berwarna merah. Sekejap dia terbangun dan membuka pesan itu.

Selamat pagi, pak manajer
Hari ini sibuk nggak?
Kalau nggak sibuk, say mau ajak makan siang bareng, bisa?

Percakapan yang cukup aneh dengan gaya bicara yang dulu Kanan gunakan saat menjadi mahasiswa magang. Meski begitu membaca pesan singkat itu membuat dunia Adam menjadi berwarna lagi. Dia begitu semangat untuk mengiyakan ajakan yang selama ini dia tunggu.

Selamat pagi,
Hari ini saya sangat-sangat tidak ada kerjaan dan saya bersedia makan siang bersama anda.
Bolehkah saya tahu dimana kita bisa bertemu?

Pesan terkirim dan dalam waktu singkat Kanan pun langsung membalasnya lagi.

Baik, jika bapak Adam bersedia makan siang bersama saya, nanti saya tunggu di tempat biasanya. Tepat pukul 12.00, no ngaret.

Adam pun dibuat tertawa membaca pesan Kanan yang menurutnya sangat menggemaskan. Dia semakin tidak sabar untuk segera bisa bertemu dengan Kanan.

*
*
*

Hari ini Adam sengaja keluar kantor lebih awal supaya bisa tiba di kampus tepat pukul 12.00 sesuai permintaan Kanan. Dia tak lupa merapikan pakaian dan rambutnya sebelum bertemu dengan kekasihnya itu.

Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya orang yang ditunggu pun terlihat. Kanan berjalan dengan wajah yang dia tutupi dengan telapak tangannya. Di kejauhan Kanan menyadari keberadaan Adam yang sudah menunggunya.

"Kenapa senyum-senyum sendiri?" Ucap Adam ketika wajah Kanan ada tepat di depannya.

"Siapa yang senyum? Orang lagi nyengir kepanasan." Elak Kanan pada Adam.

Adam tertawa. "Ya udah cepet masuk." Ucap Adam sembari membukakan pintu mobilnya untuk Kanan.

Kemesraan Kanan dan Adam yang baru saja terjadi ternyata juga tertangkap oleh mata kepala Raka yang sejak awal sudah membuntuti Kanan. Raka pun dibuat curiga dengan Adam dan ada hubungan apa dia dengan Kanan.

*
*
*

Setibanya di sebuah restoran, Adam segera memesan menu makan siang. Restoran yang dia datangi bersama Kanan merupakan restoran yang sedang hits dikalangan masyarakat. Tempatnya sangat luas dengan dekorasi yang khas rumah adat tradisional.

"Kamu nggak buru-buru kan?" Ucap Adam kepada Kanan.

"Nggak kok, hari ini ada banyak waktu senggang soalnya tadi udah bimbingan sama dosen terus tinggal ngerjain revisi aja nanti di rumah." Ucap Kanan sembari merapikan rambut milik Adam yang sedikit berantakan.

"Syukurlah, jadi bisa dinikmati makannya.

Kanan mengerutkan keningnya. "Emang selama ini abang makan nggak dinikmati?"

"Kalau makan sama kamu tuh kemarin-kemarin bawaannya buru-buru. Ada aja yang ganggu, bimbingan lah, diminta ini lah, itu lah. Capek juga liatnya." Adam meluapkan isi hatinya.

"Maaf ya, malah abang kena getahnya juga." Ucap Kanan penuh penyesalan.

Adam meraih tangan Kanan. "Iya, abang ngerti kok. Ini juga demi kamu juga."

Tak lama akhirnya pesanan mereka datang. Mereka pun menikmati makannya dengan sesekali terjadi obrolan ringan setelah beberapa hari tanpa kabar. Namun makan siang mereka terganggu ketika salah satu karyawan Adam meminta kedatangan Adam dalam sebuah rapat dadakan yang bersifat penting.

"Ya udah abang ke kantor aja, nanti aku bisa pulang sendiri."

"Tapi-," ucapan Adam terpotong.

"Udah bang, nanti kena marah atasan. Abang sekarang lagi dibutuin di kantor."

Adam merasa bersalah kepada Kanan karena dia harus langsung ke kantor dan meninggalkannya seorang diri. Kanan pasti sudah berusaha sebisa mungkin untuk bisa bertemu dengannya. Adam menyadari ada raut kekecewaan di wajah Kanan meski dia nampak berusaha baik-baik saja.

*
*
*

Bersambung...

================================

Terima kasih sudah mampir

Hug Me, Please Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang