Part Twelve

482 31 0
                                    

Hari yang ditunggu-tunggu oleh Kanan pun tiba. Hari dimana dia akan dinyatakan secara resmi lulus dari universitas tempat dia belajar selama hampir 4 tahun. Kanan sudah tampak gagah dengan setelan jas yang dibalut dengan jubah hitam dan toga khas acara wisuda.

Selain keluarga Kanan yang hadir di acara wisuda, Adam pun ikut hadir sehingga menambah special acara wisuda Kanan. Adam mengenakan setelan kemeja batik yang sama dengan setelan yang dikenakan oleh keluarga Kanan.

Suasana gedung serba guna tempat diselenggarakan acara wisuda sudah penuh dengan para wisudawan. Mereka berdandan secantik dan setampan mungkin supaya tampil maksimal di moment yang mungkin hanya sekali seumur hidup bagi mereka.

Acara wisuda pun dimulai dengan sambutan dari berbagai petinggi universitas. Selain itu juga terdapat grup paduan suara yang menyanyikan lagu-lagu dengan tema yang cocok untuk acara wisuda.

Puncak acara tiba. Satu persatu wisudawan dipanggil ke depan untuk bersalaman dengan Dekan Fakultas masing-masing yang diikuti pemindahan tali toga dari kiri ke kanan yang sudah menjadi tradisi.

Setelah menunggu cukup lama, giliran Kanan untuk maju pun tiba. Kanan berjalan dengan percaya diri dan disambut tepuk tangan dari keluarga dan teman-temannya. Namun semua itu berubah ketika sesuatu yang tak terduga terjadi. Tiba-tiba sebuah layar besar di depan ruangan wisuda menampilkan foto kemesraan Kanan dan Adam. Semua orang yang ada di ruangan itu dapat melihatnya dengan jelas tidak terkecuali Adam yang duduk dibarisan tamu. Seketika Adam berdiri sesaat setelah melihat apa yang ada di layar. Pandangannya pun langsung tertuju ke Kanan yang hanya bisa terdiam di depan semua orang. Kanan nampak merasa malu dengan tatapan aneh dari semua orang yang tertuju tepat pada dirinya.

Tak butuh waktu lama, Adam yang menyadari Kanan dalam situasi yang tidak baik, dia segera berlari ke depan dan menarik Kanan untuk pergi dari ruangan wisuda. Hal itu pun langsung menyita perhatian semua orang.

Langkah kaki Kanan dan Adam membawa mereka hingga di tempat parkir mobil Adam. Mereka langsung masuk mobil untuk menghindar dari orang-orang. Tangisan Kanan seketika pecah ketika saat dia ada di dalam pelukan Adam. Tangisan Kanan terdengar begitu menyakitkan di telinga.

"Siapa yang berani-beraninya buat Kanan menangis seperti ini." Batin Adam.

Adam merasa bersalah kepada Kanan karena dia tidak bisa menepati janjinya untuk menjaganya dan tidak membiarkannya menangis atau terluka.

*
*
*

Setelah sekian lama, kini Kanan sudah berhenti dari tangisnya. Meski begitu dia masih belum melepas pelukannya dari tubuh Adam. Sakit memang ketika dipermalukan di depan orang banyak tentang hal pribadi yang tidak semua orang bisa memahaminya.

"Maaf sudah membuatmu menangis." Ucap lirih Adam.

"Ini bukan salah abang, jadi jangan minta maaf." Balas Kanan yang masih tersedu-sedu dan perlahan melepaskan pelukannya.

"Iya, tapi kamu juga nggak perlu lagi sedih, ada abang di sini buat kamu."

Setelah beberapa saat tenggelam dalam tangis. Hati Kanan pun mulai lega. Adam pun menghapus sisa air mata yang membekas di pipi Kanan.

"Ya udah ayo kita pergi dari sini, cari suasana yang baru biar kamu nggak sedih lagi. Mau?" Ucapnya dengan sebuah senyuman untuk mengembalikan keceriaan Kanan.

Kanan hanya menganggukkan kepalanya tanda mengiyakan ajakan Adam. Dia pasrah dan hanya mengikuti kemanapun kekasihnya itu akan membawanya.

Tanpa aba-aba, Adam segera mengendarai mobilnya menjauh dari lingkungan kampus. Dia akan membawa Kanan ke suatu tempat yang biasa menjadi tempat pelariannya saat penat dengan pekerjaan.

"Jauh ya?" Tanya Kanan.

"Nggak kok, bentar lagi sampai." Jawab Adam yang masih fokus mengendarai mobilnya.

Adam terus mengendari mobilnya hingga disadari olah Kanan kalau mereka sudah meninggalkan kota. Adam mengendarai mobilnya menuju ke sebuah pantai yang cukup jauh dari kota dan masih jarang orang pergi ke sana.

Tak lama, mereka akhirnya sampai di pantai yang dituju. Suara ombak yang menghempas di bebatuan seketika menyambut dan terdengar indah. Di samping Kanan, seorang Adam hanya bisa tersenyum memandang kekasihnya itu yang nampak begitu bahagia. Meski begitu, di satu sisi Adam masih menyimpan dendam dan penasaran dengan orang yang telah membuat Kanan menangis.

"Bagus banget pantainya." Ucap Kanan dengan senyuman di wajahnya.

"Kalau kamu suka, tiap akhir pekan kita bisa ke sini."

"Boleh juga."

*
*
*

Bersambung...

================================

Terima kasih sudah mampir

Hug Me, Please Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang