Lima Belas

1.1K 92 17
                                    

"Jadi bagaimana pendapat bunda?" Tanya Ditya saat Bunda nya sedang memakaikan kerudung pada Kalila. Anak perempuan Ditya yang sekarang berumur tujuh tahun itu, sudah mulai meminta memakai kerudung seperti Umma dan Oma nya.

"Dia seperti induk singa yang berpikir bahwa dia anak kucing." Kata bunda Alia sambil memasangkan bross berbentuk burung hantu di kerudung Kalila.

"Terima kasih Oma." Kalila mencium pipi Bunda Alila, begitu bros terpasang di kerudungnya. Setelahnya, anak itu langsung berlari ke saudara kembarnya, Kama, yang sedang bermain monopoli dengan opa mereka.

"Tapi dia harus menjadi induk singa untuk bisa melawan keluarganya." Kata Bunda Alia yang ikut beranjak ke ruang tengah dan duduk samping suaminya. Ayah Ditya. "Keluarga Pramudhana tidak bisa dilawan dengan cakar kucing."

"Jadi ibu percaya pada gadis itu?" Ditya ikut duduk di samping si kembar.

"Kamu berencana menantang Ambar lagi?" Tanya Ayah Rasyid menimpali pertanyaan Ditya. Dengan kening berkerut, ayahnya itu menunjukkan ketidak setujuannya.

"Tenang, bukan aku yang bertarung kali ini." Bunda Alia menepuk-nepuk lembut pipi suaminya itu dengan senyum yang menenangkan. "Calon menantu kita. Tapi aku akan bersiap untuk menjadi back up nya, jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Bagaimana pun aku sudah berkali-kali menang dari Ambar."

Setelah meyakinkan suaminya, Bunda Alia memandang Ditya dan mengangguk. "Aku sudah menyiapkan rencana untuk membuatnya menjadi induk singa yang siap bertarung melawan keluarga Pramudhana. Kalau recanaku itu berhasil, kamu juga akan percaya padanya."

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Sebenarnya Zaya sama sekali tidak mengerti maksud dari kata 'improvisasai' yang diucapkan dokter Revan. Zaya baru menegerti saat pertemuan ketiga Zaya dengan ibunya, yang kedua bersama dokter Revan, barulah Zaya mengerti. Saat tante Ambar tanpa terduga ikut datang ke taman bersama mamanya dan suster penjaganya.

"Aku datang karena aku dengar kamu selalu diantar oleh sopir dari Horison Group." Tante Ambar berkata sambil mendorong kursi roda mamanya ke bangku tempat Zaya dan Revan menunggu. "Aku ingin memastikan bahwa Horison Group tidak mengetahui langkah ku."

Saat Zaya tidak tau harus menjawab apa untuk menghilangkan kecurigaan tantenya, Revan tiba-tiba melingkarkan lengannya ke bahu Zaya. Kedua alis mata tantenya yang terangkat penuh keteratrikan itulah yang akhirnya membuat Zaya mengerti maksud dari 'improvisasi' itu. Tentu saja. Rencana 'Improvisasi' ini akan sempurna. Karena seperti yang Zaya tau, tante Ambar selalu mengharapkan yang sifat dan tingkah terburuk dari Zaya.

"Tenang saja. Aku tidak pernah melaporkan apapun pada Bos Dhito tentang ini." Kata Revan sambil tersenyum penuh pesona pada Zaya. "Aku akan melakukan apapun untuk Zaya."

Zaya pun membalas senyuman Revan, sebelum mengembalikan pandangannya pada tante Ambar. "Anda tidak perlu khawatir tentang Dhito. Dia tidak akan pernah tau apa yang kulakukan, karena dia sudah tergila-gila padaku. Dia bahkan berencana menikahiku bulan depan."

Senyum merendahkan yang tergambar di wajah tante Ambar menunjukkan bahwa wanita itu sudah berhasil termakan improvisasi yang dilakuakn Zaya dan Revan. Tentu saja. Sudah menjadi kodratnya bahwa manusia cenderung melihat apa yang mereka harapkan dan pikirkan. Tidak beda dengan tante Ambar. Wanita itu ingin mengharapkan sisi terburuk Zaya, dan dia pun langsung percaya saat Zaya menampilkannya.

"Kamu benar-benar seperti duagaanku." Kata tante Ambar sambil beranjak pergi. "Kamu benar-benar anak dari kedua orang tuamu. Selera mu pada sopir sama seperti mamamu. Kelicikanmu sama seperti ayahmu."

PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang