Dua Puluh

1.1K 89 0
                                    

"Bukan kah kamu bilang, kamu dibebas tugaskan sementara sampai acara itu?" Tanya Zaya begitu dirinya dan Dhito memasuki lift kantor pusat Horison Group. "Tapi apa yang kita lakukan disini saat jam kantor sudah selesai?"

Ini pertama kalinya Zaya menginjakkan kaki di kantor pusat Horison. Kalau sebelumnya Zaya menganggap kantor cabang tempatnya bekerja adalah kantor yang mewah dan modern. Itu belum ada apa-apanya dengan kantor pusat. Kantor ini begitu modern dan di design senyaman mungkin untuk para pekerjanya. Jadi tidak heran masih terlihat beberapa pekerja kantor yang masih berhilir mudik, meski jam kantor sudah berakhir. Beberapa ada yang masih sibuk, sementara yang lainnya bersantai menunggu jam macet berakhir.

"Acara itu adalah pernikahan kita." Dhito mengingatkan. "Dan kamu sudah menyetujuinya. Meski sampai sekarang aku belum mendengar alasanmu berubah pikiran."

Setelah menemani Dhito makan siang tadi, Zaya memang sudah menyampaikan persetujuannya atas rencana percepatan pernikahan mereka. Tapi Zaya memang tidak menjelaskan apapun kepada pria itu, alih-alih kembali ke kamar yang disediakan untuknya. Dhito pun membiarkan Zaya sendiri untuk beberapa saat. Sampai sore tadi pria itu mengetuk pintu kamarnya dan mengajaknya pergi. Ada yang harus ditunjukkan pada Zaya katanya. Tapi mereka justru berakhir di kantor Horison Pusat.

"Jadi apa yang mau kamu tunjukkan?" Zaya mencoba mengalihkan pembicaraan. "Isi dari amplop cokelat yang kamu bawa pergi tadi pagi?"

"Zaya..." Dhito memberi peringatan tepat saat pintu lift terbuka di lantai tujuan mereka. Rooftop gedung Horison pusat.

"Oke. Oke. Aku janji tidak akan menanyakannya lagi." Kata Zaya sambil keluar dari lift menuju rooftop yang dibuat menjadi tempat istirahat yang nyaman bagi karyawan Horison Group itu. Tapi saat ini, tidak ada seorang pun di tempat itu kecuali Zaya dan Dhito. "Jadi apa yang akan kita lakukan disini?"

"Bernafas." Jawab Dhito yang tentu saja mendapatkan kerutan kening Zaya. Tapi pria itu justru memberikan senyum yang membuat wajahnya semakin tampan. "Kita akan bernafas sebentar dari semua pikiran yang memenuhi otak kita. Kita akan menikmati pemandangan kota di malam hari dan menyingkarkan semua pikiran dan perasaan negative yang menyebalkan untuk sementara. Setuju?"

Dhito pun mengulurkan tangannya dengan senyum yang tidak meninggalkan wajahnya. Zaya sungguh ingin meraih tangan itu. Meskipun begitu, Zaya kembali mengabaikan uluran tangan Dhito. Bedanya kali ini Zaya memberikan senyuman dan anggukan sebelum berjalan melewati Dhito.

Rooftop kantor Horison Group adalah tempat yang tepat untuk 'bernafas' seperti kata Dhito. Tidak hanya karena rooftop itu telah diubah menjadi seperti taman dan tempat nongkrong yang sangat nyaman. Dimana banyak kursi, bean bag, meja dan ornamen-ornamen yang ditata sedemikian rupa hingga membuat tempat itu terlihat instagramable. Tapi juga karena pemandangan kota malam hari yang menakjubkan yang terlihat dari sini. Sangat susah untuk memikirkan hal lain saat memandang pemandangan yang mempesona seperti ini.

"Kak Ditya menolak banyak penawaran mahal untuk mengubah rooftop ini menjadi restoran yang pasti akan disukai banyak orang karena pemandangannya." Kata Dhito yang berdiri di samping Zaya. Pria itu sengaja diam beberapa saat untuk membiarkan Zaya menikmati pemandangan malam itu dari dekat pagar pembatas. "Dari semua orang yang kukenal, kak Ditya lah yang sering membutuhkan rooftop ini untuk bernafas. Beban kerjanya sebagai CEO Horison Group benar-benar bisa membuatnya gila kalau tidak ada tempat untuknya bernafas. Dia juga beruntung memiliki Naira disampingnya."

Kalimat terakhir Dhito itu membuat Zaya teringat perkataan Bunda Alia tadi pagi. Tentang menjadi kekuatan bagi Dhito. Meski Bunda Alia yakin pada Zaya. Tapi Zaya sendiri mempertanyakan pernyataan itu. Zaya mempertanyakan kemampuannya sendiri.  Apakah dirinya bisa menjadi kekuatan bagi pria tampan yang saat ini sedang memandang jauh ke cakrawala itu?

PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang