Dua Puluh Delapan

1.2K 89 0
                                    

"Siap?" Tanya Arnesh yang berdiri di depan pintu ruangan bertulis VIP Room.

Sejujurnya Zaya gugup. Meskipun sudah mempersiapkan segalanya termasuk pakaian formal yang sekarang dikenakan. Tapi tetap saja, ini adalah pertama kali pertama Zaya harus berhadapan secara resmi dengan tante Ambar. Belum lagi para pemegang saham lainnya. Zaya akan membutuhkan usaha keras untuk mempertahankan ketenangannya.

Mendadak kehangatan menyelimuti tangan Zaya yang dingin karena tangan yang jauh lebih besar dari miliknya itu menggenggam tangannya. Zaya pun mengarahkan pandangannya pada pemilik tangan itu. Dhito. Pria itu seakan tau kegugupan yang sedang berusaha diatasi Zaya. Dengan senyum hangat yang menguat Zaya, Dhito pun meletakkan telapak tangan Zaya di sikunya. Dengan tepukan lembut di tangannya, pria itu memberikan semangat dan keberanian pada Zaya.

"Kami siap." Kata Dhito pada Arnesh yang mengangguk. "ayo kita bikin kejutan pada tante kalian."

Dengan perkataan Dhito sebagai tanda, Arnesh pun membuka pintu ganda ruangan VIP itu dan masuk terlebih dahulu. Dengan tangan yang masih bergelanyut di lengan Dhito, Zaya pun ikut masuk bersama pria itu. Rasa gugup Zaya tertelan oleh debaran jantung penuh antisipasi atas pertarungan yang menanti mereka. Bersama Dhito, Zaya yakin akan bisa mengalahkan tantenya yang penuh dengan keserakaahan itu.

"Aku baru tau kalau di Andhara Group rapat pemegang saham bisa dimulai tanpa pemegang saham terbesarnya." Kata Dhito begitu mereka melangkah masuk ke dalam ruang meeting yang sudah dipenuhi pria berjas dan wanita berpakaian formal yang duduk di meja berbentuk oval.

Ruang meeting VIP itu mendadak hening. Semua pandangan langsung tertuju pada Dhito, Zaya dan Arnesh. Termasuk tante Ambar yang terdiam di tengah-tengah presentasinya. Tepat seperti harapan mereka, serangan mendadak ini memberikan efek kejutan bagi para pemegang saham Andhara Group. Terutama tante Ambar. 

"Apa yang dilakukan orang Horison disini?" Seorang pria dengan rambut yang mulai memutih terlihat lebih dahulu sadar dari keterkejutannya.

Dengan tenang Dhito menarik kursi terdekat dan mempersilahkan Zaya duduk. Zaya pun mengikuti gesture tangan Dhito saat pria itu dengan santainya menjawab. "Aku kesini untuk mengantar istriku, pewaris sekaligus pemilik saham terbesar di Andhara Group."

"Jangan bercanda! Siapa bilang dia pewaris Andhara Group?" Tante Anggun yang juga hadir dalam rapat itu akhirnya berhasil mengatasi keterkejutannya. "Keluar kalian dari sini sekarang juga."

Bukannya menuruti perkataan tante Anggun, Arnesh justru menarik kursi dan duduk di samping Zaya. Sementara Dhito dengan santainya berjalan kearah tante Ambar sambil memandangi layar LCD yang memuat beberapa diagram dan data yang sedang dipaparkan. Tentu saja mereka tidak akan mundur begitu saja dengan gertakan itu.

"Kelihatanya kalian sedang membahas presentasi pemegang saham dan recana perombakan management." Kata Dhito seakan tidak mendengar perkataan tante Anggun. "Tepat sekali. Karena ini lah kami mampir kesini."

"Apa maksudmu?" Terlihat jelas tante Ambar akhirnya beraksi meski terlihat jelas bahwa dia berusaha menahan emosinya. Tentu saja, tante Ambar harus terlihat tenang dihadapan para investor Andhara Group. Jika tidak rencananya untuk mengambil alih pucuk kepemimpinan Andhara Group akan berakhir sia-sia.

"Jadi para investor Budiman yang hadir disini." Dhito menepuk-nepuk bahu pria yang bertugas menampilkan data di layar LCD, setelah menyerahkan flashdisk ke pria itu. "Ini adalah proporsi kepemilikan saham di Andhara group saat ini. Mungkin bu Ambar Pancawati Pramudhana lupa untuk mengupdate datanya, sehingga lupa menyampaikan informasi ini."

Kasak-kasuk dari para investor itu pun langsung memenuhi ruang meeting itu. Tentu saja. Karena proporsi kepemilikan saham yang kini terpampang di layar LCD itu menunjukkan bahwa Zaya lah pemegang saham terbesar di Andhara Group. Proporsi saham mama Zaya yang sebelumnya diakui oleh tante Ambar, kini menjadi milik Zaya sepenuhnya.

PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang