#04: Why Can't I?

3K 478 19
                                    

Luna melahap makanan nya dengan cepat. Dimana lagi ia bisa mendapatkan makanan mahal seperti ini dengan gratis. Namun, tak bisa dipungkiri atmosfir antara nya dengan bos nya sangat canggung.

"Bapak nggak makan?" tanya Luna kala melihat Yudha hanya menatap nya sejak tadi. Membuatnya gugup ditatap seperti itu.

"H-hm, saya masih kenyang." jawab Yudha.

Luna mengangguk, "Bapak habis ini mau balik lagi ke kantor, ya? Kayaknya saya sendiri aja deh soalnya masih ada urusan lain." ucap Luna.

"Jangan! Saya aja yang anterin kamu. Kan saya juga yang ajak kamu makan disini."

"Gapapa, Pak. Saya bisa sendiri kok. Pasti bapak sibuk kan."

"E-enggak. Saya nggak sibuk," Yudha menggeleng. "Ayo saya antar. Kamu mau kemana?" Yudha bangkit dari tempat duduk nya.

Luna mendongak melihat ke arah Yudha dan menatap nya dengan tatapan aneh dan tidak mengerti. "Ayo, katanya kamu mau pergi?" ajak Yudha.

Luna segera bangkit, "I-iya. Mari, Pak." balas Luna ragu. Mereka lalu pergi keluar restoran dan melangkah menuju mobil Yudha.

"Pakai dulu sabuk pengaman mu." Yudha mengingatkan. Pun Luna segera memakai sabuk pengaman nya sebelum mobil Yudha melaju membelah jalan Ibu kota.

Tak butuh waktu terlalu lama bagi mereka untuk tiba di café Baskara dan Alvaro.

"Bas! Ro!" tegur Luna.

Baskara mendongak, sejenak napasnya tersekat tatkala melihat pria yang berjalan di belakang bersama Luna.

"Nah kan gue bilang juga apa. Keburu ditikung lo. Mampus kan." bisik Alvaro sebelum menyapa Luna hangat, "Hei! Dateng lagi lo?"

"Iya, hehe. Oiya kenalin ini Pak Yudhaㅡbos gue di kantor. Pak, kenalin ini temen saya yang itu namanya Alvaro, satu lagi namanya Baskara."

Yudha mengangguk paham lalu menjabat tangan kedua nya satu-persatu. "Yudha." ujarnya mengenalkan diri.

"Mau pesen apa, Pak?" tanya Luna.

"Oh, saya lagi nggak mau minum kopi. Kamu aja yang pesen." jawab Yudha.

"Yaudah. Ro, gue pesen vanilla smoothie nya satu dong." pesan Luna sembari menekankan kata vanilla smoothie untuk menyindir Baskara karena tempo hari.

"Tumben lo. Biasanya kopi-kopian mulu." cibir Alvaro.

"Yeeee, emang masalah buat lo!?"

"Kok lo yang ngegas sih?!"

"Halah, berisik! Udah sono lo duduk aja sama si Yudha kuda itu." sela Baskara.

Alvaro tertawa, "Yudha, bego. Bukan kuda."

"Sama aja lah. Serah gue ini. Orang yang ngomong gue kok!" sewot Baskara.

"Dih, kok lo ngegas juga sih?!"

"Halah, berisik! Mending lo cepet buatin pesenan gue. Gue mau duduk dulu. Pegel soalnya." Luna lalu melenggang pergi untuk duduk di salah satu meja.

"Mampus kau babi. Saingan lo berat kan. Bos anjiiir, udah kaya, ramah gitu, tajir melintir. Cewek mana sih yang nggak mau?????" ujar Alvaro manas-manasin Baskara.

Baskara mendengus, "Bacot lo. Liat aja nanti."

"Anjaaaaay. Ini nih yang tadi katanya mau menyayangi sendirian aja nye nye nye. Dasar lelaki tidak konsisten!"

Baskara langsung nge-lockhead Alvaro sebelum cowok itu semakin banyak cocot.

Labirin. ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang